Wajibnya Skill Coding Bagi Mahasiswa Computing
Mas Romi, saya mahasiswa jurusan teknik informatika, semester akhir dengan peminatan software engineering. Karena saya lemah di coding, kira-kira nanti kesulitan ga ya untuk mengerjakan tugas akhir? (Taufik, Universitas Swasta di Jakarta)
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, segera lakukan taubat dan perbanyakΒ istighfar π Jurusan teknik informatika semester akhir, peminatan software engineering pula, ga bisa coding? Selama ini kemana aja om? π
Lemahnya skill coding mahasiswa di Indonesia adalah penyakit gawat, menular, mematikan dan secepatnya harus diberantas tuntas :). Mungkinkah ini juga yang membuat produksi software kita secara kuantitas dan kualitas dibawah negara tetangga kita? Ingat bahwa menurut laporan IDC dan Gartner, jumlah developer professional Indonesia mencapai 71.600 orang di tahun 2008. Jumlah developer kita tiga kalinya malaysia dan empat kalinya singapore loh π
Wahai para mahasiswaku, andai kau tahu, jurusan computing di Indonesia mengambil acuan kurikulum IEEE Computing Curricula 2005. Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer alias APTIKOM, yang menjadi wadah universitas yang memiliki jurusan atau prodi computing, membuat kurikulum inti yang mengacu ke IEEE Computing Curricula 2005, meskipun di beberapa sisi tidak konsisten π Tidak konsisten karena Information System (Sistem Informasi)Β dan Computer Engineering (Teknik/Sistem Komputer) saja yang direkomendasikan jadi jurusan atau prodi. Computer Science (Ilmu Komputer), Information Technology (Teknologi Informasi) dan Software Engineering (Rekayasa Perangkat Lunak) disuruh tumplek beg di satu wadah namanya Teknik Informatika π
Padahal sebenarnya pembobotan materi yang dibidik berbeda-beda. Silakan cek dari gambar di bawah, target kemampuan yang diharapkan dari lulusan masing-masing cabang ilmu computing menurut IEEE Computing Curricula 2005.
Secara IEEE Computing Curricula 2005, mahasiswa prodi/jurusan/fakultas/ dibawah disiplin ilmu computing, boleh tidak mengerti masalah sistem informasi atau teoritika database (mahasiswa CE misalnya), boleh juga nggak ngerti arsitektur komputer (mahasiswa IS dan ITΒ misalnya). Tapi seluruh mahasiswa wajib hukumnya, dan ini wajib ain sifatnya π punya skill coding.
Grafik pembobotan kurikulum menurut IEEE Computing Curricula 2005 adalah seperti di bawah. Sekedar informasi, CE=Computer Engineering (Teknik Komputer), CS=Computer Science (Ilmu Komputer),Β IS=Information Systems (Sistem Informasi), IT=Information Technology (Teknologi Informasi), SE=Software Engineering (Rekayasa Perangkat Lunak). Kemampuan coding dan programming masuk di materi Software Methods and Technologies. Lihat bahwa semua cabang ilmu di bawah computing membuat lengkungan di materi itu, meskipun dengan bobot berbeda antara sisi theoritical dan applied. Dan lihatlah di cabang ilmu software engineering, bentuk ovalnya paling manis dan sempurna, khususnya bobot untuk aspek Software Methods and Technologies π
Ketika ada dosen atau peneliti di kampus yang mengatakan bahwa coding dan programming tidak wajib bagi mahasiswa jurusan computing, itu sebenarnya mencederai dunia kurikulum IT di Indonesia dan dunia hehehe. Mahasiswa computing tanpa skill coding itu bagaikan garam tanpa asinnya π
Wokeh, sebenarnya bagaimana kiat mendesain materi ajar dan mata kuliah supaya tidak ada mahasiswa computing yang terkena penyakit mental tersebut? π
- Desain mata kuliah untuk tidak mengajarkan banyak bahasa pemrograman dengan paradigma yang sama. Mengajari mahasiswa dengan banyak bahasa pemrograman, artinya mendidik mereka untuk tidak menguasai satupun bahasa pemrograman.
-
Fokuskan ke satu bahasa pemrograman utama dan gunakan untuk penugasan di setiap mata kuliah. Capai level mahir di satu bahasa programming baru berpindah ke bahasa pemrograman yang lain. Saya dulu di Saitama University sampai semester 4, hanya boleh menggunakan bahasa C untuk semua penugasan mata kuliah. Semester lima baru diajarkan Object-Oriented Programming (OOP). Konsep OOP benar-benar maknyus kita pahami, ketika kita sudah dibuat pusing memanage ribuan baris code pemrograman procedural. Konsep abstraction begitu nyata, teoritika inheritance begitu mempesona, dan hakekat class yang seperti cetakan kue dengan kuenya sendiri adalah object, begitu jelas, tuntas dan sempurna π
-
Libatkan mahasiswa dalam berbagai project riil untuk melatih dan mendekatkan ilmu yang dipelajari ke dunia industri
-
Bila memungkinkan hindari ujian bergaya multiple choice, arahkan ke develop project atau laporan analisa
- Bagi mahasiswa yang mengerjakan tugas akhir, khususnya untuk yang software (product) development, wajibkan menggunakan tahapan software development life cycle (specification, design, coding, testing). Latih menyusun business process dan mendesain software dengan menggunakan UML yang relatif sudah standard.
Di sisi mahasiswa, mahasiswa juga harus aktif, jangan malas untuk banyak mencoba dan mencoba. Ingat bahwa tidak akan bisa mengandalkan materi kuliah untuk menjadi mahir di pemrograman. Bila perlu bikin project software kecil-kecilan dan mulai tawarkan lewat internet. Melatih skill coding sekaligus juga jiwa entrepreneurship.
Wahai para mahasiswaku dan para pedjoeangku, ketika cintapun tak akan membunuhmu, jangan pula coding bisa membinasakanmu. Kuasai mereka, jadikanlah energi sehingga kalian mampu membuat software dan produk yang bermanfaat untuk rakyat … itulah jalan cinta para legenda!
Tetap dalam perdjoeangan!
Pertamax !!
Problemnya gini Rom.. kalau coding aja gak bisa gimana bisa menerapkan ilmu2 Software Engineering ? Lebih salah kaprah lagi .. ada yang merasa coding == Software Engineering. Jadi baru bisa coding sebentar ngaku udah bisa Software Engineering. Padahal coding itu cuma secuil bagian dari Software Engineering.
So pointnya adalah gimana bisa mengajarkan SE yang bener.. bukan SE yang sepotong2….
#Dondy: Mantab bro. Seneng ada komentar darimu. Dirimu ini the living legend dalam dunia software engineering practice. Kudu menularkan ke anak-anak muda kita. Jalanmu dulu sudah menarik dengan codehexa, aku banyak terinspirasi olehmu bahkan … back to barrack om, kita didik anak-anak muda yuk π
Materi RPL emang paling membingungkan,
terlalu abstrak n kebanyakan teorinya,
tapi kalo pengen jadi programmer entrepeneur,
kayaknya wajib belajar RPL ya oom,
hiks… hiks…
Jadi intinya artikel ini bermanfaat dan menyesal saya baca setelah saya lulus beberapa tahun yang lampau π
Jadi terasa tua membaca artikel om Romi ini… π
Hmm… itu dia pak romi. Ternyata pikiran “jurusan computing harus bisa coding” gak diterima semua orang. Saya cerita aja dech pak.
Begini, jurusan saya IS.. di salah satu PTN. Untuk tahun ajaran baru nanti, akan ada perubahan kurikulum. Dan penyusunan kurikulumnya memakai proses dengan melihat apa saja kompetensi lulusan.
Kemudian ada rebranding jurusan. Karena ketua jurusan kami ingin maju dan tidak menjadi bayang-bayang jurusan tetangga ( sebut saja Informatika ). Karena memang selama ini jurusan IS cenderung jadi jurusan pilihan ke-2 setelah Informatika.
Brandingnya seperti ini pak : ” Do you think Information Technology is all about programming ? Well.. think again”
Intinya kurikulum pemrograman akan dikurangi banyak. Dengan alasan “bedanya apa nanti dengan informatika kalo memakai kurikulum yg sekarang ?”. Ya, masuk akal alasannya pak. Tapi entah apakah nanti masalah kemampuan coding jadi tidak diprioritaskan… karena arahnya cenderung kesana pak π
O ya, di pintu lab pemrograman tetangga sebelah ada tulisan seperti ini pak : ” Do you think information system can run without program ? Well… think again”
Kesannya jadi seperti “perang” pak. Teman saya ada yang ngomong : “mungkin mereka takut disaingi jurusan kita”
Ya, seperti itu pak. Gak tau lagi ke depannya seperti apa..
kalau menurut saya coding wajib sebagai menu sarapan setiap pagi bagi tiap mahasiswa TI pak he..he.. π
@Rudy-pg: itu karena dosennya aja yang nggak ngerti RPL hihihi
@Vavai: tidak ada kata tua untuk menjadi programmer hihihi
@Gyl: hehehe lupakan perang kata seperti itu, yang penting kita bias buat karya nyata π
IT = telat makan, kurang tidur, dan lupa waktu…
hihihi.. π masih berlakukah itu ?
Mas romi, bahasa pemrograman yg baik bwt pemula yg cenderung tertari ke dunia open source apa yaa? Thanks.
@Gyl,
Sebenernya komentar itu ada benernya … IT it’s not about coding. It’s very broad.. but.. itulah diperlukan spesialisasi.. but lagi .. apa sih yang ada di TI yang gak perlu coding ? coding bukan hanya OOP di C# atau Java atau C++.. scripting juga termasuk coding bukan ??? hehehe.. So
kalau saya jadi dosen IT atau dekan jurusan IT atau Rektor Sekolah IT.. coding itu harus jadi MKDU .. at least ngerti gimana dari baris2 perintah menjadi sesuatu π
Tapi sharing pengalaman neh.. kalau udah ngerti coding.. pindah2 spesialisasi di dunia IT itu sepertinya lebih mudah.. jadi misalnya dari developer jadi orang infra… lha apa pernah orang infra terus pindah jadi developer ? hehehehe
@Romi… gw bukan lulusan Software Engineering seperti dirimu hehehehe
@Dondy: ya kan gw sebut di sisi praktisi, sudah makan asam garam sampai elek gitu kan? meskipun dari dulu ya tetep elek gitu hihihi. Dan ga semua programmer punya sense software engineering seperti dirimu. Apalagi bukan lulusan computing pula π
Artikel yang menarik Pak…
Saya sendiri selama ini masih kuliah sambil nyambi jadi programmer. Tapi kok semakin lama semakin merasakan kalau yang namanya RPL itu bukan cuma urusan koding yah. Yang lebih kompleks tuh kalau berurusan dengan klien atau masalah spesifikasi. Kenyataannya di institusi tempat saya bekerja ilmu RPL sama sekali gak dipakai, jadi ya cm waton digarap softwarenya. (pdhl masih institusi kampus jg, yang notabene banyak dosen dan alumni ilkomp di sana).
Btw, tanya nih, Pak. Saya denger2 (cm denger2 sih) katanya kebanyakan software house di Indonesia masih baru mencapai level survival. Sebenarnya menjajikan gak sih (secara materi) bekerja sebagai programmer di Indonesia ini?
@Seagate: Yup pasti RPL is not just coding π Saya pernah tulis tentang RPL di: https://romisatriawahono.net/2006/05/30/meluruskan-salah-kaprah-tentang-rekayasa-perangkat-lunak/
umur 30 masih mak nyos belajar coding tsb ndak yah
Mas romi, bahasa pemrograman yg baik bwt pemula yg cenderung tertarik ke dunia open source apa yaa? Thanks.
tidak ada kata terlambat untuk belajar, hehehe
Belajar terus, dunia IT memang fardu ain harus belajar belajar balajar terus, tiada kata akhir buat belajar^_^
bener pak romy, saya kelewat bingung beneran, belum ada setahun sudah diajari C, terus loncat aja C#, bingung3….hiks3….
coding..
duh udah lupa lagi
baru 1 sms g ktm mata kul yg ada codingnya saya dah lupa pak..
ada solusi..???
@lookj: Ambil benang merahnya π
Staff akuntansi aja sudah banyak yang bisa coding untuk macro excel π
coding, menurut saya adalah deretan baris kata yang indah dan mempesona π dengannya membuat kita kreatif dan cerdas. Tapi ingat jangan sampai lupa segala-galanya π
pertanyannya, bagaimana kita memberikan pemahaman kepada mahasiwa (komputer) bahwa coding adalah sebagai kebutuhan (wajib) di kampus, sebagai pondasi dalam memahami lebih lanjut dunia Software Engineering. kiranya tugas kita bersama untuk itu.
Mungkin ndak pak, Kurangnya Fokus terhadap satu style / jenis bahasa pemrogram Disebabkan Tuntutan akreditasi PTN – PTS ybs ? /
Kan setidaknya harus punya kiblat ?? Piss…
hehe, jadi pengen ketawa ngakakak…. wakakakak… mungkin aku termasuk golongan yang lemah coding tapi kemaki alias nggaya alias kepedean. lemah coding tapi seneng dan hobinya ATM (Amati Tiru Modivikasi) gmn pak?
walau terkadang mulai ngamati modivikasi suatu kode kadang mpe gak tidur semaleman. tapi kalau udah ketemu jalure walau gk mudeng senenge bukan kepalang. wekekekk…
Untuk bisa coding butuh cinta yang tulus terhadap pemrograman haha, betul ga Mas Romi?? ga harus mahasiswa IT aja, siapapun bisa jika memang suka dan tekun mempelajarinya ..
namanya informatika ya makanannya coding, tp msh bnyk mas romi anak” yg udah tingkat akhir tp msh kesulitan mslh coding, bahkan hal yg dasar pun mereka tdk bs, yg penting itu gmana cara menularkan ilmu/sense kpd mahasiswa yg blum bs?
pa lg klo dah tingkat akhir tu, mahasiswa pd males klo nanya dosen, karna alasan sudah tidak ada mata kuliah yg diikuti.
wah artikelnya menarik…
saya minta ijin untuk menyimpannya ya pak….
terima kasih
@Harry: Akreditasi BAN PT? Kayaknya kok enggak ada hubungannya deh π
“Lemahnya skill coding mahasiswa di Indonesia adalah penyakit gawat, menular, mematikan dan secepatnya harus diberantas tuntas :).”
betul itu ^^ malas lah penyakit menular yang mewabah di indonesia T.T .
semoga semakin banyak yang terus mengacu pada tips menjadi mahasiswa sukses dan 10 kiat entrepreneur mahasiswa nya mas romi ^^.
^^
hufh,.. ini yang saia tunggu2 um romi.
tulisannya bisa memberikan jawaban kepada teman2 IT yang males coding.
kebanyakan teman2 TI saia bertanya, gmn sih supaya ngerti koding?kayaknya gw ga ngerti deh baca itu script coding,
mas romi, kt nya mei mw k kampus(Binus) ia??
Betul tuh, kadang ada mahasiswa yang ngga mau koding, maunya jadi analis…. loh ????
@Raffaell: Seluruh pekerjaan dalam tahapan Software Development Life Cycle (SDLC) adalah seperti sistem karir. Ga pernah ada programmer yang baik kalau dia tidak melewati jadi software tester. Demikian juga tak pernah ada analyst yang baik ketika dia tidak punya experience di software design and programming π
@RSW
Kalau di tempat saya kerja dulu yang namanya programmer itu sekaligus analis, designer, tester, dokumentator, dan trainer sekaligus π
Btw SDLC tuh sama dengan waterfall gak sih Pak? Kok katanya yang lagi populer tuh model aje gile eh agile ding π
hmmm, bagus banget tulisannya. mudah-mudahan mahasiswa yang males codding jadi terprovokasi untuk bangkit dari kemalasan
@SeaGate : “programmer itu sekaligus analis, designer, tester, dokumentator, dan trainer sekaligus”
haaa???? serius tuh?? mang bisa ya? pa ga ribet??
@Seagate: Software Development Life Cycle itu siklus hidup pengembangan software. Model proses dari SDLC boleh pakai waterfall, iterasi, inkremental, agile, etc.
Melatih skill coding kalau tidak ada interest dan hanya mengandalkan apa yang diajarkan di kampus mungkin bakalan susah.
Barangkali tempat-tempat seperti http://www.topcoder.com gitu bisa membantu. Bahkan ada ajang bermain-main coding dari sejak tingkat SMA/High School.
Untuk algoritma, Indonesia peringkat 22 disana :
http://www.topcoder.com/stat?c=country_avg_rating
Di dominasi oleh pedjoeang-pedjoeang muda yang sebagian besar sekarang ada di luar negeri seperti Singapore, Jerman etc.
http://www.topcoder.com/tc?module=AlgoRank&cc=360
Kompetisi algoritma disana memang berat, karena benar-benar adu cepat menyelesaikan masalah algoritmis, mesti familiar dengan dynamic programming, recursion, network flow algorithms, etc. Kadang tugas seminggu di kampus di Indonesia harus diselesaikan dalam 15 menit.
Tapi ada bidang lain yang kalau punya modal ketekunan bisa berpartisipas seperti design, architecture, development bahkan adu cepat mencari bugs. Ada insentifnya juga dalam bentuk $$$.
Barangkali mas Romi sempat menilik situs ini dan memberikan review :P.
Gak Bisa Coding??? Jurusan mana ya….
ciri Orang IT = Coding
kalo bukan Coding ??? ya Ekonomi, Keguruan Dll….
Coding…? It’s just writing guys! hihi..
Jangankan koding mas, merakit komputer aja masih banyak yang lom ngeh. bener-bener aneh tuh mahsiswa IT di negeri ini.
@Habibilah: hmmm justru merakit komputer itu ga wajib dipahami oleh mahasiswa computing mas. Coba cek deh dari gambar IEEE Computing Curricula 2005 diatas π
Benar-benar materi yang di perlukan bagi pelajar yang akan mulai menekuni bidang IT, CS, CE, IS, SE… minta ijin untuk repost di blog saya boleh? ^__^
benar mas romi, agak nyeleneh memang kalau ada orang informatika tapi nggak bisa coding. ngga masuk akal rasanya.
salam kenal mas.
saya dulu waktu di politeknik gak ngebahas bahasa pemrograman.
Tapi untuk menyelesaikan tugas kuliah sampe tugas akhir emang didesak untuk belajar bisa coding.
bener tuh mas Romi, kalo gak ngoding ya gak jadi – jadi softwarenya. buat yang masih lemah skill codingnya, belajar lagi ya! hiks..:D
Mas Romy,
IT ngga bisa coding ? ujung2 nya susah nyari duit tuh π hehehehe
Bagus banget artikel nya…
Makanya untuk membantu teman2 mhs/i saya selalu posting artikel berbau coding di ilkom..mudah2an bermanfaat….
jangan ngaku Mahasiswa IT kalo ga nguasain coding. dah pake bahasa apapun deh, yg penting bener-bener ciamik…
huehehe…. ituLah yang akan jadi bekal mata pencaharian keLak… hueheheehehe….
@Lucy
Hebat kan? π Yah mungkin karena di sana dianggapnya urusan bikin software tuh cukup diurus programmer semata. Mungkin juga buat menghemat anggaran.
@RSW
Oh, begitu pak. Makasih pencerahannya.
Aduh Pak Romi. Artikelnya bagus-bagus tapi tidak tersedia sarana buat share seperti bwt print gt. Jadi susah neh mau ngeprint musti edit2 di ms word. Haha . thanx artikelnya
wah berarti kata2 “f**k java” yang selama ini mahasiswa dengungkan salah ya,.. waduh aku dan teman2ku harus insyaf dan kembali ke jalan yang benar,… artikelnya membakar kobarkan semangat ni, hebat,… wah bis ini belajar java lagi,…wkwkwkwwwwkkkkkkkk