Beralihnya Trend ke Jurusan Desain
Masih teringat di kepala bagaimana dulu jurusan pertanian gampang sekali mencari mahasiswa. Kemudian meningkatnya bisnis minyak yang berimplikasi ke kesejahteraan pegawai perusahaan minyak membawa motivasi anak muda ke jurusan perminyakan dan pertambangan. Tidak berakhir sampai disitu, trend beralih lagi ke teknik elektro dan teknik mesin. Perubahan trend berlanjut lagi karena sejak sekitar tahun 1995, terjadi perubahan besar minat mahasiwa ke jurusan computing (komputer), baik jurusan teknik informatika, sistem informasi maupun ilmu komputer. Jurusan komputer termasuk yang fenomenal karena boomingnya sangat (terlalu) besar. Bahkan ada universitas yang bisa menampung jurusan teknik informatika sampai 2000 mahasiswa per tahun, alias lebih dari 20 kelas per angkatan. Apakah single majority ini akan terus bertahan. Menurut saya kok sudah ada tanda tanda mau berubah π
Saya sebagai computer scientist tentu secara personal berharap jurusan computing ini terus booming, ya supaya “nggedabrusan” saya juga bisa laku … hehehe. Tapi kenyataan dunia tidak selamanya akan mengikuti kehendak hati kita. Saya justru melihat bahwa pelan tapi pasti sudah mulai ada pergeseran trend dari computing ke bidang lain. Saya lihat yang menjadi alternatif saat ini adalah di jurusan desain, dan bukan desain yang murni ke seni rupa (otak kanan), tapi yang menggabungkan aspek teknologi (otak kiri) ke dalam desain.
Perkembangan produk multimedia untuk game, animasi dan kartun saat ini terpecah menjadi dua madzab besar. Madzab yang pertama adalah yang mengandalkan kekuatan karakter dan kedalaman cerita sebagai faktor terpenting, ini diwakili oleh Jepang. Madzab kedua yang berorientasi ke teknologi, kedigdayaan alat, dan pemakaian 3D yang semakin halus dan sempurna, ini diwakili oleh Amerika. Kalau Jepang punya Miyazaki Cartoon, Amerika punya Pixar yang telah melegenda. Dulu jurusan desain di seni rupa, dan bidang computer graphics di computer science hanya bergerak sampai disini. Dan sekarang, creative industry pelan tapi pasti bergeser dari masalah toy problems ke arah permasalahan yang lebih riil, baik untuk memberi solusi masalah entertainment, pendidikan dan bisnis.
Majalah business week cukup tajam membaca trend ini. Edisi November 2007 lalu mengupas bagaimana lulusan jurusan dan sekolah desain ini mulai banyak dicari oleh perusahaan perusahaan besar di Amerika. Intinya, banyak perusahaan melakukan pergeseran paradigma, dimana masalah “pengelolaan demi efisiensi” yang menjadi fokus lulusan sekolah teknik dan bisnis tidak terlalu relevan lagi. Mereka lebih memerlukan lulusan memberi solusi “bagaimana memaksimalkan peluang”. Sekolah desain ternyata lebih bisa membentuk generasi baru manajer yang lebih kreatif dan inovatif, dan bahkan kadang-kadang memiliki pemikiran cerdas yang “out of the box”. Perusahaan besar seperti Renault, Boeing, Levi Strauss, Estee Lauder, Ford dan Steelcase sudah membuktikan bahwa terjadi perkembangan perusahaan yang signifikan setelah mereka mencoba merekrut SDM yang memiliki latar belakang desain. Dari sinilah bergeseran dimulai. Intinya adalah bagaimana menggabungkan orang teknik, orang bisnis dan orang desain ini supaya bisa bekerjasama dan memberikan solusi masa depan dengan lebih baik.
Royal College of Art bekerjasama dengan Tanaka Business School dan sekolah teknik Imperial College London mulai membuat program studi baru berhubungan dengan ini. Carnegie Mellon University malah mencoba menggabungkan mahasiswa desain, teknik dan bisnis dalam satu tim untuk mengerjakan beberapa project. Rotman School of Management, Universitas Toronto juga mencoba menggandengkan mahasiswa MBA dengan mahasiswa desain dalam kelas-kelas pengembangan produk. Richard Boyko, pemimpin program pascasarjana periklanan di Virginia Commonwealth University meluncurkan program pascasarjana baru bernama “manajemen merek kreatif”, yang diharapkan menjadi MBA alternatif bagi yang tertarik menjadi chief marketing officer atau account manager. Richard Boyko berkomentar bahwa pebisnis adalah orang-orang yang ibaratnya hanya berurusan dengan uang tapi mereka tidak dilatih untuk memperhatikan konten kreatif. Institute of Design di Illinois Institute of Technology juga menawarkan program master bisnis dan desain baru khususnya dalam masalah manajemen lingkungan hidup.
Bagaimana dengan Asia? Shih Chien University dan National Cheng Kung University di Taiwan, National Institute of Design di India, Tsinghua University di China, Hongkong Polytechnic mulai bergerak membangun jurusan atau sekolah yang diberi nama “manajemen kreatifitas”.
Gimana Universitas di Indonesia? Adakah yang tertarik membuat program gabungan teknik, bisnis dan desain ini? π Biasanya Universitas di Indonesia lebih memilih menjadi safety player, wait and see dulu baru setelah booming nanti ngikut … hehehe.
BTW,Β paling tidak langkah yang dilakukan teman-teman di poros barat (ITB) dan poros timur (ITS) yang mulai membangun konsentrasi dan jurusan game technologyΒ dengan perpaduan aspek technicalΒ dan design cukup menarik.Β Saya sedang membantu teman-teman di Semarang untuk mencoba mencreate program serupa di poros tengah. Kita tunggu tanggal mainnya π
Tetap dalam perdjoeangan …
Safety player : biar pelan yang penting selamat ….
# Infomedika: Untuk menjadi bangsa yang besar, tidak hanya perlu keselamatan, tapi juga kepioneeran dan leadership. Dalam dunia yang makin kejam ini, no place for the follower.
di indonesia ada sekolah cap gajah dengan semboyan IPTEKS-nya. Ilmu Pengetahun, Teknologi, dan Seni. Desain salah satu bagian dari Seni itu.. berarti Indonesia sudah lebih maju π
wah kalimat diatas tuk target mahasiswa masuk untuk jurusan IT kurang pak, ada satu kampus target minimal menerima untuk jurusan IT 4000 n terpenuhi target hingga melampaui menjadi 9000 tp hasilnya kebanyakan ga jelas …
heheheh makanya keio buka sekolah baru: graduate school of media design: http://www.kmd.keio.ac.jp
Setubuuuhhh…eh setuju banget mas Romi..
Semua ulasan mas Romi di blog ini sangat relevan dan terkini. Memang betul mas, kombinasi Teknik (Informatika), Bisnis dan Desain saat ini yang sangat dibutuhkan. Saya kadang puyeng ketika ketemu programmer yang hanya mementingkan ‘engine’ saja tapi melupakan estetika dan tampilan karyanya, begitu juga sebaliknya……. apalagi yang sekaligus didukung dengan “sentuhan” bisnis..!!
Aku setuju banget dengan posting mas Romi kali ini dan terus berharap ada Desainer yang mau mampir di Salatiga…hahaha (sekalian iklan lowongan pekerjaan bisa kan mas Romi???). IT, Business & Design…..itu syarat-nya….sekalian bantu adik2 mahasiswa dalam mengembangkan bisnisnya…..hehehe….. π …(pasti ada income-lah)….hehehe
Kalo ada yang serius, bisa contact japri saya……….. matur nuwum sanget ya mas Romi (hehe….sorry Bhs Jawanya masih belepotan nih)…hehe π
safety player=alon-alon waton kelakon
sama gak ya? π
atau Follower gak pa pa waton kelakon π
wedew..
Matur nuwun pencerahannya
Tetap dalam perdjoeangan dan tetap semangat
Pak Romi ..Salam Perdjoeangan memajukan IT Indonesia
1. Ulasan ini sepertinya semangat baru Pak Romi ngajar di game technology…
2. Kalo pak romi bilang komentator bola dari Indonesia aja katanya udah mengamati frey sejak umur 16 (wow..)… dibanding komentator bola dari jepang yang kadang gak kenal pemainnya. Tapi …orang jepang kok malah lebih kreatif ya… apa terlalu sibuk mengamati orang lain aja sampai gak ada kerjaan lain?
3. Makasih atas pencerahannya waktu kuliah umum di udinus (1 Des 2007)….btw… iklan-iklan jepang dll yang didisplaykan waktu itu dapat ane donlot dimana yah… ?? lumayan buat memotivasi biar lebih kreatif..
Arigato 3x
bagus sekali tulisannya Pak,
belajar dan terus belajar lagi….
Mas Romi, jangan lupa salah satu pelopornya: dschool Stanford – http://dschool.stanford.edu/
Saya sendiri sebagai pelaku di bidang pendidikan sekarang sedang mencoba menjadi ‘evangelist’ di tempat saya mengajar mengenai masalah ini, kebetulan universitas tempat saya mengajar memiliki jurusan-jurusan yang bisa dijadikan dasar dari bentuk pendidikan model ini.
Salah satu ide saya adalah, satu matakuliah yang sifatnya lab, mahasiswa jurusan teknologi informasi, desain dan bisnis digabung dan ditantang menghasilkan produk yang memiliki unsur ti, desain dan bisnis dalam waktu satu semester. Mungkin tahun depan hal ini sudah bisa jalan.
Tertarik untuk diskusi soal ini? Kita atur waktu deh mas :).
Poros tengah mau dibangun di Semarang ya pak? Yogya masuk mana?
kalo 10 taon kedepan kira2 trendnya apa ya pak? (he..he emangnya fortune teller). Jaga2 buat anak nih…
Universitas negeri bisa kalah cepet sama universitas swasta, Pak. Apalagi kalau birokrasinya tidak beda dengan birokrasi di lembaga pemerintahan.
Ulasan mas romi itu natural/alamiah banget. karena memang dimuka bumi ini ga ada yang benar-benar abadi. Persoalannya, apakah kita cepat tanggap & peka – responsif – terhadap perubahan dan pergeseran itu.
Sepertinya ini topik yang bagus. Thanks mas romi.
# Rudy: Yup sama sama
# MAW: Hehehe … sekarang dah banyak negeri yang mulai kebingungan
# Danar: Anaknya umur berapa mbak? Sepertinya ulasan artikel ini masih relevan kalau baru 10 tahun
# Annots: Jogja sudah banyak prof dan orang pinter. Mungkin kalau aku ngomong di sana nggak ada yang gubris …hehehe makanya aku pilih tempat yang kira-kira secara birokrasi lebih simple
# Avianto: Oh great. Thanks infonya
# Zerokorgan: Bisa disearch di google, lha kemarin nggak minta waktu aku ke sana?
# Cakbud: hehehe aya aya wae
# Johan: Mudah-mudahan ada yang baca tulisan mas johan π
# Dikshie: Oh great, keio dah mulai yah …
# Buds: heheeh ya begitulah kondisinya
# Gre: Sudah saya tulis di akhir artikel π
tapi kayaknya pergeserannya masih lama deh. saat ini IT masih berkuasa π
emang klo diliat-liat, anime jepang msh bnyk yg 2D, sedangkan klo amrik klo nggawe animasi, pasti kebanyakan 3D.Masing2 punya ciri sendiri spt yg mas Romy bilang.Nggak tau yah, knp jepang jarang mbikin film 3D, mungkin takut gagal kayak pelem Final Fantasy.
Negara kita punya banyak brillian2 desainer grafis & animator 3D, tapi sayang.. mereka gak kepake di negeri sendiri.
Desain grafis di Indonesia, semua orang bisa dengan mudah belajar (thanks to software piracy :D). Tapi pada akhirnya, ya.. di sini hasil karyanya kurang dihargai. Bagi yg berani bersaing di luar negeri, mereka keluar negeri. Yg di dalam negeri, klo gak menyiasati ya akhirnya banting harga.
Di luar sono hebat ya.. jurusan sampe yg spesifik banget ada.. sampe2 seniman grafis ada yg bener2 mendalami Biomedical Visualization di pendidikan formal…
# Kamal: Hmmm nggak lama lagi lah π
# Toim: Hmm kalau teknologi Jepang juga nggak kalah. Cuman memang ada kekuatan dan uniqueness lain yang dikejar π
# Huda: Mungkin maksud mas Huda karena pasarnya di Indonesia belum banyak. Kalau itu memang benar. Cuman banyak kok perusahaan Jepang yang mengoutsource ke industri dalam negeri π
Sebenernya desain itu lebih bagus klo di dukung jiwa seni, pasti akan menghasilkan karya yang memadukan jiwa seni alami dan seni yang terdukung teknologi.
Seorang desainer akan sangat kreatif klo jiwa seninya tinggi, tapi bagi yang kurang jiwa seninya bisa juga mungkin hanya lebih lambat.
Sesuai peluang bisnis sekarang ini orang yang berjiwa seni tinggi dan yang kurang akan berlomba-lomba untuk bisa menjadi seorang desainer handal.
Betul gak π
Akuntansi tiap tahun tambah rame juga, hehe
hehe….
kebetulan ya….
kayaknya indonesia mulai flooding lulusan desain , entah itu grafis maupun yang lain, tapi yang paling menggila adalah desain grafis….
menurut majalah concept aja, kita negara kita over dalam segi lulusan deain grafis diatas 2000 orang pertahun ( klo ga salah ) dibandingkan dengan lowongan pekerjaan…..
jadi desain adalah sesuatu yang sudah booming di indo
jogja memang kebanyakan prof dan orang pinter..
tapi mereka terlalu congkak dan memandang remeh yang lain..
pak romi mau bikin sekolahan ya? hihihiiii…
Saya tidak melihat perubahan trend. Mau desain, pertanian, atau apa trendnya tetap sama, yaitu mengarah untuk jadi “kuli”. Kapan membangkitkan semangat entrepreneur-nya? Ya, memang “kuli” selalu lebih banyak daripada leader & pionir, dan banyak kuli yang naik pangkat juga jadi penyedia lapangan kerja (tapi biasanya butuh waktu lama sampai ke mindset itu).
Negeri ini udah kebanyakan kuli yg ujung2nya para kuli & ahli dgn kualitas top malah direkrut & dimanfaatkan sama negara asing buat kemajuan mereka yang berimbas pada semakin terpuruknya negeri ini.
Di sisi lain leader di sini juga sebetulnya bejibun, sayang lebih banyak yang blunder.
Sori beda konteks. π
SALAM PERDJOEANGAN
memang sebuah idealisme untuk mengembangkan suatu bidang ilmu membutuhkan kekuatan jiwa yang luar biasa. tidak jarang suatu saat mengalami kondisi yang serba sulit, lantaran sedang tidak “diminati” masyarakat kebanyakan. tapi yakinlah, selama tujuan kita mengembangkan ilmu, InsyaAllah, Allah akan melapangkan jalan. dan saya yakin, justru orang-orang yang konsisten terhadap bidang ilmunya, namanya akan hidup sepanjang masa.
to pak romi, maaf pak ini baru masa-masa ujian di pasca, jadi saya belum sempat nulis.
# Nanang: Yup pasti, kan memang jurusan semacam DKV ngajarkan seni π
# Dhan: Lha mas Dhan sendiri masih jadi kuli atau sudah juragan π
# thePogee: Hmmm flooding sih tidak menurut saya. Dan design yang saya tulis diatas bukan lagi masalah design grafis lho π
trend inilah yang membuat banyak calon mahasiswa ‘nyasar’ ke jurusan teknik informatika atau ilmu komputer seperti yang sudah ditulis Mas Romi diartikel sebelumnya…
beberapa mahasiswa/i saya juga termasuk yang berharap mendapatkan materi tentang desain grafis/multimedia di teknik informatika…
# Infomedika: Untuk menjadi bangsa yang besar, tidak hanya perlu keselamatan, tapi juga kepioneeran dan leadership. Dalam dunia yang makin kejam ini, no place for the follower.
hmm gak juga, google.com bukan search engine pertama di dunia ketika pertama kali dia muncul, tetapi faktanya srkng memimpin pasar search engine
@johan
halah yg namanya programmer, memang urusannya coding bukan estetika, anda terlalu berlebihan berharap mendapatkan estetika dari seorang programmer
Trend memang selalu berubah,
Haruskah kita untuk selalu mengikutinya ?
Tanya kenapa π
# Adit: google.com bukan search engine pertama, tapi pioneer dalam penerapan robot crawler untuk data indexing search engine π
# Fauzan: Tidak harus, tapi harus membuat rencana dan strategi yang lebih baik.
# Dhan: Lha mas Dhan sendiri masih jadi kuli atau sudah juragan π
Hahaha… sekarang saya masih kuli merangkap self employee, dulu sempet ngerasain jadi juragan tapi gak kuat lama, sekarang mau beranjak lagi belum ketemu momentumnya.
Website nya Mas Romi bagus. Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Mas Romi berhasil mengikatkan pengetahuan disini. Mo nambahin soal trend Mas. Internet booming, web design sudah bukan hal yang sulit lagi. Orang-orang dengan mudah membuat website, meski dengan membuat sendiri atau menggunakan fasilitas pembangun web gratis, spt wordpress, blogspot, dll. Dunia tulis menulis/jurnalis dulu hanya dominan milik para wartawan. Sekarang, dengan segala kemudahan yang ada, masyarakat yang melek internet dapat leluasa menulis. Lahirnya blogger. Jadi, sistem blogger banyak menfasilitasi masyarakat untuk menulis layaknya jurnalis. Ya seperti Mas Romi ini. Jika kita sulit menembus Kompas, Jawapos untuk menulis, skr dengan blogger, jurnalisme adalah milik warga. Siapakah yang akan diuntungkan dalam trend baru ini ?
Udah lama nih ga berkunjung ke websitenya mas Romi….
Terus kalau trendnya ke jurusan desain , saya sebagai mahasiswa ilmu komputer apa juga harus belajara desain?Kira-kira dunia ilmu komputer di Indonesia masih bisa berkembang ga mas?
Matur nuwun…..
hehe follower hanya untuk orang yang tidak kreatif, setuju dengan Bang Romi ..contoh paling nyata negera tetangga kita deh..hahhahaha..
Sepertinya pemikiran Bang Romi juga akan hijrah deh, kearah dunia multimedia hehehe, yaa seneng aja bacanya ..akhirnya ga selamanya orang yang selalu berpikir dengan otak kanan itu kurang dapat dihandalkan, kenapa ya baru pada sadar yaa sekarang2 dunia industri..
Maju terus..
saya forwardkan arsip imel beberapa bulan lalu.
agak mirip dan agak relevan dg yg nt tulis, tp arahnya gak melulu ke disain, apalagi dipersempit ke disain grafis.
cluenya pergeseran dari berfikir analitis ke berfikir kreatif.
jd anak saya nanti disekolahin di mana ya ….. :D:D:D
.:aer:.
**********
A whole new mind adalah judul sebuah buku karangan
Daniel H. Pink, mantan penulis pidato di gedung putih.
Buku ini meramalkan akan segera datangnya Zaman
Konseptual, menggantikan Zaman Informasi. Jadi mirip
Megratend-nya John Naisbitt yang pada awal 80-an
meramalkan segera datangnya Zaman Informasi
menggantikan Zaman Industri.
Alasan yang disampaikan Daniel Pink cukup masuk akal.
Zaman Konseptual akan segera datang karena 3 hal:
Kelimpahan, Asia, dan Otomatisasi. Kelimpahan artinya
saat ini segala hal begitu mudah didapatkan, apakah
itu informasi ataupun produk. Fenomena Asia menawarkan
pekerja intelektual yang murah, yang dapat
menggantikan pekerja intelektual dari US dan Eropa
dengan sama kualitasnya dengan harga yang jauh lebih
murah. Sedangkan Otomatisasi menyebabkan banyak
pekerjaan bisa diambil alih oleh mesin.
Akibat ke-3 hal di atas, tidak ada jaminan orang yang
memiliki intelektual bagus, berpikir analitis, runut,
yang merupakan ciri Zaman Informasi, bisa bertahan.
Mereka akan kalah bersaing dengan pekerja intelektual
yang tidak kalah kualitasnya tapi mau dibayar murah
dari India misalnya. Alhasil, agar bisa unggul, kita
(atau khusus untuk US dan Eropa saja?) mesti bergerak
ke Zaman Konseptual, karena nota bene kemampuan
konseptual tidak dapat tergantikan oleh pekerja
intelektual, apalagi oleh mesin. Dan untuk masuk Zaman
Konseptual, otak kiri menjadi less important,
sedangkan otak kanan menjadi more important. Otak
kanan akan mengambil alih dunia. Ke depan, kemampuan
otak kiri yang begitu kita dewakan sekarang ini, tidak
lagi menjadi prasyarat untuk memenangkan persaingan.
Dalam hal ini, ada 6 indera (atau kompetensi?) yang
mesti diasah: Design, Cerita, Simponi, Empati,
Bermain, dan Makna, yang kesemuanya berhubungan dengan
otak kanan manusia.
Alhasil, pendidikan anak kita yang selama ini terlalu
fokus ke otak kiri pun mesti dirumuskan ulang. Belajar
bercerita, misalnya, ternyata tidak kurang pentingnya
(atau malah lebih penting?) dari belajar matematika.
Mampir diwebsite saya, yang mostly membahas tentang EKONOMI KREATIF. Salah satunya saya menulis tentang kemampuan berfikir kontekstual disini: http://andrietrisaksono.blogspot.com/2007/12/aktifkan-imajinasi-kekuatan-kontekstual.html
Mungkin ini bisa ditambahkan pada pendidikan di Indonesia.
menurut saya, apapun jurusannya, entah pertanian, teknik, ekonomi, IT, desain.. ujung-ujungnya kembali ke bagaimana caranya menjual product tsb.
so, ide jurusan IT, teknik, dengan bisnis bisa juga terjadi. contohnya ITB berani buka school of business, jadi sudah keliatan trennyan pak Romi..
# Percha: Hmm tidak semua produk ilmu itu untuk dijual sebenarnya …hehehe
# Andrie: Ok menarik. Thanks tambahan ilmunya π
# AER: Hmm tetap kuncinya keseimbangan otak kiri dan kanan. Nanti kalau bobotnya kanan lebih banyak, tetap ada sesuatu yang hilang π
# Toni: Ya tetap lanjutkan saja kuliah mas, itu peluang terbesar untuk lulus dari jur ilmu komputer diseriusi dulu π
# Hendra: Benar mas. Setuju π
@Toni : wah bos anda termasuk follower dong, lagi trend design anda mau ikut2an juga..bung rommy said “no place for the follower” π
Seriusin ajah apa2 yang anda sukai di bidang ilmu komputer,seandainya anda suka di design yah monggo tapi kalo ga suka ngapain dipaksa.
Tapi dari follower terkadang juga bisa menjadi pioner kok…atau minimal survival π
setuju sama ulasannya.. (basi ya?) hehe..
saya juga salah satu manusia indonesia yang bingung gimana caranya menyatukan teknologi dan desain. disatu sisi, ada yang jago IT tapi gak nyeni.. satu sisi ada yang nyeni abis tapi gaptek.. jadinya tetep gak ngikutin maunya jaman..
na, saya tu manusia indonesia type terakhir.. (bukannya pede jago design ya..:))
ada solusi? rencananya si mo nyari ilmu lagi buat teknologi nya.. tapi, honestly.. bingung mo dimana.. skul lagi? duh.. S1 aj dah perjuangan… kursus? mau aja ..tapi bener2 gak tau.. o iya, kalo ada info bagi2 ya.. saya berlokasi di pekanbaru..
makasih banyak… ^_^..
selamat buat yang udah bergeser dari poros follower ke beginner.. ;p
mas romi saya ingin mau masuk jurusan dkv.
apa benar untuk jurusan design harus bisa gambar manual, dari yang saya baca ada yang bilang harus ada yang bilang tidak…untuk itu saya jadi binggung…?
sedangkan saya lebih bisa menggunakan komputer daripada gambar manual…
sebaiknya saya masuk jurusan Dkv atau jurusan yang lain.
Saya di Bandung & suka banget dengan dunia grafis , game , gambar & animasi..menguasai corel,adobe,flash,3ds max..ada yang tau alamat hello@motion ( sekolah animasi ) di jakarta?thanks..
Analisa yg top mas π
Bisa gak ini dipublish di majalah kami?
Ditunggu kabarnya ya mas. Terimakasih
#Reza: Silakan mas, ndak masalah π
hmm.. ya iyalha.. kan dah jamannya creative industry.. mari sama2 mencintai produk dalam negeri..
kalo aku cuma bisa jadi penikmat disain aja,.. ga ada bakat jadi pelaku π
numpang curhat mas..!
saya adalah org yg masih bingung,banyak keinginan jadi semuanya serba sederhana.design grafis,dan pengetahuan komputernya jg otodidak hehe..uasia dah 30 lge..hehe
tpi sekrg lge ngebet sama yg namanya designer grafis dan ilmu komputer..pengin kuliah bagusnya gmna ya.?
makasih sebelumnya ??
Pak,, bisa tolong tulis kelebihan n kekurangan jurusan desain grafis. soalnya saya sudah kelas 3 SMA n butuh referensi buat lanjutan kuliah nanti…
oya,, jgn lupa ditulis peluang kerjanya ya pak…
thanks…
tapi memang jurusan desai sekarang lg booming…jd pengen belajar2 nih…masak mlototin jaringan tok.