10 Resep Sukses Bangsa Jepang
Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak terkena bom atom sekutu (Amerika), Jepang pelan tapi pasti berhasil bangkit. Mau tidak mau harus diakui saat ini Jepang bersama China dan Korea Selatan sudah menjelma menjadi macan Asia dalam bidang teknologi dan ekonomi. Alhamdulillah saya mendapat kesempatan 10 tahun tinggal di Jepang untuk menempuh studi saya. Dalam artikel sebelumnya saya mencoba memotret Jepang dari satu sisi. Kali ini, saya mencoba merumuskan 10 resep yang membuat bangsa Jepang bisa sukses seperti sekarang. Tentu rumusan ini di beberapa sisi agak subyektif, hanya dari pengalaman hidup, studi, bisnis dan bergaul dengan orang Jepang di sekitar perfecture Saitama, Tokyo, Chiba, Yokohama. Intinya kita mencoba belajar sisi Jepang yang baik yang bisa diambil untuk membangun republik ini. Kalau ditanya apakah semua sisi bangsa Jepang selalu baik, tentu jawabannya tidak. Banyak juga budaya negatif yang tidak harus kita contoh 😉
1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ;)), membuat mahasiswa nggak enak pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau 30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Termasuk saya dulu sempat berpikir kenapa pemanas ruangan menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi, padahal sudah cukup dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu, minyak tanah lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswanya.
4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan. Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.
5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar. Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan “maneshita” (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat rotinya. Inovasi dan ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang berinisiatif untuk meniru teknik pembuatan roti dari sheef di Osaka International Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk Matsushita yang terkenal itu.
6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita 🙂 Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini 🙂
7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Saya biasa membeli buku literatur terjemahan bahasa Jepang karena harganya lebih murah daripada buku asli (bahasa inggris).
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang 😉 Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.
Tetap dalam perdjoeangan !
Kalo boleh, saya tambahin 1 lagi pak resep suksesnya yaitu do’a menurut keyakinan kita masing2.
Menurut saya, do’a itu sangat penting agar kita selalu dapat petunjuk dari Tuhan YME dalam mengarungi kehidupan ini.
Thank’s
Ya Pak kalau ada yang bagus diambil dan disesuaikan, kalau ada yg berbeda dengan keyakinan kita tinggalkan….salam kenal pak….blognya ramai sekali + penuh ilmu juga
Bagus sekali mas artikelnya.. Nah mestinya yang begini ini nih yang ditiru. Sekolah di Luar Negeri bisa menyimpulkan hal-hal positif yang patut dicontoh oleh bangsa Indonesia. Kalau tidak ya Indonesia tetap saja jadi Babu negara maju seperti Jepang.
Sayang pola hidup yang menyeimbangkan antara dunia dan akherat tidak disuburkan di Indonesia. Akherat memang tetap nomor wahid, tapi jangan lantaas ninggalin dunia hingga melarat.
Salam
NG
soal ngirit bukan berarti kita ngirit segala-galanya … bukannya begitu mbak Wulan dan Mas Romi ?
Kan tidak perlu 4 sehat 5 sempurna, vitamin juga ngirit kan ?
Mas anakagung & Mbak Auliahazza: Kalau saya telaah lebih mendalam tentang kebiasaan hidup hemat orang Jepang itu karena keterbatasan sumber daya alam mereka. Mereka harus menyisihkan uang untuk membayar loan apartemen, karena harga rumah dan tanah di Jepang sangat sangat mahal. Silahkan lihat di peta luas geografis Jepang mungkin hanya seluas pulau Sumatera ditambah pulau Bali. Bandingkan dengan Indonesia. Di Jepang bisa punya rumah BTN tipe 45 seperti yang kami tinggali, merupakan suatu kemewahan. Begitu pula dengan energi listrik dan gas. Bukan rahasia lagi Jepang adalah negara pengekspor Gas alam cair, padahal mereka membutuhkan energi gas yang besar untukmenghangatkan air, terutama di musim dingin…brrrrr. Jadi tarif gas di sana pun sangat sangat mahal….bila dibandingkan dengan di Indonesia. Begitu pula dengan sayur mayur, karena keterbatasan lahan pertanian, harga sayur mayur di Jepang pun relatif mahal, oleh karena itu mereka mengembangkan sistem tanam tanpa media tanah, misalnya hidroponik. Kesimpulan : Alhamdulillah,sungguh saya merasa sangat bersyukur lahir ,besar dan tinggal di Indonesia.
Jadi mari bersama-sama kita membangun bangsa Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah itu agar menjadi bangsa yang maju, dan mampu mensejahterakan rakyatnya.
#Pak romi, gomen ne, jadi menuh2 in box comment, habis ada yang nyentil sih…he..he
Alwin said, kalau pak Romi pakai istilah Inovasi di point 5. kalau saya pakai istilah ATM, Amati Tiru Modifikasi 😉 hehehhe
Sesuai dengan yang dikatakan diatas, menurutku beneer skali tuh.
Orang Indonesia kan suka banget meniru, menyalahkan orang lain tanpa melihat diri sendiri, suka gak realistis. Liat aja seluruh tanyangan di TV, banyak gak realistisnya dan akhirnya jadi jagoan mimpi semua deeh.
bangsa kita sebenarnya punya falsafah dasar itu… namun terlupakan.. karna seringnya kita mencontoh bangsa2 lain.,..
sebenarnya kalo kita mau maju…. kita kembali ke nilai2 luhur… biarkan budaya lain itu sebagai pertimbangan dan pemicu kita untuk berhasilll
🙂
kebanyakan kisah sukses orang indonesia adalah dlm hal IQ. Bgmn dg EQ?
Berapa banyak orang indonesia yg pinter yg kerja di luar negri, dan bukannya di dalam negri? Yg ada di dalam pun sekarang pada berbondong2 keluar. Entah nasionalisme nya udah ilang, entah putus asa dg kondisi di indonesia.
Dan berapa persen kah orang2 pinter tsb dibanding penduduk indonesia????
Tulisan Pak Romi tentang budaya bangsa Jepang ini sangat menarik. Hanya ada satu hal yg ingin saya komentari, yaitu tentang budaya hemat bangsa Jepang yang saya lihat saat ini sepertinya sudah kurang relevan lagi.
Begini Pak Romi, beberapa waktu lalu saya sempat “jalan-jalan” ke Jepang bersama saudara saya yang kebetulan dulu pernah tinggal di sana selama 2 tahun dan kemarin itu mengunjungi teman seperjuangannya dulu yang sampai sekarang masih bertahan di sana.
Waktu itu saya dibawa jalan-jalan keliling kota pada waktu malam hari, dan saya lihat banyak sekali anak-anak muda Jepang yg membangun/memodifikasi gila-gilaan mobil-mobil sport Jepang, seperti Nissan Skyline, Toyota Supra, dsb untuk dipakai di ajang drifting jalanan, tentunya ini dengan biaya yg cukup mahal lho. Belum lagi pengendara motornya (bikers) yang modifikasi motornya juga ga kalah gila.
Saya lihat gejala ini juga mungkin karena generasi muda Jepang saat ini tidak merasakan hidup susah seperti para orang tua nya dulu.
yth pak Romi… saya baru menyenangi robot saya ingin sekali membuat robot!!! tetapi saya kurang ilmu,bisakah pak romi memberitahu saya cara membuat robot??? kalo saya tahu satu cara,saya ingin bisa mengambil inspirasi dari situ untuk membuat robot model baru…
Yth Pak Romi, saya salah satu pengagum Bapak, karena Bapak telah membuat salah satu situs komunitas belajar tentang Ilmu Komputer yang menurut saya sangat berguna sekali bagi setiap orang yang ingin mengetahui dan belajar komputer.
Saya ingin menjadi salah satu programer web handal di Indonesia.
Salam hangat untuk semua…
ada artikel tentang belajar sukses dari jepang juga, yaitu di http://www.penulislepas.com/v2/?p=573. Artikel ini adalah resensi dari buku, Judul Buku : RAHASIA BISNIS ORANG JEPANG (Langkah Raksasa Sang Nippon Menguasai Dunia)
Penulis: ANN WAN SENG
Penerbit : Hikmah ( PT Mizan Publika) Jakarta
Cetakan : I, April 2007
Tebal : 301 halaman
Ada yg sudah baca?
Komentar lagi, tentang jam kerja:
“Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun”, itu di tahun 1960. Sedangkan pada tahun 1992 jumlah itu menurun menjadi 2.017 jam/tahun. Namun, jam kerja itu masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata jam kerja di negara lain, misalnya Amerika (1.957 jam/tahun), Inggris (1.911 jam/tahun), Jerman (1.870 jam/tahun), dan Prancis (1.680 jam/tahun)
Ada penelitian tentang jam kerja bangsa kita?
kayaknya bener kata “belajar wordpress”, kita butuh motivasi positif. Sederhananya, saya dulu waktu SD, diajarin bahwa bangsa indonesia itu ramah-ramah, sehingga bangsa luar bisa kagum dengan keramahan bangsa kita. Hal ini begitu menghujam di hati, sehingga ketika pulang naek angkot, lewat kebun raya, ketemu orang bule, otomatis slogan “bangsa yang ramah” ini muncul dan saya berusaha keras menjaga bahwa “indonesia bangsa yang ramah” ini bukan hanya omongan belaka. Tapi ya seiring perkembangan umur dan informasi yang didapat, akhirnya pudar juga, terlebih ketika banyak terjadi aksi anarkis, terorisme dan perang sipil. Yang paling dominan menggeser slogan yang dulu tertanam di hati adalah film2, sinetron, komedi2 yang nyindir2 bangsa sendiri dengan bilang “yah.. bangsa kita mah biar jelek asal beda”, “pejabatnya korupsi, rakyak makin miskin” dan lain sebagainya.. kalo difikir manfaat dan mudhorot dari kata2 itu lebih besar mana? manfaat? atau mudhorot?
Bagus bener mas artikelnya tapi menurut saya masih “lebih manusiawi” orang indonesia karena saya pernah denger dari temen saya kalo orang jepang kurang punya sifat toleran;ga mau nerima kesalahan sedikit saja,semuanya harus sempurna,jadi “kurang manusiawi”. Itu kata teman saya entah benar atau ga benar,karena saya belum bertanya langsung sama orang jepangnya sendiri sih…
Pantas Jepang bisa maju ya, padahal pak Harto dulu sudah mencanangkan program tinggal landas, kok malah terpuruk lagi? Apa yang salah dengan negeri ini Pak?
Tulisannya bagus,!
waduh lama gak bukak situsnya….ada postingan bagus-bagus dari Mas Rommy
Gak tau y bener apa gak,tapi temenku yg pnrh kerja di jepang pernah cerita klo di sana tu sopan santunnya kurang, terutama terhadap orang tuanya sendiri,kecendrungan untuk mendidik secara keras terhadap anak memicu dendam dari anak ketika anak tumbuh dewasa, perlakuan keras yg mereka terima sewaktu kecil terkadang dilampiaskan kepada ortunya ketika mereka sudah besar dan mapan.Katanya sih di sana elo2,gw2 silahturahmi kurang antar keluarga…Disana agama jg gak jelas, cm di jadiin gaya2an aja ngambil wahnya doank…seperti contoh ketika mereka mo nikah mereka lebih suka nikah di gereja yang megah cm untuk prestise aj gak tau agamanya apa…klo utk bnr2 ibadah kayanya sih gak..
salam, om iyo…. boleh minta artikelnya kan yah..om…
thanks for u article…..
orang indonesia juga pantang menyerah, walaupun sudah sejuta (atau bahkan satu milyar, atau bisa jadi sudah setrilyun, …dst) kali diteriaki ‘pelacur’ (tamak, maling, rampok, korup, …dst) tetap aja ‘lacur’…!!!
Bagaimana dengan Indonesia???
Ayo bangkit bangsaku….maju negeriku….MERDEKA…:D
pae apa ndak bisa ngehargain bangsa sendiri tanpa harus mbandingin ma negara laen?
jenengan mestine to harus buat artikel tentang keunggulan bangsa indonesia ajah trus baru cari kejelekannya buat introspeksi
gak harus mbandingin khan
matur nuwun
# Bedjo: Saya tidak pernah menjelekkan bangsa sendiri lho. Coba disimak lagi paragraf demi paragraf artikel saya 😉
Assalamu`alaikum
Pak ! saya sangat senang sekali, dapat menemukan web site ini, karena saya emang membutuhkan banyak informasi, saya adalah mahasiswa jurusan ekonomi islam yang akan mengajukan skripsi tapi saya bingung apa judulnya, tapi saya mempunyai topik, saya ingin mengulas ada apa sebenarnya dengan jepang, mengapa negara yang miskin tapi dalam bidang ekonomi bisa menjadi macan asia, dapatkah bpk membantu saya? oya pak, saya juga punya cita – cita ingin melanjutkan S2 kejepang dengan beasiswa monbukaghosu, dgn jalur U to U, yang saya ketahui saratnya kita harus mencari profesor untuk merekomendasikan kita menjadi mahasiswanya, dapatkah bapak membantu saya? terima kasih, Ari Gato
stuju saya ma mas romi…
disini justru ngebuat kita berkaca “seperti apakah kita”
lagian kebanyakan membanggakan diri sendiri itu juga ga bagus…
dan ga usah di jelek2in, bangsa kita juga emang udah begini….
gw setuju ma pendapat mas romi ttg comment dri bedjo,dari artikelnya bs gw ambil kesimpulan bahwa bangsa Indonesia tidak jauh berbeda dengan bangsa Jepang, hanya saja qt suka membuat kesimpulan di awal sesuatu bahwa qt ga bs apa2, dan patah semangat di awal,,ato patah semangat ketika merasakan kegagalan. sepertinya Gw mo nyoba resepnya, spe tau org laen di sekeliling gw jd tertular resepnya..hehe
oya,,mas romi adain seminar lagi dunkz dSTT,,gw ska ma cara mas menyampaikan materi,,menarik dan mudah dipahami..
faktor non teknis = korupsi…
ya tohh???
nah, itu penyakit ringan tapi susah diberantas.bikin pusing aja!! apalagi negara qt termasuk 10 besar kasus korupsinya.
Kalo menurut sudut pandang saya, suatu bangsa/negara bisa maju jika pendidikan rakyatnya di utamakan. Begini analoginya.
Mengapa Uni Soviet yang perfaham komunis bisa melangkahi Amerika yang berfaham Liberal pada masa jaya-jayanya? Notabene, kita tahu sendiri Komunis seperti apa? Jawabannya adalah karena Uni Soviet menggratiskan rakyatnya untuk sekolah hingga ke perguruan tinggi. Hasilnya: Pendaratan Manusia pertama ke bulan. Masih ga percaya? Coba liat negara negara yang pemerintahnya tidak menfokuskan pada pendidikan, seperti Indonesia. Saya punya bibi yang semua saodaranya sekolah di Jerman, dan ada sebagian lagi melanjutkan kuliah di Perancis. Biasanya NOL alias gratis. Bisa di pastikan jika orang orang berpendidikan mempunyai cara berpikir yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan.
saya ga begitu tau tentang jepang, tapi saya suka lagu jepang dan dorama jepang, film mereka lebih mengena emosionalnya dibanding film film indonesia, membaca tentang jepang diatas membuat saya pengen nyoba suatu saat kejepang. jepang memang menarik.
Tidak diragukan orang Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi bangsa besar. Tapi menurut saya penyakit mental yang kronis sepertinya harus segera disembuhkan. Agaknya kita perlu lebih banyak role model, psikolog, dan motivator lainnya agar bisa memperbaiki kondisi mental kita. Prinsipnya, semua hal bisa dipelajari. Tetapi membangun mental, perlu banyak refleksi diri dan edukasi sejak dini. Ayo bangun Indonesia!
Koniciwa
wow……..setelah membaca ini, semangat saya untuk melanjutkan Sekolah (S2 & S3) ke Jepang semakin membara………
menurut saya perubahan itu memang harus dari diri sendiri (contihnya bang romi Satria Wahono) yang sangat peduli sama kemajuan bangsa ini……..
btw, boleh ngak saya konsultasi secara pribadi ama bang romi lewat email….
alamat emailnya apa ya?
Aku sempet tuh TK di sana, sekarang saya 20 tahun, iya bener tuh, belajar mandiri, dulu sih ga tahu itu namanya mandiri, tapi kalo udah di sekolah ya beresin buku sendiri, bawa makanan sendiri, ada piket, tidur siang juga, tapi paling bikin males kalo FUYU atau musim dingin, wuiiiiih pakaian berlapis, dinginnya bikin nguantuuuuk, tapi aku SD sampai sekarang sih di Jakarta, masih terbawa Jepangnya kadang, yaitu, ktika belajar ya belajar, bermain ya bermain jadi ada waktunya, dan berhemat dengan cara ke kampus naik Bus dong . . . hehehehehehe
yang jelas,indonesia sudah terlalu banyak yang menjadi “komentator”.jadi yah…………….gitulah.bagaimanapun juga.ini adalah INDONESIAKU.bagaimana kita yang mungkin bisa dikatakan punya sedikit kelebihan dalam memandang INDONESIA ini sudah selayaknya kita memajukannya secara bersama2
beruntunglah daku menemukan web nie makasih …
yg tadinya nguantuk, lemes, lesu, jadi tergugah SEMANGAT LAGIIII…!
dan Bersemangatlah tuk memotivasi dan menumbuhkan minat baca bangsa Indonesia, termasuk dakyu (hehehe)
dan mengurangi penyakit Maag lesnya, yang menginginkan segalanya serba instant.
Membaca ini, jadi termotivasi tuk membangun diri sendiri….dulu, termasuk membangun bangsa….kan?
orang indonesia memang gak bisa lepas dari iri,dengki,fitnah.kalau ada orang lain mau maju??heee……iri wes.fitnah wes,sampek mati.
Kalau kita ingin maju seperti halnya bangsa jepang, kita memang perlu sekali contoh-contoh nyata dan motivasi-motivasi seperti yang kang romi tuliskan di atas, tetapi ingat jangan cuma hanya diketahui dan dihafal saja akan tetapi harus praktekan di dalam kehidupan sehari-hari.
disaat bangsa lain udah keluar dari lubang, dan saling mengejar dalam kemajuan, kita masih berkutat di lubang, saling sikut, sikat, sesama bangsa.,,, Sadarkan Kita semua Tuhan,,, smoga anak cucu saya udah berbinar menikmati Indonesia Macan Asia…
Hanya satu faktor yg membuat kita tertinggal,budaya malu yang lenyap dari bangsa kita…spt: tidak malu untuk tidak membaca,,,tidak malu untuk tidak disiplin,,,dan tidak malu-malu yang lain.
postingan yang bagus… gue copy paste yah artikel nya ..!!
Aduh telat aku baca resep suksesnya bangsa Jepang.Tapi biar begitu cukup memberikan inspirasi untuk melaju pantang mundur. Mengenai kebiasaan membaca, bangsa Perancispun punya hobby membaca, mungkin keadaannya hampir mirip dengan orang Jepang yang begitu naik kendaraan umum langsung buka buku, dan asyik membaca. Karena melihat lingkungan seperti itu, aku jadi ikutan bawa bacaan apa saja yang bisa dibaca, ternyata benar lho, selain mengasyikan juga menambah banyak wawasan. Enggak bakalan ketinggalan topik pembicaraan … dan selain itu pikiran kita senantiasa disibukan oleh hal2 baru dan positif, jadi untuk berfikiran buruk mengenai orang lain, enggak ada waktu. Nah kapan ya orang Indonesia bisa meniru hal ini ?
Makasih Pak Romi, tulisan ini memberi inspirasi dan semangat baru.
Dimulai dari diri sendiri ditularkan ke orang lain.
Dari satu jadi 10 jadi 100 jadi 1000 jadi 10000 jadi 1000000 dst…
Semoga bangsa ini semakin berubah ke arah yang lebih baik…. 🙂
SUKSES BUAT INDONESIA!!!!!
selain yg disebutkan oleh mas romi, pernah ga terfikir kan oleh qta2 knp jepang, china, korsel bisa menjadi negara maju?
1.jepang bisa buat mobil dan elektronik yg notabene brand nya dah ga diragukan
2. china bisa menjadi duplikator dengan harga murah
3. korsel juga meniru langkah jepang untuk menjadi negara pembuat mobil dan elektronik
bagaimana negara republik tercinta qta ini? punya kebanggaan pembuat pesawat terbang tetapi tidak terawat dengan baik sampai2 ilmuwannya banyak yg hijrah ke malaysia yg mempersiapkan diri untuk membuat pesawat terbang.
apakah negara qta hanya akan mempunyai kebanggaan sebagai negara koruptor??/
Sebetulnya masih kurang apa yang menjadi resep orang jepang itu mestinya ditambah disiplin. Sebaiknya kita contoh 10 resep itu karea merdekanya bersama-sama antara indonesia dan jepang tapi justru jepang lebih maju duluan padahal tanahnya tandus setelah di bom atom, apa karena indonesia sudah subur makmur yang membuat orang menjadi males ya? apa indoesia harus di bom atom dulu supaya bisa maju ya? jangan suka menjelek-jelekkan bangsa sendiri karena kita hidup di negara ini dapat semua fasilitas yang ada di bumi negara ini, sebetulnya negara kita harus bisa lebih maju dari negara-negara asia khususnya karena kita mempunyai jumlah penduduk yang banyak tentu saja mempunyai SDM yang tidak kalah bersaing dengan negara lain, cma masalahnya salah didik kali ye sejak awal jadi akhirnya menjadi seperti ini menjadi negara yang tertinggal tidak maju-maju.
makasi ya, artikel ini bikin saya inget lagi cita2 meneruskan kuliah saya di jepang, tapi ya ampun, sekarang ini kok kurang kuat kemauan. IP lagi anjlok pula. padahal pengen bangsa ini maju, ternyata saya masih kurang keras kemauan…
saya bangga, bangsa indonesia saat ini ada orang-orang seperti Pak Romi, Pak Ono dan Pak Habiebie dan juga generasi yang lebih muda lainnya yg sudah berprestasi di bidang pengetahuan dan teknologi ( seperti olimpiade fisika, matematika ) dll.
Ternyata orang indonesia punya potensi untuk maju.
Saran saya, mari kita melangkah maju tanpa menunggu semua persiapan sempurna ( pemerintah yg perfect , soalnya gak jelas kapan perfectnya ). Misalnya, dengan rajin belajar baik otodidak maupun formil, dan tidak lupa menularkan pengetahuan kita kepada sesama bangsa.
Amien.
Trims Pak Romi,semoga Allah mencatat tulisan2 yang mencerahkan dari Pak Romi,sebagai amal yang bermanfaat dan tak akan putus di sisi-Nya.
Wassalam.