Arah Pergerakan Mahasiswa di Era Dunia Datar
Teriakan berantas kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut mahasiswa bodoh!
Mahasiswa pemalas yang tidak bebas dari penyakit finansial, absurd ketika berteriak bebaskan rakyat dari kemiskinan!
Mahasiswa koruptor jam kuliah, tidak pantas berteriak anti-korupsi!
Adalah tiga kalimat pembuka dari diskusi yang saya sampaikan, ketika diminta mengisi acara halal bihalal KAMMI Pusat, sekaligus launching KAMMI Online di Senayan, Jakarta, pada hari Sabtu, 18 Oktober 2008. Kebetulan acara ini juga dihadiri pengurus berbagai organisasi mahasiswa lain. Jadi saya gunakan kesempatan ini untuk melakukan diskusi, kritik dan sekaligus membuka wacana teman-teman mahasiswa aktifis organisasi pergerakan mahasiswa bahwa era sudah berubah.
Perlu kita pahami bersama bahwa masyarakat sudah sangat resistence dengan teriakan-teriakan idealis tanpa pelaksanaan yang sering mahasiswa lakukan. Rakyat perlu teladan, rakyat perlu studi kasus, rakyat perlu success story, dan rakyat perlu know-how yang kita milikia. Dengan memanfaatkan berbagai solusi praktis dan nyata yang kita dapatkan dari bangku kuliah maupun pengalaman lapangan, diharapkan dapat membantu masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang semakin menumpuk. Pergerakan mahasiswa di era dunia datar harus lebih cerdas, lebih efektif, sehingga energi dan biaya yang kita miliki tidak mubadzir dan bisa dialokasikan untuk berbagai kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Teknologi informasi khususnya Internet dengan jumlah pengguna yang semakin besar di Indonesia bisa menjadi satu alternatif teknologi pendukung pergerakan mahasiswa.
Saya sebenarnya tidak berbicara muluk-muluk, tapi hanya sharing pengalaman, bagaimana kehidupan saya semasa menjadi aktifis mahasiswa. Saya sempat meniti karir di kepengurusan Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang (PPI Jepang) dari level komisariat, komda, sampai menjadi ketua umum PPI Jepang tahun 2001-2003. Di sisi lain, saya juga bergerak di sisi keilmuwan dengan menjadi ketua umum asosiasi ilmiah yang dibuat mahasiswa Indonesia bernama IECI di tahun yang sama. Selain bergerak di darat, era dunia datar membuat saya juga harus bergerak di dunia maya, menciptakan usaha kreatif, menjalin kerjasama dengan organisasi lain, membangun komunitas maya, melakukan image branding, maupun mempengaruhi orang lain lewat tulisan di blog. Semua tetap saya lakukan dengan tetap menjaga prestasi akademik, karena tugas utama mahasiswa adalah belajar dan prestasi akademik adalah salah satu alat ukur keberhasilan mahasiswa dalam belajar.
Materi diskusi saya bagi menjadi dua topik utama.
-
Modal dan strategi dasar seperti apa yang harus dimiliki mahasiswa pergerakan. Modal dasar ini penting, karena membuat teriakan kita, demo-demo kita, kritikan kita terasa bermakna alias tidak hampa
-
Apa yang harus dipersiapkan mahasiswa menyambut era dunia datar. Internet adalah media yang sangat efisien dan efektif untuk mendukung pergerakan mahasiswa. Terkadang web-based influence tactics bisa lebih efektif dan efisien daripada teriakan mahasiswa di jalan yang kadang memacetkan ruas-ruas jalan jakarta yang sudah macet. Meskipun tentu saja pada timing yang lain, turun jalan juga adalah alternatif strategi yang harus kita tempuh.
PERGERAKAN MAHASISWA
Modal dan strategi dasar yang harus dimiliki mahasiswa yang merasa menjadi aktifis pergerakan saya gambarkan di bawah.
-
Jaga prestasi akademik, tugas utama mahasiswa adalah belajar, karena kedudukan di kampus membawa implikasi bahwa mahasiswa adalah seorang akademisi, pemikir, bergerak secara logis dan terukur. Kualitas intelektual kita terukur lewat nilai-nilai dari mata kuliah yang kita ikuti. Ingat bahwa teriakan berantas kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut mahasiswa bodoh!
-
Madzab, pemikiran dan strategi pergerakan mahasiswa juga harus dikuasai. Ini bisa dilakukan dengan banyak membaca sejarah pergerakan mahasiswa di berbagai negara lain, membaca biografi tokoh pergerakan mahasiswa dimanapun berada, dan tentu saja yang sangat urgent adalah sejarah dan benang merah pergerakan mahasiswa di Indonesia. Jangan sampai mahasiswa mengulang kesalahan yang dilakukan mahasiswa di era sebelumnya.
-
Benih-benih entrepreneurship harus dipupuk sejak masa mahasiswa. Mahasiswa harus berusaha mengatasi masalah finansial, karena kita harus memberikan teladan dan success story kepada masyarakat berhubungan dengan kemandirian finansial. Ingat, mahasiswa pemalas yang tidak bebas dari penyakit finansial, absurd ketika berteriak bebaskan rakyat dari kemiskinan. Kemandirian organisasi dan personelnya dari “sumbangan” pihak lain yang punya kepentingan, membuat independensi organisasi mahasiswa terjaga. Membuat teriakan kita tetap lantang kepada siapapun tanpa pandang bulu.
-
Konsistensi perdjoeangan adalah kekuatan karakter aktifis mahasiswa. Pahami hakekat dari kritik-kritik yang kita lakukan. Logikanya mahasiswa koruptor jam kuliah, tidak pantas berteriak anti-korupsi. Think globally, but act locally.
-
Public speaking dan leadership, faktor penting dalam mempengaruhi orang, karena tidak mungkin mahasiswa dengan leadership dan public speaking yang buruk mengkritik kepemimpinan nasional
-
Opini lewat tulisan adalah faktor penting dalam teknik mempengaruhi ala mahasiswa. Kualitas pikir seseorang diukur dari kualitas tulisan yang dihasilkan. Pergerakan mahasiswa tak akan lepas dari masalah intelektualitas, daya pikir, daya kreatif dan perilaku berbasis otak yang lain.
PERGERAKAN MAHASISWA 2.0
Modal pergerakan mahasiswa diatas harus dikuasai, karena itu adalah modal minimal. Meskipun itu semua tidak cukup ketika kita bergerak di era dunia datar dengan perkembangan internet dan web yang semakin pesat yang saat ini menuju ke generasi kedua (Web 2.0).
Barrack Obama tidak hanya mengandalkan tim suksesnya secara penuh ketika mengupload video pidato dan kampanye lewat YouTube, tapi sebagian diupload oleh para pemilihnya dengan sukarela. Inilah keindahan user-generated content. Influence tactics ala Web 2.0 ini saya yakin bisa dimanfaatkan oleh aktifis pergerakan mahasiswa, sehingga berbagai opini yang kita keluarkan akan lebih bergema, lebih luas dipahami masyarakat, dan wacana ini akan banyak dinikmati mahasiswa lain karena mahasiswa adalah pengakses Internet di Indonesia yang terbesar. Ingat menurut InternetWorldStats.com pengguna Internet di Indonesia mencapai 20 juta, dan menurut APJII bahkan 28 juta. Pengguna Internet di Indonesia bahkan lebih banyak daripada Spanyol atau negara tetangga kita yang ada di Asia. Tidak ada oplah media massa di Indonesia yang melebih angka 20 atau 28 juta, kecuali TV tentunya yang menurut berbagai data mencapai angka 40 juta.
Kalau boleh saya gambarkan, pergerakan mahasiswa generasi kedua alias 2.0 saya pikir akan seperti gambar di bawah.
-
Tebar Keshalehan Sosial dan Kreatifitas Maya. Ini adalah sumbangan besar mahasiswa plus sebagai solusi nyata untuk masyarakat. Efek langsungnya mungkin ke pengguna Internet, tapi efek tidak langsungnya bisa ke masyarakat yang bahkan tidak mengenal Internet. Misalnya, download materi IlmuKomputer.Com mungkin hanya bisa dilakukan oleh pengguna Internet. Tapi ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh dosen dan guru untuk mengajar anak didik yang berada di berbagai pelosok tanak air.
-
Lakukan Image Branding Lewat Dunia Maya. Sekali lagi dengan 20-28 juta penguna, Internet adalah media massa yang paling efisien dan efektif untuk melakukan marketing dan branding baik untuk personal maupun organisasi.
-
Webpreneurship. Arah entrepreneurship yang sudah kita pupuk sebelumnya, mungkin bisa dikembangkan ke arah technopreneurship, khususnya webpreneurship. Organisasi pergerakan mahasiswa bisa membangun lini bisnis yang memikirkan berbagai bisnis model yang menarik, dan dari sinilah operasional organisasi dibiayai. Kemandirian finansial ini adalah teladan yang baik bagi masyarakat, membuat teriakan lantang kita tentang pembebasan kemiskinan dan kemandirian bangsa menjadi bermakna. Mengemis dana dari para pejabat, mentri maupun institusi pemerintah atau swasta, sebenarnya membuat rantai ikatan yang mengakibatkan organisasi kita tidak independen lagi. Pada saat memimpin PPI Jepang, saya juga berkonsentrasi ke kerjasama bisnis dengan berbagai perusahaan penerbangan, perusahaan telepon seluler dan bahkan perusahaan elektronik yang punya pasar ke Indonesia.
-
Tebar Pengaruh Lewat Tulisan di Blog. Lanjutkan influence tactic yang sudah kita lakukan di media massa cetak, ke arah blogging di Internet. Bahkan ketika objek yang kita bidik adalah pelajar di level SMA dan kebawah, gunakan layanan social networking semacam Friendster yang pengguna di level itu sangat besar. Ingat, Indonesia pengguna Friendster nomor tiga sedunia.
-
Fokus di Core Competence. Ini yang mahasiswa kita sering lupakan. Jurusan yang kita pilih di kampus seolah-olah bagaikan bidang garapan sampingan. Jurusan computing yang kita pilih, tidak membuat kita fasih berbicara tentang statistik pornografi di Internet ketika kita beraudiensi tentang RUU Antipornografi. Jurusan ilmu kehutanan yang kita geluti, juga seolah-olah tidak bermakna karena kita malah mengkritik sisi lain, ketika berteriak lantang tentang masalah kerusakan hutan kita, penebangan hutan yang liar atau monopoli pemanfaatan hutan oleh perusahaan. Jurusan sosial politik yang kita geluti, juga kadang tidak membuat kita fasih berbicara tentang teoritika dan strategi politik atau komparasi sistem politik kita dengan negara lain. Wahai aktifis mahasiswa, konsisten di kompetensi inti adalah jalan yang luruk, bijak dan bertanggungjawab. Jangan pernah mengatakan hal yang tidak kita kuasai permasalahannya, karena itu membuat kita dan segala sesuatu yang kita sampaikan terasa hampa.
-
Leadership di Komunitas Maya. Buktikan bahwa leadership kita di dunia nyata juga terbukti di dunia maya. Bangun komunitas, pimpin pergerakan komunitas maya, sebagai penambah dukungan pergerakan kita di dunia nyata.
Terakhir, tiga pesan saya untuk para aktifis pergerakan mahasiswa.
-
Perdjoeangan yang mahasiswa lakukan adalah untuk memberi manfaat bagi rakyat. Semua itu bukan bertujuan untuk jalan kita menuju senayan (menjadi anggota DPR), jalan kita menjadi pejabat, jalan kita mendapatkan uang secara instan, atau jalan-jalan berpamrih lain yang membuat kita tidak ikhlash
-
Ucapan menjadi bermakna ketika kita juga bergerak melakukan perubahan dan memberi contoh yang nyata. Think globally but act locally.
-
Kembalikan perdjoeangan ke karakter dan kredo mahasiswa yang sebenarnya. Mahasiswa adalah akademisi, pemikir muda, intelektual muda, entrepreneur muda dan agen perubahan bangsa. Baca kembali dengan detail semua visi, misi dan kredo organisasi pergerakan mahasiswa kita, pasti selalu menyebut masalah intelektualitas, jiwa pemikir dan kekuatan akademik lain. Karena itulah akar dan dasar kita bergerak.
Tetap dalam perdjoeangan!
Selamat berjuang para Mahasiswa!
sudah saatny mahasiswa bergerak di dunia nyata bukan dunia kata-kata
Ya Pak. benar yang terdapat di tulisan bapak. mahasiswa sekarang ini kritisnya nggak melalui proses. dia semacam makanan ringat, instan banget mencetak penggerak yang tangguh. padahal mahasiwa adalah golongan yang bisa menggerakkan suatu massa besar guna kemajuan bangsa ini.
tapi saat ini mahasiswa hanya di nina bobokkan pada situasi yang sebenarnya membuat dirinya hanya setengah dalam pengamatan dan pergerakan.
bayangin saja pak. kebanyakan mahasiswa aksi itu cuma ikut ikutan. saat ini mahasiswa sering sekali aksi. padahal, jika mau jujur. masyarakat saat ini mempunyai perbedaan pandang antara mahasiswa di jaman sekarang dengan dulu. dulu, demo merupakan alternatis terakhir, e sekarang aksi merupakan sarapan pagi mahasiswa. makanya banyak masyarakat yang udah nggak percaya lagi sama mahasiwa.
mungkin satu aspek yang sangat penting digali dan dikembangkan oleh mahasiswa yaitu menulis. seharusnya mahasiswa mempunyai kekuatan yang sangat besar yaitu menulis, nggak cuma teriak-teriak doang.
para pejuang kita telah membuktikan eksistensinya lewat tulisan. pergerakannya sangat rapi dan bagus karena tulisan yang keluar dari keikhlasan. mungkin itu yang harus dipertimbangkan oleh mahasiswa saat ini. sehingga kelihatan, antara MAHASISWA IDEOLOGI, ATAU IDEAOLOGI MAHASISWA
saya sangat tertarik dengan topik diatas mengenai pergerakan mahasiswa. mas romi bisa tidak saya mewawancarai anda seputar topik diatas via email?thank u for u attention
saya setuju
bravo..bravo..mahasiswa indonesia…
Sudah sekian lama saya merasakan ada ketidak”normalan” pergerakan jika hanya dilakukan dengan gembar-gembor kata yang tidak efektif dan aplikatif…sudah saatnya, mahasiswa harus menerapkan strategi baru agar respek dan apresiasi masyarakat terus terjaga..
semoga saja…
K
dulu masih aktif di OM. ga pernah sekalipun ikut aksi dijalan. paling biasanya membantu dibelakang layar. memang paling mudah bersuara tp klau ada tindakan juga percuma. noki sekarang lg fokus kuliah dan memperbaiki beberapa nilai mata kuliah yang jelek
mosok pengin negara rusuh dulu baru kegiatan mahasiswanya “kelihatan”
jadi ingat semasa mahasiswa dulu, ngunjungi kantor gubernur untuk unjuk aksi tapi minta izin DOSEn…
semoga akan banyak muncul mahasiswa 2.0 😉
perubahan dimulai dari diri sendiri dulu…keluarga, lalu ke lingkungan yg lebih luas…tugas anda belajar dengan tekun sesuai ilmu yang anda geluti… hindari politik praktis…tetap berada dijalur ideal..mengawal dan mengontrol reformasi..
maju terus indonesia …bravo mahasiswa indonesia ganyang korupsi dan sindikat narkoba
menginspirasi…
*sambil menunggu format mahasiswa 3.0 🙂
sepertinya istilah 2.0 sudah mulai di tempelkan pada mahasiswa, semoga bukan karena latah. yang menjadi pertanyaan saya adalah apakah mahasiswa 2.0 atau pergerakan 2.0 harus merambah dunia maya? saya pikir lebih baik kita mendefinisikan 2.0 itu sebagai revolusi perbaikan dibidangnya.
Terima Kasih Kang Romi…
tulisan ini sangat meng-inspirasi…
Pa Numpang Download tulisanya biar bisa jadi temen2 di organisasi saya,suwun
Setuju ma om Romi, saya juga ga suka sama mahasiswa yang kerjanya demo nggak jelas apa yang didemoin, katanya sih membawa aspirasi rakyat, tapi cuma memperlihatkan bagaimana keburukan mereka sebagai mahasiswa. bagi saya seorang mahasiswa harus bisa berfikir kritis dalam menyampaikan pendapatnya. Sekarang ini hampir semua media tiap hari beritanya demo mahasiswa. Bagaimana kita sebagai mahasiswa bisa menjadi teladan yang baik bagi rakyat negri ini dan adik2 qt yang lebih kecil. Mereka akan berkata “Kakak2 mahasiswa aja boleh teriak2 di jalan n ngerusak kenapa qt nggak?” Apa qt sebagai mahasiswa nggak malu tuh???
wah selamat pak romi.. semog tetap membangun Indonesia..
Duuh.. mahasiswa kita gimana ya? Doyannya demo(tepatnya pemaksaan+anarkis).
Sangat jarang mahasiswa kita yang tetap mepertahankan prestasi akademiknya dengan tetap berorganisasi.Penyebabnya mgk, ketika mereka pertama kali menjadi mahasiswa, yang dipelajari adalah bagaimana cara demo dan tawuran(ini yang saya lihat di beberapa PT di wilayah timur Indonesia). Bukannya memberikan bekal bagaimana cara belajar dan mengembangkan diri di PT dengan cara yang benar.
Akibatnya ya… demo –> anarkis —> tawuran. Tidak jauh2 dari hal itu prestasinya.
Maka, yang membaca tulisan di atas seharusnya seudah membuat perencanaan ke depan lagkah-langkah yang akan dilakukan agar bisa tetap berprestasi dan mengembangkan aura keshalehannya.
regard
A | Kha
Ada ungkapan actions speak louder than voices…
walaupun mungkin tidak mutlak benar,,, tapi itu patut diterapkan oleh mahasiswa dalam pergerakannya… ga ada gunanya bicara tanpa tindakan…(kecuali motivator…)
Okelah arah pergerakan mahasiswa harus sejalan antara di darat maupun dalam dunia maya. tapi yang harus di pahami bahwa jalan pergerakan mahasiswa harus dengan gerakan politik karena untuk dapat menyalurkan aspirasi rakyat harus dengan berkuasa. duduk di parlement tapi gerakan ekstra parlemen tetap harus di lakukan untuk mengingatkan calon2 kita yang duduk di parlemen.
met berjuang!!!!
Cukup Sudah jadi Bangsa KULI
Ayo bangkit jadi Bangsa MANDIRI!!!!
Bangun Dewan Mahasiswa
Rebut Demokrasi Sejati!!!
bener2 msti jadi orang ikhlas,. =D
top pak. ternyata di indonesia masih ada yang betul-betul mau memikirkan kaum muda. gagasan-gagasan segar nan cerdas selalu kami tunggu pak romi.
Benar-benar memotivasi…
Makasih banyak Mas, orang-orang seperti kami jadi terangkat martabatnya dengan keberadaan artikel ini.
Hehe…
tugas utama mahasiswa adalah belajar, karena kedudukan di kampus membawa implikasi bahwa mahasiswa adalah seorang akademisi, pemikir, bergerak secara logis dan terukur. Kualitas intelektual kita terukur lewat nilai-nilai dari mata kuliah yang kita ikuti. Ingat bahwa teriakan berantas kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut mahasiswa bodoh!
ip rendah = bodoh? sepicik itukah? klaim yang terlalu dalam, tapi tanpa dasar. IMO sih ya mas..
lagipula sangat bertentangan dengan statement anda sendiri :
Kualitas pikir seseorang diukur dari kualitas tulisan yang dihasilkan.
#andi-dobleh: Coba dipahami lagi konteksnya, saya yakin tdk ada yg bertentangan kok 🙂 Kualitas pikir seorang mahasiswa memang terlihat dari tulisannya, dan alat ukur gampangnya memang angka IPK.
IPK itu tdk penting, masalah ecek2 dan rendah. Nah, kalau yg masalah ecek2 dan rendah aja mahasiswa tdk mampu memecahkan, apalagi masalah yg lebih kompleks dan penting? 🙂
Pahami konteksnya 🙂 punya ide lain? Tulis di blog anda, insya allah saya ikuti nanti 🙂
justru itu mas.
terlalu dangkal ketika kita mengambil kesimpulan berdasar IPK semata…
itu maksud ku ketika aku tulis :
lagipula sangat bertentangan dengan statement anda sendiri :
Kualitas pikir seseorang diukur dari kualitas tulisan yang dihasilkan
Lagipula, benarkah karena bodoh saja, maka seorang mahasiswa memperoleh IPK rendah?? banyak penyebab-penyebab lainnya. contoh; dia masuk jurusan yang sama sekali tidak disukainya, semua karena paksaan ortu.
Memang statement Anda itu kontekstual Mas. Hanya saja, walau demi kepentingan pidato dan motivasi, tetap tidak membenarkan untuk mengajak orang lain melihat permukaan saja.
Buat ku, silahkan mahasiswa berteriak, asalkan bedasarkan data/fakta atau hasil diskusi ilmiah(yang pastinya berdasarkan data juga).
soal IP, IP sering menipu…
Aku belom punya blog Mas. (ihik2.. jadi malu nih)… ntar kalo ada aku kabarin…
#andi-dobleh: Coba tenang, dibaca lagi komentarku diatas, tidak ada yang bertentangan kok. Kualitas pikir seorang mahasiswa memang terlihat dari tulisannya, dan salah satu alat ukur gampangnya memang angka IPK. Tidak mengukur semua tentunya.
Untuk keperluan pidato dan demo, mahasiswa IPK dibawah 2 juga absurd dan menggelikan ketika berteriak mengkritisi pemerintah supaya membebaskan masyarakat dari kebodohan 🙂
Saya sendiri tidak pernah berani mengatakan sesuatu yang saya tidak melakukan, itu namanya gajak ngidak rapah kata orang jawab. Dan Islam melarang kita mengatakan sesuatu yang tidak kita lakukan.
Pahami, lakukan dan sebarkan, itu jalan yang terbaik. Sama saja dengan fenomena yang kita tidak setujui ketika maling teriak maling atau koruptor teriak koruptor 🙂
Jlentrehkan ide anda dalam tulisan yang komprehensif,logis dan idenya terlihat. Nggak enak diskusi sepotong-sepotong seperti ini 🙂
ok mas…
kebiasaan diskusi di blog persma kampusku… hehehehe…
Tetep maturnuwun buat layanan diskusi singkatnya..
Juga artikelnya, overall : inspiring!
Let’s hope the best for Indonesia…
Ayo Belajar
Thanx Pak Romi,
Artikel ini sangat mencerahkan, sekaligus kritikan bagi gerakan mahasiswa yang sekarang tambah ambradul. Cuma jago teriak-teriak di jalanan, kemudian bengong di kosan nunggu vonis DO karena kuliah yang terbengkalai.
Kalau mau jago teriak juga harus pintar dan harus punya karya.
Btw, aku suka dengan istilah pergerakan mahasiswa 2.0
mas Artikelnya cukup menArik N nakal y…
Agak Kritis c CumA t”lalu NaiF,,,
MahAsiswa yG digambarkan sama mas diatas SayA berani taruhan tuh orang cenderung individualistik n biasa kerja dialik meja tanPa tau kondisi dilapangAn sebenarnya sepeRti apa….
seKarANg GAk PerLu OrG2 MaTerIalistik N InDIViDUaliStik,,,,Tp PErlU Org Yg IdiAliS,PEkerjA Keras,BerjiWa SOSIaL Tinggi n Tau Gmn SituAsi D lAnpangan Agar DiA Tau gmn Sebenarnnya Mengatasi masAlah Yg Terjadi…
Btw MakasiH DagH Ngijinin Saya Ngeritik y mas…
salam kenal…
Saya suka nih artikel ini, mantap dan cukup menusuk hati… 😀
mengagumkan…
aku suka tulisan-tulisan bapak romy, tetep semangat ya pak,
leadership di dunia maya, dunia yang datar.
Siapa saja bisa menjadi pemimpin tidak peduli usia,latar,keluarga atau warna politik. Leadership di dunia datar dimotori oleh ide.
barang siapa punya ide cerdas, dan user-friendly maka siapa saja akan mengikuti. seperti twitter itu.
makasih pak:)
sebuah wacana yg dapat menembus pusaran logika massa yg terlahir dari pemikiran yg luar biasa……..
boleh tuh………..cuma perlu di cek lagi. thanks ya…………
assalamualaikum
GREAT !!
inspirasional banget. memang gerakan mahasiswa di masa yg akan dtg harus bisa mengikuti perkembangan teknologi.
webpreneur !! yuk kita bangun potensi di dunia maya…
hidup mahasiswa
saya sangat setuju dngan apa yang pak romi tulis,,,,
dengan aksinya yang anarkis membuat mereka sendiri yang mendapatkan image buruk di masyarakat,,,mahasiswa anarkis lah,tidak punya moral lah!!
mulai sekarang ayo kita jadi mahasiswa yang SESUNGGUHNYA dibutuhkan oleh negara bahkan dunia ini,,Jangan mau menjadi pion para petinggi yang ingin berkuasa
HIDUP MAHASISWA…!!!
Mmm… Benar-benar artikel yang menarik. Kalo menurut saya kembali saja ke salah satu ajaran Islam yang intinya jangan membahas apalagi memperdebatkan suatu hal yang kita tidak tahu ilmunya. Orang Indonesia pintar bicara, PD nya tinggi, jadi kadang tidak tahu diri (hanya mengingatkan diri sendiri). Sukanya debat bukan diskusi (kalo debat mempertahankan pendapat, kalo diskusi saling memperbaiki). Jadi menurut saya untuk mengatasi masalah seperti ini introspeksi bakal jadi obat mujarab, fokus pada bagian kita masing-masing, jangan maunya menang sendiri. Semua orang punya tempat di dunia ini. Dan bukan untuk saling menjatuhkan, tapi untuk saling berkolaborasi.
baru mampir ke tulisan yang ini…yup, kekurangan saya yang satu itu, semoga bisa diatasi..
Ini satu artikel yang bisa mendobrak jiwa para mahasiswa/i . . .. !
Guru Besar kita memang OK…..!
artikel yang menggugah saya..
Tulisan yang menarik.. sudah seharusnya pergerakan mahasiswa mempertimbangkan tulisan ini..Jangan hanya bisa berteriak di jalan tapi harus bisa dibuktikan dengan karya2 yang besar..
Salam pak romi…
Menarik, semoga hal ini berimbang pada masyarakatnya sehingga tidak sia-sia tulisan yang menggebu-gebu di dunia maya, tapi ternyata si masyarakat tidak bisa merasakannya karena masih buta internet dan bloging.
peregerakan tetap harus dijalanan, semakin gak ada yang turun ke jalan , pemerintahnya semakin merasa adem ayem! berdemo agar menarik perhatian massa dan media massa !
Sehingga tidak terkungkuh dimakan zaman, SElagi bisa berjalan berjalanlah, selagi bisa berteriak-berteriak lah, ! selemah-lemahnya perjuangan , itu cukup lewat hati !
Gie juga berdemo dengan tulisan positif yang di Pamerkan berimbang dengan masyarakatnya ! + tidak lupa turun ke jalan !