Antara Aku, LIPI dan IlmuKomputer.Com
Pulang ke Indonesia tahun 2004, saya berpikir untuk adem ayem alias tenang mengikuti jalur karir PNS di LIPI. Menikmati dunia penelitian seperti 10 tahun kehidupan saya di Jepang. Karena di LIPI saya ditugaskan di Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII), sebelum pulang saya mempersiapkan berbagai pekerjaan dan penelitian yang berhubungan dengan tugas saya. Dimulai di tahun 1997, saya bersama mas Hendro (LIPI), mas Amin (BBPT) dan mas Suhono (ITB) mengembangkan digital library bernama ISTIB. Yang kemudian pekerjaan ini kita lanjutkan dengan membangun CSPI (Center for Scientific Papers of Indonesia) bersama mas Iko (NTT), dimana kita mengumpulkan paper dan thesis mahasiswa Indonesia yang ada di Jepang. Harapan saya dulu bahwa CSPI bisa jadi satu prototipe untuk digital library di Indonesia dan bisa sebagai kegiatan andalan PDII LIPI dalam mengumpulkan karya ilmiah.
Saya mengerjakan berbagai penelitian tentang digital library dan knowledge management, disamping penelitian utama saya tentang software engineering. Saya melanggan banyak digital library yang sudah established diantaranya adalah IEEE dan ACM, untuk mempelajari business processnya, bagaimana bisa kita terapkan di Indonesia, khususnya di PDII LIPI. Untuk bekal kehidupan di tanah air dan membina core competence, saya juga aktif menulis di berbagai majalah dan media massa. Sudah ratusan artikel yang saya tulis baik dalam bentuk technical paper maupun artikel populer, dan sudah dipublikasikan di berbagai majalah, journal maupun koran bertaraf nasional maupun internasional.
Dari hasil riset dan survey ke komunitas maya di awal tahun 2003, saya kemudian membangun IlmuKomputer.Com, mengumpulkan ribuan aktifis dan kontributor untuk memikirkan bagaimana kita bisa menyediakan literatur dalam bidang teknologi informasi yang gratis untuk masyarakat, gampangnya sistem belajar dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Siapa yang telah menerima ilmu punya kewajiban moral untuk memberi. Metode repositori yang memungkinkan setiap orang dapat mengakses artikel, buku dan tutorial berbahasa Indonesia ini juga bisa jadi satu kegiatan andalan di PDII LIPI. Kegiatan ini terbukti cukup memberikan solusi efektif dan murah, meskipun tanpa bantuan dana dari pemerintah maupun pihak lain, kegiatan tetap berjalan dengan baik sampai saat ini, dan bahkan akhirnya mendapatkan penghargaan dari PBB dalam event World Summit on Information Society (WSIS) 2003 di Jenewa.
Pulang ke Indonesia saya langsung masuk kerja di PDII LIPI, saya usahakan berangkat paling pagi dan pulang paling sore. Terkadang saya nginep supaya bisa mengerjakan banyak pekerjaan. Saya meminta ke kepala pusat untuk bisa mengelola satu lantai di gedung PDII LIPI untuk saya jadikan training center dan business incubator center. Meskipun akhirnya bukan saya yang ditugaskan mengelola, saya sudah cukup senang ide itu terwujud, meskipun implementasinya masih agak tersendat-sendat.
Aktifitas di IlmuKomputer.Com jujur saja mengubah kehidupan saya 180 derajad. Saya yang tadinya berpikir agak individualis dengan adem ayem mengikuti jalur kehidupan PNS di LIPI, sedikit bergeser karena IlmuKomputer.Com membawa banyak manfaat ke masyarakat dan membawa peluang ke dunia industri. Saya sekarang pasti akan merasa sangat berdosa kalau peluang ini dulu tidak saya ambil. Saya bisa membuka lapangan kerja baru untuk teman-teman aktifis IlmuKomputer.Com di berbagai daerah, saya bisa meluangkan waktu untuk melatih teman-teman menulis, melatih teman-teman menjadi pengajar, memberi beasiswa untuk melanjutkan sekolah dan mengembangkan jiwa enterpreneurship.
Dalam perjalanan waktu, kemudian saya sering diundang berbicara dalam berbagai seminar atau workshop tentang teknologi informasi di universitas, akademi, SMA, SMK, pemerintah daerah, berbagai institusi pemerintah (departemen/kementrian) maupun swasta. Meskipun saya jarang sekali diundang atas nama LIPI, saya selalu berusaha membawa dan mensosialisasikan beberapa produk LIPI. Dan akhirnya kewajiban moral inilah yang mengubah style aktifitas saya, mengubah 180 derajad kehidupan dan perdjoeangan saya di tanah air. Kewajiban moral ini sesuai visi di komunitas IlmuKomputer.Com untuk menshare ilmu pengetahuan ke siapapun yang membutuhkan.
Sistem birokrasi di LIPI ternyata tidak memungkinkan mengakomodasi kenyataan ini. Saya juga tidak punya kekuatan untuk mengubah keadaan. Pangkat dan golongan saya terlalu rendah untuk melakukan perubahan sehingga akhirnya banyak ide saya yang berakhir di rapat-rapat. Saya menjadi tidak enjoy dan mengalami kepenatan birokrasi, kekecewaan ini yang saya ungkap di tulisan saya sebelumnya, dan juga surat terbuka ke kepala pusat.
Masalah menjadi kompleks, sampai akhirnya mulai nopember 2007 ini saya sudah tidak menerima gaji saya di LIPI. Tentu ini saya terima dengan ikhlash karena memang kesalahan saya telah menabrak administrasi birokrasi yang tertuang dalam prosedural formal. Saya anggap ini adalah satu sisi kegagalan perdjoeangan saya di republik tercinta ini. Saya kurang sabar, pingin cepat melakukan perubahan dan akhirnya gagal melakukan sinkronisasi dengan sistem kerja di institusi pemerintah. Saya mungkin memang tidak ditakdirkan untuk berdjoeang melalui institusi pemerintah.
Hanya sesuai tekad saya dulu memutuskan pulang ke tanah air, saya tidak akan pernah berhenti berdjoeang, saya tetap berusaha terus belajar dan bekerja keras untuk memberi solusi ke masyarakat. Model kerja saya juga tidak berubah (tetap sampai larut malam … hehehe), waktu tidur saya yang hanya 2-4 jam juga tidak berubah, dan kalau ada yang sebel dengan ringtone handphone saya yang Indonesia Raya, mohon maaf ini juga tidak bisa saya ubah :D. Terakhir, kewajiban kita terlalu banyak dibandingkan dengan waktu yang disediakan oleh Yang Diatas. Ayo kurangi tidur, atur jadwal perdjoeangan dan perbanyak solusi riil untuk masyarakat.
Aku tak pernah dapat memikirkan rencana mendetail tentang apa
yang akan terjadi di masa depan.
Aku hanya mengatakan, Aku akan berjuang.
Siapa yang tahu, Aku akan sampai dimana.
(Richard Stallman)
Tetap dalam perdjoeangan !
De’ Romi yang canggih,
Coba nanti saya gunaken kekuatan militeristik untuk membuka akses dan mengembalikan gaji anda lagi di LIPI. Kalau perlu, anda akan segera diangkat sebagai Kapus PDII secepatnya. Sabar dan tunggu aksi saya. Buat Hendro, mbok ya masuk kantor dikitlah…jangan kosong melompong begitu di absensinya. Sebarkan ilmu sampeyan buat Mulus, Wasi, dan Diana serta Bapak Maman Hendarman. Kalau tidak, saya tak akan memberikan jaminan seperti yang akan saya laksanakan kepada saudara Romi.
#Mayjend TNI Harsono: Huahuahua, asli lucu, iki sopo yo … hehehe
Rom,…bagi-bagi ke gue dikit donk dollarnya. Yah lumayan buat tambah-tambah neh.
Wah…nak Faizal ini rupanya antidemokrasi ya…Koq malah kalah sama saya yang dari militer. De’ Romi, Kapus PDII baru diganti. Hendro sebentar lagi menyusul anda keluar dari PDII-LIPI. Dia jarang masuk kantor tetapi gaji dapat, apa tidak makan gaji buta namanya? Bagi-bagi rezekinya dikitlah buat Pak Maman Hendarman, Mulus, Wasi, Diana dkk.
Siap!!!
Demokrasi dengan Tata Krama mungkin pak yang saya bayangkan. Asal jangan sampe terjadi seperti pada tulisan http://mulut.wordpress.com/2008/01/08/ternyata-niat-baik-saja-dianggap-tidak-cukup/
Memang butuh teknik anonimisasi untuk beberapa masalah ya pak. Kira-kira anonimisasi di internet dibutuhkan buat apa aja ya(Mungkin bisa buat bahasan baru di blog bapak(Pak Romi)) Dan memberikan beberapa penglihatan bapak kepada orang-orang miskin ilmu seperti kami.
#Endang dan Mayjen: Kesempatan sebenarnya kan banyak untuk mendapat tambahan, jadi instruktur Cisco, dsb cuman kenapa tidak memanfaatkan kesempatan seperti ini dengan baik ya. Malah sepertinya menganggap ngajar as usual 😉 Harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri baik secara fisik maupun moral. Jangan ngemis ah, PDII hancur kalau dipenuhi para pengemis. Yang bisa mengubah diri kita adalah tangan kita sendiri dan bukan orang lain.
#Faizal: Yup setuju mas, saya lebih senang diskusi secara fair dengan menunjukkan jati diri sebenarnya. BTW, saya sebenarnya tahu kok siapa Mayjend Harsono, terdeteksi IP addressnya dan waktu onlinenya …hehehe
Cuma numpang komentar….
Untuk Mayjen TNI Harsono, sebelum Anda menilai orang lain, lihatlah dirimu sendiri. Apakah Anda yang sudah punya pangkat tinggi masih disiplin dalam menjalankan tugas? Dan saya rasa “nggak etis” juga kalo masih minta jatah ke bawahannya. Pangkat sudah tinggi, mungkin “sawerannya” tentu banyak.
Rezeki orang nggak perlu diotak-atik, Tuhan telah menentukan rezeki, jodoh, dan mati sejak pertama kali ditiupkan roh. Tinggal bagaimana kita “menjemput” rezeki tersebut. Rezeki nggak akan datang sendiri, kecuali dicari di muka bumi ini.
Sebagai informasi tambahan, hati-hati jika menggunakan nama samaran karena “IP ANDA” bisa dideteksi dari mana asalnya. Sistem me-record semua informasi IP dari mana pun.
Tuh dimarahin sama om Slamet tuh …. hehehe
wah, mas hendro juga menyusul keluar dari PDII-LIPI ? akhirnya para jagoan dari negeri sakura itu tidak betah juga dengan birokrasi di Indonesia. Seandainya birokrasi Indonesia disamakan dengan birokrasi di Jepang maka akan majulah Indonesia….!!!
Tapi para pejuang yang mendapatkan ilmu dari negeri orang hendaknya jangan kalah dengan keadaan. Kalau anda mengalah maka siapa lagi yang akan mengubah keadaan ?
Negara ini butuh orang-orang hebat seperti mas romi, mas hendro, mas slamet dll. Ayo semangat lagi untuk memfutuhkan PDII-LIPI….
#YadiSyahid: Sebenarnya kalau mau jujur saat ini kondisinya “belum ada” yang keluar kok. Kecuali om Hendro sudah bosan jadi eksekutif dan mau berada di jalur legislatif, alias Caleg DPRD Kota Bekasi … hehehe. Bosen lihat Hendro mengusung orang lain, sekali-kali mengusung diri sendiri Ndro. Aku dukung dari Kec. Pondok Melati …hehehe
Pak Slamet, maksudnya kalau punya ilmu, kesempatan, dan rezeki, hendaknya berbagi juga dengan rekan-rekan. Bukannya rekan-rekan itu pengemis. Inilah yang masih sulit di Indonesia, social cohesiveness dan trust antar individu masih rendah. Saya bukannya minta saweran tetapi akan lebih baik jika dengan orang-orang kaliber dunia seperti Mas Romi dan Mas Hendro bisa sama-sama memajukan dan mensejahterakan PDII (nah ini cocok buat Mas Hendro kalau memiliki platform yang sama dengan partai yang baru saja ber-Munas di Bali).
Saya juga sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Mas Yudi Syahid, bahwa jika orang-orang berkaliber seperti Mas Romi dan Mas Hendro akhirnya “meninggalkan” PDII, lalu PDII mau jadi apa nantinya? Memang keadaan sekarang dan masih berkaratnya sistem birokrasi yang ada seakan bagai tembok yang menyurutkan semangat dan mengikis idealisme, tapi semuanya harus dihadapi dengan sabar. Saya yakin, pada waktunya nanti perjuangan Mas Romi dan Hendro jika konsisten di PDII, bisa memetik buahnya. Dalam konteks inilah saya mengatakan bagi-bagi dikitlah. Maksudnya walaupun selalu dianggap angin dan berhenti di rapat-rapat saja ide-ide brilian yang dilontarkan oleh Mas Romi dan Mas Hendro merasa bahwa banyak yang bukan ahlinya di PDII, tetap konsisten untuk membagi ilmu dan kesempatan bagi rekan-reakn anda di PDII. Karena anda kebetulan diberkahi peluang dan kemampuan yang lebih dibanding yang lain.
Mas Slamet, yang nyantai ajalah…jangan terlalu serius begitu kayak FBI aja ente.
memberi adalah menerima
terima kasih.. setelah menerima.. mengasih.. jadi ada sirkulasi.. tidak ada stagnasi/kemandegan..semua berjalan.. itulah sunatullah.
itu adalah pengertian lama yang sudah lama juga saya terima.. tapi belom banyak yang bisa saya aplikasikan..
mas romi dengan semua perdjoeangannya.. telah jauh di depan saya dalam praktek terima kasih ini.. memang susah ketika itu di lakukan dalam birokrasi..kalau bisa di persulit.. kenapa tidak.. itu yang terjadi di negeri ini..
selamat berdjoeang…di ladang manapun anda berdiri..
@Pak Slamet Riyanto,
Masih suka ngamen nggak? Koq nggak bawa gitar lagi ke kantor hehe
“Masalah menjadi kompleks, sampai akhirnya mulai nopember 2007 ini saya sudah tidak menerima gaji saya di LIPI.”
maksudnya gmn ini pak romi?
“…dan kalau ada yang sebel dengan ringtone handphone saya yang Indonesia Raya, mohon maaf ini juga tidak bisa saya ubah…”
waktu kemaren pak romi ngisi seminar di udinus, di depan saya hp pak romi bunyi… bener ringtonenya Indonesia Raya… :D, tapi saya yakin nggak ada org yg sebel denger lagu itu, malah saya kagum! hal itu menunjukkan integritas dan loyalitas yang sangat tinggi dari diri pak romi buat negri ini…
saya malah punyae cuman mp3 Indonesia Raya yg “dulu” (itu tuh yg syairnya laen), kalo boleh ngopi mp3 Indonesia Raya ne pak romi boleh nggak (dikirim ke e-mail juga boleh ;)) biar ntar tak pake buat ringtone hp juga… trus rame2 kita galakkan ringtone Indonesia Raya… 😀
subhanallah.
what the fu*** with our birocration !
ya seperti itulah biroc di Indonesia bro…
dan bukan hanya biroc zone aja, zone dewan rakyat, militer, dan banyak laennya lg, wes pokokmen hampir semua lapisan ada yg “aneh2″…
saya telah membaca baris demi baris Mas Romi, sangat menyentuh. Kalau di Indonesia mempunyai banyak Romi yang konsep berfikirnya sangat maju, saya kok yakin ketertinggalan akan cepat usai, dan melaju kencang seperti Jepang dan negara lain yang tergolong muda tapi sudah pegang kendali. Penyelewengan dan kebocoran anggaran negara yang terlalu besar akan terminimalisis, bahkan dapat mencapai titik zero. Saya adalah termasuk salah satu pegawai negeri yang mengalami kondisi seperti mas Romi. Tentang permainan kwitansi, sudah bukan barang rahasia lagi. Bahkan staf pimpinan telah lebih “pintar” dalam mencari dan membocorkan anggaran dari pada pimpinannya. Karena itu ketika ada tawaran dari pimpinan kepada saya, “kalau anda saya angkat jadi staf saya, anda ingin di bagian mana?” saya spontan menjawab “di bidang pemberdayaan dan pengembangan SDM”, yang saua pandang sudah sangat memprihatinkan. Mereka hanya berfikir “bagaimana saya dapat hidup dari jabaran saya, dan bukan bagaimana saya menghidupi institusi karena peran saya”. Salu denga Mas Romi
#RSW Setuju pak, banyak ruang yang harus kita isi menjadi peluang untuk mencetak uang. Semua tergantung dari kita.
Kalau mo dolar ya belajar… lihat tuh pak maman dari ahli kabel listrik sekarang dah ahli network cabling, ini kan bukan kemunduran….
Seoarang pak Maman aja sekarang dah punya PDII night, emang cuma taman safari yang bisa mengaung malam hari. Jadi nggak harus ngemis menunggu uluran tangan orang lain… malu donk ugh!!
saya pun demikian selalu ingin mencoba hal hal baru sampai sekarang saya belum tau dimana karir yg cocok dikarenakan minat yg selalu berubah rubah dari main musik ke komputer dan yg sekarang lagi hobi otomotif yg jelas selama itu bermanfaat untuk orang banyak apa salahnya kita jalan kan…Sesuatu yg buruk menurut kita mungkin jadi menurut Allah adalah yg terbaik untuk kita amiin
Berkat bantuan dari Mabes TNI, sebagai alumni TN, status PNS dan gaji Saudara Romi Satrio Wahono sudah dipulihkan kembali. Demikian
#Mayjend Mulus: hahaha … jujur saja, dengan kondisi karakter pemimpin PDII LIPI sampai saat ini, saya pesimis bahwa mereka mau dan mampu memulihkan pembekuan gaji saya. SK Nov 2007 adalah blunder besar PDII LIPI, karena melakukan pembekuan gaji pns tanpa melewati SP 1, 2 dan 3 seperti layaknya prosedur kepegawainegerian.
Model urutan kacang pemilihan eselon tidak membuat institusi pemerintah maju, khususnya bagi institusi yang bergerak di dunia teknologi informasi yg perkembangannya cepat. Saat ini, orang yang berkuasa tidak mampu dan yang mampu tidak berkuasa. Lakukan pemilu raya, beri kesempatan anak-anak muda untuk menyampaikan visi dan membuat reformasi di PDII LIPI. Ketika reformasi tidak mungkin terjadi, revolusi adalah satu-satunya jalan 🙂
Tetap dalam perdjoeangan ….
Rasulullah dulu pernah diminta untuk berhenti dakwah, dan dijanjikan iming-iming jabatan, harta dan wanita. Tapi kalo memang berjuang cuman dari dalam atau selalu paling bagus dari dalam, mungkin Rasulullah bisa mikir ambil saja jabatan pemimpin Quraisy dan entar perlahan rubah dari dalam. Tapi kenyataanya Rasulullah malah hijrah dan membuat negara baru di Madinah.
Jika kondisi tidak memungkinkan, bahkan lebih banyak mudharat daripada manfaat kita di dalam, kenapa tidak coba keluar? Nah yang paling tau kita yang mengalami kan.. dan tentunya harus pertimbangan matang, dan kembali ke hukum asal lebih banyak manfaat dari mudharat…
*diatas hanya gambaran dan contoh saja, tidak bermaksud mensejajarkan birokrasi Indonesia setingkat dengan Quraiys*
#Subair: hmm … di beberapa tempat mungkin lebih dari quraisy mas 🙁
Begini Mas Romi,
Memang sistem birokrasi kita belum kondusif, tapi Mas Romi semestinya bersabar sambil memperbaiki sistem dari dalam. Memang sih berat dan cape deh…demokrasi memang perlu tetapi kita juga harus pelan-pelan karena kalau langsung pakai pemilu raya, bisa-bisa kantor akan berubah jadi arena pertikaian macam kasus Pilkada di Maluku Utara sana dan akhirnya PDII bisa cepat hancur. Saya masih mengharapkan agar Mas Romi bisa kembali ke sistem lagi untuk menata masa depan PDII yang lebih cerah. Jaminan dari Bapak Mayjen TNI Mulus DP bisa dijadikan pegangan. Oh ya ada salam dari Koptu Maman Hendarman.
Setuju sangat. Birocracy Go To HELLLL !
Pernah ada yang menyampaikan satu kisah konon yang entah benar-benar ada terjadi atau tidaknya masih perlu diklarifikasi dan divalidasi (duile bahasanye …). Begini nih kisahnya: Orang jepang ngajak barter orang Indonesia. Orang (baca: bangsa) Indonesia silakan pindah semua ke Jepang dengan membawa seluruh harta bendanya. Sedang orang Jepang pindah ke Indonesia hanya memakai selana dalam doang (+ bra untuk yang wanita dong). Maka hanya dalam waktu tidak lebih belasan tahun, orang Jepang yang di Indonesia akan sama bahkan bisa lebih majunya dengan orang Indonesia yang telah pindah di Jepang. Weleh … weleh… apa ya semengerikan itu ya analogi perbandingan value bangsa kita dengan bangsa Jepang. Bukankah kalau orang Jepang punya semangat Samurai, Bushido, Naruto, dll., kita punya MAJU TAK GENTAR,RAWE-RAWE RANTAS MALANG-MALANG PUTUNG, SEKALI LAYAR TERKEMBANG-PANTANG BIDUK KEMBALI KE PANTAI, BERSATU KITA TEGUH – BERCERAI KITA RUNTUH, GAJAH MADA, SOEKARNO, BUNG TOMO, DAN BUUUAANNYAKK LAGI … Dan yang tidak kala pentingnya, bangsa Indonesia kan mayoritas beragama Islam yang sangat mengajarkan tentang: disiplin, kerja keras, jujur, tanggung jawab, visioner-futuristik-antisipatif, adil, karitatif-penyantun, ilmiah, dlsb. Apanya ya yang ERROR dari bangsa kita ini? Tolong dong, bagi-bagi informasi: dimana bisa dapat anti-virus ERROR bangsaku ini???
salut pren…gantian aku nih yang lagi “berjuang” dengan ke-PNS-anku…semoga bisa bermanfaat bagi bangsa..
wah, lagi2 birokrasi…, bang romi, selamat menghirup udara kebebasan. saya tunggu langkah2 jitu bang romi selanjutnya.
Sukses.
Subhanallah..! smoga tetap istiqomah sampe ajal menjemput!
pak rom, sepertinya hati saja saat ini sedang bergejolak dalam tubuh birokrasi pemerintahan
antara ketidak puasan dan ketidak nyamanan dengan tetek bengek pemerintahan
untuk jiwa-jiwa seperti kita,sepertinya pemerintahan belum menjadi tempat yang nyaman seperti kita karena kita masih minim dibandingkan mereka yang terbelenggu dalam struktur pemerintahan dan masih belum Think Outside The Box…..
pusing gwa…mau keluar pns pa endak…..
sepertinya lebih membuatku nyaman berwiraswasta dengan rejeki halal……tanpa memikirkan kebusukan pemerintahan….
Ass.Selamat berjuang Mas.
klo skrg sama PIP kan kapusny, gmana tuh?
Assalamualaikum WrWb.
Mas…aku mulai kenalan dengan njenengan sejak 2004, dan ketemu di PENS (Politeknik Elektronika Surabaya-ITS) tahun 2006 meski hanya diseminar dan saya sebagai audien.
Untuk Orang secanggih njenengan (ini nggak muji lho tapi kenyataan) LIPI memang wadah yang terlalu kecil, ada wadah yang lebih besar yakni “NUSANTARA”
Seperti Abah Onno juga kan…emang ITB terlalu kecil buat Abah.
LIPI emang bagian dari Birokrasi, seperti sangkar, meski dibuat dari emas aku yakin orang tipe Mas Romi tidak akan krasan, NUSANTARA menanti kunjungan anda, Nusantara menanti pencerahan anda, Sabang, Padang, Madiun, Malang, Makasar, Kendari, Sambar, Tarakan, Maumere, Jayapura, Jayawijaya menanti kedatangan dan pencerahan Anda, Jakarta memang Ibukota Indonesia tapi Jakarta bukan Indonesia, Jakarta hanya setetes air di samudra hindia,
Termasuk kapan datang ke Sidoarjo Mas Romi?
Wassalam
Oemar Bakrie
SMP AL-ISLAM Krian
“Apabila telah ditunaikan sholat,maka bertebaranlah kamu di muka bumi,dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”.(QS.62:10)
Jadi dimanapun tempat kita bisa mendapatkan Rezki,semoga mas Romi mendapatkan tempat yang lebih baik dan penuh dengan keberkahan, Amiiin.
keputusan yang berani… 😀
Bang, memang begitu birokrasi pemerintahan kita, mengecewakan, membunuh kreatifitas orang-orang yang cerdas.. terung berjuang bang.. Kalau LIPI gak bisa terima ide-ide kreatif abang,,, maklum banyak pegagai LIPI yang sudah tua takut di saingi sama yang muda-muda dengan segudang prestasi.. semoga Pemerintah SBY merombak total birokrasi di LIPI.. dan menempatkan orang-orang berprestasi di tempat yang seharusnya.
Waduh… bisa bernasib lebih buruk karir saya di PNS nih, soalnya saya pendukung dan pengagum berat pak Romi…
Musti gimana nih yah? pusing jadinya… 🙂
btw, terima kasih atas semua tulisan di blog ini, sangat inspiratif!!!
Sedemikian parahkah LIPI?, sepertinya nggak seperti itu, saya setuju yang diungkapkan Mas Hendro (yang dulu pernah berbaik hati mengantarku dari sinjuku-akihabara-azakusa – walo sempet “maaf” kebablasan sampe 3 kali bolak balik).
Saya setuju, bahwa kasus mas Romi cuma kesalahan beberapa orang saja, dan bukan institusi apalagi LIPI.
Saya melihat kebetulan saja mas Romi ini bagai “burung dara yang biasa dipakai balapan dan adu tinggi terbang, cuma kebetulan ditangkap oleh orang yang tidak hobby main burung dara”. Jadinya ya dikandangi saja, yang penting mbekur…tapi nggak boleh ngoceh, hee.hee..hee emang burung beo!!
Sejauh yang saya kenal, dia adalah seorang yang punya komitmen yang tinggi, karena hal ini saya rasakan pada perannya sebagai instruktur bersama saya di regional akademi cisco PDII, Mas Romi masih terus memberikan respon yang baik walau sudah di luar sana.
Untuk itu, saya anggap bahwa sampai sejauh ini, sebetulnya belum final, jadi kemungkinan jalan masih terbuka lebar untuk rujuk kembali, apalagi dengar2 selentingan, para petinggi atau mantan petinggi lipi sudah mulai mengenalnya lebih dekat melalui even2 seminar ato laennya. Aku harap akan ada perubahan..! LANJUTKAN!
Good luck!
Bang … katanya ilmu itu amal jariyah yang pahalanya tidak putus selama ilmu masih digunakan .. teruslah berjuang .. dan ada satu rahasia di dalam diri saya .. saya masuk kuliah di bidang komputer salah satunya gara-gara membaca ilmu komputer.com .. ini tidak bohong … dan Insya Allah crew Ilmu komputer.com tidak akan saya lupakan di setiap doa saya sebagaimana saya berusaha untuk tidak lupa mendoakan orang tua, keluarga, dan guru-guru saya .. maju terus pejuangku
Assalamualaikum, pak Romy
Salam kenal, kalau boleh tanya. Apakah bapak sa’at ini masih tercatat sbg PNS LIPI?, .. kalau msh PNS koq bisa tdk terima gaji PNS (2007).
Wassalamualaikum,
Umar
Terimah kasih telah memberikan inspirasi pada seseorang seperti saya yang sedang mencari jati diri yang idealis.
ternyata memenag dunia ini tidak diciptakan “ideal” untuk menyeleksi manusia-manusia super seperti Bang Romi ini.
Selamat telah berhasil menempuh asam manisnya kehidupan dunia ini. Semoga daku tudak terjebak dalam formalitas yang menyesatkan.
Gebrakan seperti itu memang diperlukan pak, tak usah menunggu terlalu lama di birokrasi, percepatan hanya ada jika kita yang bergerak dan mengorganisirnya sendiri. Maju terus jangan patah semangat pak.
Thanks..
selamat berjuang, maju terus pantang mundur..
majoe terus bapak
Saya tahu sekarang tanggal 30 September 2010, padahal artikel ini ditulis tahun 13 Nov. 2007. Pak Romi, tahukah Anda, saya sebenarnya telah membacanya tahun 2007 beberapa hari setelah artikel Bapak ini terbit, namun kala itu saya baru 1 tahun 7 bulan menjadi PNS, institusi kita tdak sama tetapi sama-sama dibawah Menristek. Saya kenal Bapak ketika Bapak kami undang sebagai pembicara seminar di Institusi kami.
Kenapa saya ingin menulis komentar ini? karena dahulu setelah saya membaca saya tahu dari beberapa artikel Bapak yang kurang sreg dengan sistem PNS, dan akhirnya dari artikel ini saya tahu Bapak keluar dari LIPI, waktu itu saya berpikir, “sayang ya pak Romi keluar dari PNS, tapi kan Pak Romi dan dikenal banyak, dan pintar, jadi bisa lah jadi Profesional bahkan Dosen, Pembicara yang diundang dimana2”. Namun saya tetep berpikir “Tapi kenapa harus keluar dari PNS LIPI? sayang kan?” begitu pikir saya.
Saya pun membaca artikel Bapak “PNS Tidak cocok untuk…”. Begitu membaca 100 kuadrat persen sya setuju Pak, tapi kala itu saya pun masih belum melek tentang sistem PNS yang begitu amat sangat tidak cocok. Pak, kala itu (th 2007) saya masih semester 1 studi lanjut S2 dalam negeri, saya berpikir, saya lanjutkan dulu studi saya, begitu lulus, dengan bekal ilmu S2 berdjoeang (pake istilah Bapak..:D) untuk merubah sistem PNS di khususnya di Instansi saya. Ternyata jatuh bangun, jungkir balik, dan banyak tantangan, berat memang.
Akhir 2009, 3 tahun lebih menjadi PNS saya mulai merasa kejanggalan, dan sedikit-sedikit membuka mata bahwa memang beginilah sistem PNS, beginilah birokrasinya, beginilah ini itunya..bla..bla..seperti pendapat Bapak pada artikel2 sebelumnya. Hingga awal 2010 saya selalu berusaha untuk berubah cepat, namun tetap berat karena masih dalam sistem PNS, sempat ingin keluar, namun keluarga belum merestui, malahan, Juli 2010 istri saya yg saya suruh keluar kerja (walau bukan PNS)dan saya minta untuk berwiraswasta. Walau bukan usaha seperti yg saya inginkan, namun setidaknya sudah mengobati keinginan saya untuk berubah.
Januari 2010 saya mencoba mengajukan beasiswa S3 dalam negeri, karena ke luar negeri belum diterima, dalam bayangan saya selama studi s3 saya bisa melakukan sampingan bisnis yg saya cita2kan.
Dan akhirnya saya baru tahu kalau perjanjian beasiswa dari Menristek itu ternyata adalah 2N+1 yaitu setelah selesai studi S3, maka dalam jangka waktu 2*masa studi + 1 tidak boleh keluar dari instansi, jika masa studi S3= 3,5 th, maka setelah 8 tahun tidak boleh keluar, atau kena kewajiban mengganti seluruh biaya. Hmmm..saya tidak tahu, apa saya ini salah mengambil keputusan atau tidak, karena saya sangat sepakat dengan pendapat Bapak tentang PNS, sulit berkembang disana, sulit melakukan perubahan cepat.
Akhirnya saya hanya bersyukur dan tawakal atas semuanya, alhamdulillah bisa kuliah lagi. Namun, keinginan saya untuk seperti Bapak sebagaimana telah Bapak tuliskan dalam artikel ini dan yg sejenisnya masih ada dilubuk hati, keinginan untuk menjadi BEBAS, dan MERUBAH segala sesuatu menjadi lebih baik. Mungkin seperti Bapak dahulu, bahwa hingga saat ini pangkat dan golongan saya terlalu rendah untuk melakukan perubahan.
Saya yakin ada banyak PNS-PNS lain yang seperti yang saya rasakan. Namun bagaimanapun itu, wallahualam, apapun yg terjadi nanti, saya berusaha agar bisa bebas, mudah2an tanpa harus menunggu 8-12 tahun lagi, saya justru turut senang Pak Romi sudah lebih dahulu menjadi BEBAS dan Berkembang lebih pesat, selamat..hehe 🙂 sampai ketemu di persimpangan BEBAS dalam menuangkan ide dan melakukan perubahan.
Kadang saya berpikir, kenapa saya dulu waktu membaca artikel ini belum terbuka mata hati saya, baru sekarang, dan akhirnya aku search kembali artikel ini. Komentar saya ini sekaligus penyemangat untuk diri saya sendiri, untuk dapat mengikuti seperti yg Bapak lakukan, Perdjoeangan untuk Perubahan.
Saya setuju dengan pendapat Richard Stallman yg Bapak kutip di akhir artikel ini.
Sekali lagi mohon maaf, salam kenal, dan sampai ketemu.