10 Resep Sukses Bangsa Jepang
Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak terkena bom atom sekutu (Amerika), Jepang pelan tapi pasti berhasil bangkit. Mau tidak mau harus diakui saat ini Jepang bersama China dan Korea Selatan sudah menjelma menjadi macan Asia dalam bidang teknologi dan ekonomi. Alhamdulillah saya mendapat kesempatan 10 tahun tinggal di Jepang untuk menempuh studi saya. Dalam artikel sebelumnya saya mencoba memotret Jepang dari satu sisi. Kali ini, saya mencoba merumuskan 10 resep yang membuat bangsa Jepang bisa sukses seperti sekarang. Tentu rumusan ini di beberapa sisi agak subyektif, hanya dari pengalaman hidup, studi, bisnis dan bergaul dengan orang Jepang di sekitar perfecture Saitama, Tokyo, Chiba, Yokohama. Intinya kita mencoba belajar sisi Jepang yang baik yang bisa diambil untuk membangun republik ini. Kalau ditanya apakah semua sisi bangsa Jepang selalu baik, tentu jawabannya tidak. Banyak juga budaya negatif yang tidak harus kita contoh 😉
1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ;)), membuat mahasiswa nggak enak pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau 30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Termasuk saya dulu sempat berpikir kenapa pemanas ruangan menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi, padahal sudah cukup dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu, minyak tanah lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswanya.
4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan. Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.
5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar. Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan “maneshita” (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat rotinya. Inovasi dan ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang berinisiatif untuk meniru teknik pembuatan roti dari sheef di Osaka International Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk Matsushita yang terkenal itu.
6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita 🙂 Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini 🙂
7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Saya biasa membeli buku literatur terjemahan bahasa Jepang karena harganya lebih murah daripada buku asli (bahasa inggris).
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang 😉 Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.
Tetap dalam perdjoeangan !
Tulisan Bapak Romi tentang Kesuksesan Bangsa Jepang memang sangat baik ditiru oleh orang orang yan mau Maju, tetapi Saya menyimak komentar komentar yang timbul bahwa ada Orang yang memiliki Pikiran yang masih belum mau belajar dari kelemahan Kita sendiri.
Tulisan Bapak Romi bukan untuk memojokkan maupun meremehkan Bangsa Kita sebagai Bangsa Indonesia tapi menberikan suatu gambaran untuk mewujudkan Kesuksesan yang pada dasarnya tidak bisa dipungkiri maka Kita mesti realitas dengan keadaan Negara Kita, Marilah Kita semuanya Memulai daripada tidak sama sekali .
Negara Indonesia adalah Negara Besar yang mana SDMnya cukup banyak dan Sumber alamnya juga banyak sekali tapi sekali lagi Kita harus berani mengakui bahwa Kita mengalami kemundurun mungkin Saya menberanikan diri kemukakan beberapa kelemahan yang ada pada Kita yakni :
1, Disiplin , masyarakat Kita belum terbiasa dengan disiplin contoh : Seperti Jakarta yang sebagai
Ibu Kota tapi Sampah, Macet karena nagak ada disiplin.
2. Banjir saja tidak bisa diatasi padahal sudah terjadi berulang ulang dan juga Macet seperti Kebijakan Gubenur untuk atasi Macet maka buat jalur Bus way tapi bukan bukan jalan baru tapi pake jalan yang ada, Saya rasa anak kecil juga manpu buat kebijakan tersebut dampaknya Jalanan makin Macet .
3. Tingkat Korupsi yang tinggi .
Memang sangat sulit untuk menbenahi sesuatu yang sudah mengakar bahkan sudah Budaya karena Dewan yang diatas seharusnya mengontrol Jalannya Pemerintah tapi banyak yang melenceng, Perlakuan Hukum yang tidak adil
tidak sesuai dengan Slogan “Di mata Hukum semuanya sama ” itu Omong kosong buktinya Mantan Jenderal, Pejabat, ditahan di Rutan khusus yang memiliki Fasilitas yang istimewa dengan dalih takut keselamatan
tidak terjamin tapi jika maling kecil yang curi demi perut dilakukan kayak apa .
Kunci untuk menyelamatkan Negara Kita adalah Hukum ditegakan dengan Tegas dengan tidak pandang bulu dan
Pemerintah meningkatkan Kesejahteraan Pegawai Negeri, harus Kita harus akui jika dengan Penghasilan sangat Minim mana mungkin bisa bekerja dengan baik dan tanggung jawab.
Yang Korupsi dihukum seberat beratnya bila perlu HUKUM MATI saja.
Semoga Bapak SBY sebagai Bapak Presiden mendapat Dukungan dari Pembantunya yang benar benar Bersih mendukung Program Kerja Beliau bukan Pejabat Penjilat yang malah lebih sering berkutat di Istana daripada Kantornya sendiri.
Demikianlah tanggapan saya dan mohon maaf apabila ada
tulisan saya yang menyinggung perasaan .
#Usin: Setuju, alhamdulillah masih banyak yang jernih menangkap hakekat tulisan saya. Meskipun sayapun memaklumi berbagai komentar yang miring, karena ini semua bisa jadi cambuk semangat menata kembali republik tercinta ini.
Terima kasih pak Romi, saya jadi lebih termotivasi, satu hal yang paling saya hapal dari perusahaan Jepang yaitu Anzen Dai Ichi 🙂
Tolong donk faktor2 apa saja yg mempengaruhi berkembangnya negara2 maju,spt AS,Jeang,Inggris,Jerman klo bisa dikirim ke emailku ya.Terima Kasih!!!!
Saya setuju sekali pak dgn kata2 “Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas,..”, buktinya kalo orang Indonesia ke luar negri nurut2 aja ngk boleh buang sampah sembarangan, tapi kenapa kalo balik ke Indo jd seenaknya lg..
indonesia…ooo indonesia
harga naik cuma bisa demooo….
terus ngerusuh……
cuma bisa nyalahin pemerintah….
udah korupsinya nomor 1 lagi……
apa lagi yang kurangg….
plus g ada etika lagi……
pluss ndeso lagi….
tempat2 umum pd dirusak ama orang2 deso
tahunya g peduli dan g tanggung jawab
krg apa lagiiiii….
walupun kita kaya SDM tapi bodoh
ya sama aja hidup di primitif
Bagus bgt pak reviewnya, sbg refleksi bg bangsa ini untuk terus optimis memperbaiki diri. Saya jg yakin SDM2 yg ada di Indonesia juga tidak kalah unggul dgn bangsa jepang.
Namun bgmn ya pak cara mengurai benang kusut negri ini yg bpk bilang “faktor non teknis”…. sy ikut mikirin jg nih, tp blum ketemu solusi…
Mungkin benar kata Aa’ Gym :
3M, mulai dr diri sendiri, mulai dr yang kecil, mulai dr sekarang,
Bergeraklah karna DIAM itu mematikan ^____^
Saya setuju dengan posting pak Romi. Satu hal yang bangsa Indonesia harus belajar dari mereka yaitu menghargai pendidikan, menghargai guru dan open minded terhadap ilmu pengetahuan.
Salah satu dosen saya yang berapa kali diundang mengajar di Jepang, beliau bercerita bahwa bangsa Jepang juga mempelajari Kitab-kitab seperti Al-Quran.
Juga mempelajari dokumen-dokumen budaya seperti karya Ki Hajar Dewantara. Mereka memandang itu adalah Ilmu pengetahuan. Dan mereka berhasil menarik manfaat dari dokumen tersebut, dan menghasilkan konsep-konsep baru ilmu pengetahuan yang saat ini banyak digunakan di dunia.
Mengenai perbandingan dengan negara kita, saya punya pandangan dari sisi yang lain.
Faktor Alam mempengaruhi bagaimana perilaku, etos, sikap masyarakatnya. Jepang memiliki 4 musim, sedangkan Indonesia memiliki 2 musim. Negara yang mempunyai 4 musim umumnya memiliki tantangan hidup yang keras. Mereka terbiasa prepare dalam menghadapi tantangan hidupnya. Sehingga, di balik tantangan, terbentuk peluang baru bagi bangsa mereka, yaitu karakter yang ulet, rajin, cerdas (karena terbiasa mensiasati kondisi alam agar bertahan hidup), dll.
Selain itu, bangsa Jepang terkenal sebagai bangsa yang sering dilanda bencana alam gempa. Sehingga mereka terbiasa membangun, membangun, membangun lagi. Keterampilan mereka terbentuk dengan baik.
Bangsa Jepang miskin dalam hal sumber daya alam, sehingga tidak ada jalan lain selain mengandalkan kemampuan berpikir mereka sebagai sumber daya alam (competitive advantage).
Sebaliknya, bangsa Indonesia adalah negara yang makmur dan berlimpah sumber daya alam (comparative advantage). Cukup dengan mengandalkan sumber daya alam, masyarakat sudah cukup untuk dapat bertahan hidup.
Disinilah letak permasalahannya. Saya analogikan, negara yang mengandalkan comparative adv. ibaratnya anak orang kaya yang manja dan sulit menerima perubahan. Sedangkan negara yang mengandalkan competitive adv. ibaratnya anak orang miskin yang fight mengubah nasib mereka di tangan dia sendiri dengan cara yan cerdas. Fakta membuktikan, negara maju umumnya berasal dari negara yang menyandarkan hidupnya pada competitive adv.
Akhirnya saya merenung lagi… apakah faktor kondisi alam Indonesia merupakan faktor kekuatan atau kelemahan?
Bagaimana cara anak orang kaya yang terbiasa dimanja, dilayani, dan terbiasa hidupnya berlimpah, mau berpikir cerdas dan produktif, memanfaatkan potensi yang sudah di “takdir” kan nya?
Sepertinya ini masalah mental. masalah mengubah cara pandang dan pikir. Mungkin diperlukan ribuan “Romi-Romi” untuk mencapainya 🙂
kalo seperempat penduduk Indonesia punya pemikiran sama dengan yang kasih komentar kali ini, Insya Allah gak sampai 10 th Indonesia bangkit lagi.:)
Sebagai seorang mahasiswa yang kebetulan pernah bekerja, dididik dan memiliki mentor, yang berdarah Jepang…
saya hanya bisa mengatakan bahwa apa yang dikatakan Mas Romi ini ….. BENAR adanya…
Maju terus Mas….
btw, sedikit keluar dari thread bahasan, saya pertama kali ketemu mas ROmi di Seminar UU ITE di Fasilkom. setelah itu, saya mulai mencari-cari tahu who is Mas Romi is ..? finally, bisa ketemu dgn blognya…
Terima Kasih untuk tulisan-tulisan blognya yang sangat inspiratif…’Maju Terus….
tulisan bapak ttg top 10 about jepang lebih mengkongkritkan pandangan dan kekaguman saya akan jepang. dr dosen2 saya yg pernah study di jepang pernah memberikan gambaran2 jepang selama study nya, yup tulisan bapak merangkum lebih jelas tentang negara tsb. ..mm..klo ksampean saya tak coba menginjakkan kaki di negara pengarang Naruto ini.
kyaknya menarik belajar disana,,,
Wah hebat banget resep” jepang yiah .
untung saya masih sekolah SMA udah baca artikel” yg kayak gini duluan,saya jd bisa terapin lebih cepat.
ada lg ga yg kyk gini ???? kirimin k “iamsuperclemen@yahoo.com” plsss.TQ
jaya indonesia!!!!!
Clemen 71.
Indonesia itu negara yg besar tp banyak potensinya yg terabaikan, ayo kita sama-sama bangkit dan bangun Indonesia ini….kalo nggak kita siapa lagi ya nggak…
waw. bagus sekali artikelnya.
saya rasa faktor non-teknis yang bapak maskudkan adalah:
keyakinan.
mungkinkah? 😉
pak, kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya kerja keras belakangan ini nampaknya semakin menurun. Banyak bukti yang bisa kita lihat, seperti; kasus penyuapan di KEJAGUNG; bocornya soal UAS BN; dan kalau saya sebutkan semuanya, mungkin akan tidak cukup kotak komentar ini. Apa yang dapat saya lakukan akan adanya hal ini..?, sedangkan saya sendiri adalah seorang pelajar.
Terima kasih
Yang tidak kita (semua) punya:
1. Budaya malu
2. Hidup hemat
3. Loyalitas
4. Jaga tradisi
Mencontoh negara manapun, Indonesia tidak akan “maju”, tanpa mengenali dirinya sendiri, kecuali warganegaranya berbicara, berbuat, dan berjuang di masing-masing bidang. saat ini masalah bangsa di keroyok rame-rame, mestinya bicara, berbuat dan berjuang di masing-masing bidang. jangan lupa, kepatuhan rakyat kepada pemerintah, dan pemerintah mendengar rakyatnya itu sangat penting agar bangsa bisa maju.
assalamu alaikum wr wb
pak romi…terima kasih atas artikel tentang bangsa jepang ini.
saya sangat suka sekali.
oiya pak romi masih di jepang apa kagak?
saya mau minta tolong…di jepang adakah perusahaan yang membutuhkan lulusan S1 dari indo.
adakah perusahaan jepang yang membutuhkan tenaga orang indo?
kalau ada mohon informasinya…terima kasih….
regrads.
Amin
(nurul.amin@cp.co.id)
pak bos apik banget sih artikel e bikin motivasi..
cman kyaknya masih susah ya klau ditiru bangsa indonesia..he he he..
memang perlu kita acungi jempol perjuangan rakyat jepang untuk membangun sebuah negara yang terpandang dan kokoh.
Saya merasa tulisan ini bagus dan ingin semakin banyak yang tau. Saya posting di tempat saya sesuai aturan dan ternyata cukup banyak menuai komentar. Terima kasih.
Bangsa Jepang memang oke
apalagi Harajukunya …
kapan bisa kesana ya???
Kalo menurut saya kebanyakan orang Indosia tu senangnya BERTAWAKAL SAJA tapi MALAS IKHTIAR. Mana mungkin Allah mau merubah nasib kaum jika kaum itu tidak berusaha merubah nasibnya sendiri!
K’lo saja semua warga negara RI bisa meninggalkan warisan budaya penjajah Belanda saya yakin kita bisa menjadi negara adidaya. Warisan yang sungguh sudah melekat di kebanyakan kaum elit kita (budaya adu domba, korupsi, suap, nepotisme)
Huuuh, kpn ya ???
setuju
wah bagus sekali artikelnya pak Romy…
bener2 review yang konkrit…
klo saya boleh menambahkan…berdasarkan pengamatan
dan analisa saya selama ini tentang masyarakat jepang,
sepertinya orang jepang itu orang yang paling malu untuk tidak jujur yah?
seringkali saya mendapati fenomena sepertinya mereka lebih memilih dianggap bodoh daripada dianggap pembohong.
Kalo dianggap mereka kurang sopan santun kok saya
kurang setuju yah..setahu saya mereka malah orangnya
gampang rikuh dengan orang asing, bahkan sangat sopan sekali.
Saya sedih melihat moral bangsa indonesia…menurut saya cuma satu masalahnya…bangsa kita bangsa yang tidak jujur…itu saja…
Maaf klo ada kesalahan dalam analisa saya…mohon di benarkan
saya tunggu artikel-artikel lainnya ya pak… 🙂
kerennnnnn……sebenarnya bangsa kita sedikit lagi bisa memenuhi 10 yang diutarakan mungkin untuk itu kita perlu prosess yang lama agar lebih dewasa…hidup Indonesia I love Indonesia……tertarik sekali belajar d jepang tapi belum ada kesempatan untuk kesana…minta doana y mas…
Indonesia butuh, orang berkompeten yg tepat pada tempat yg tepat pula. (halah, yg baru baca 1/2 isi 1/2 kososng)..
Thanks atas artikelnya pakdhe romi, mungkin aku tiru sendiri aja dulu yaa….nanti kalau sudah berhasil baru aku tularkan ke yang lain, he..he..he.
Nice artikel pak, bangsa Indonesia mesti betul-betul bercermin kepada sikap dan mentalitas bangsa Jepang. Konsep ATM (amati, tiru dan modifikasi) adalah cara tepat dan jitu untuk mengejar ketertinggalan kita. Salam hormat saya.
Nice artikel pak dosen, konsep ATM (amati, tiru dan modifikasi) sikap dan mentalitas bangsa Jepang bisa memperpendek jarak ketinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa Jepang. Pertanyaannya, bangsa Indonesia mau dan siap gak ya meng-“ATM”-i sikap dan mentalitas bangsa Jepang tersebut? Semoga.
bangsa kita harus banyak berubah untuk lebih maju
( )berubah sekarang
( )tidak berubah sama sekali
Haii Pa Romi,..
Keren banget gambaran tentang Jepangnya,ada semangat tuk berubah diri selepas membacanya,..
Di tunggu kajian tentang “Ilmu Kegagalan” nya Pa,..
Oiya sejujurnya makin betah kuliah kalo dosennya Pa Romi 😀 hehehe.. (Bukannya menjilat loh)
siapa bilang orang bangsa kita malas, lu keluar coba tengok kepasar, jam 3 pagi sudah membuka lapak untuk jualan, bagus tulisannya mas
Baca artikel ini jd mengingatkan diri sendiri untuk lebih baik…thank pak artikelnya.
Menurut saya indonesia bagusnya diembargo aja, biar masyarakat indonesia pada mikir dan mau gak mau kan pasti berusaha produktif dan melakukan inovasi untuk bertahan hidup dan tidak terus bergantung ama bangsa lain. Buktinya pada saat BBM naik aja udah pada keluar tuh barang2 aneh hasil penemuan anak bangsa, ex: biofuel dari bahan dasar singkong bisa diproduksi sendiri kan
sebenarnya bangsa kita lebih hebat dari bangsa Jepang loh..kalo pernah dengar joke tentang otak orang Indonesia yg ternyata lebih mahal dari orang Jepang ato Amerika, kawan2 pasti udah bisa nyimpulin…
jadi tinggal nunggu waktu, selama evolusi atau mungkin revolusi yg bakal terjadi…mengubah indonesi menjadi Pasca-Indonesia(istila Romo Mangun)….indonesia yg lebih madani dan modal Spiritual kita bisa lebih kental lagi bila hal tehnis jg bersamaan di perbaiki…wassalam..
ada tips sukses lain yang lebih singkat padat dan jekas nggak?