Bagaimana Mahasiswa Ilmu Komputer Belajar: Mengkritisi Kurikulum dan Gaya Pendidikan Kita
Sepulang dari study di Jepang tahun 2004, saya banyak mengajar di beberapa Universitas di Jakarta, terutama di fakultas atau jurusan yang berhubungan dengan ilmu komputer dan teknik informatika. Saya mengajar mata kuliah yang memang saya kuasai, dan terkait langsung dengan tema penelitian saya. Diantaranya adalah mata kuliah Software Engineering (Rekayasa Perangkat Lunak), Algoritma dan Bahasa Pemrograman (Algorithm and Programming Language), dan Basis Data (Database). Kebanyakan mata kuliah tersebut diajarkan setelah semester 5 (tingkat 3 atau 4). Dalam interaksi belajar mengajar di kelas, saya menemukan beberapa fenomena menarik berhubungan pengetahuan mahasiswa dan kurikulum yang diajarkan di universitas.
Saya menemukan tipe mahasiswa yang ketika saya terangkan dia kesulitan menangkap beberapa konsep yang seharusnya sudah dia dapat di semester sebelumnya. Katanya, itu tidak diajarkan di universitas tersebut. Fenomena ini terjadi dalam universitas yang memotong (mengubah) beberapa kurikulum yang seharusnya diajarkan, karena tidak ada SDM pengajar (dosen). Di lain pihak, saya menemukan fenomena lain dimana mahasiswa mengatakan bahwa dia mengenal beberapa konsep yang saya singgung, hanya dia lupa mata kuliah yang mengajarkannya. Fenomena ini terjadi di universitas yang mencekoki mahasiswanya dengan mata kuliah berlebih, dengan argumentasi bahwa supaya mahasiswa mendapat pengetahuan secara lengkap. Sering dosen mengajar bukan pada bidang yang dikuasai, hal itu terpaksa dilakukan oleh universitas untuk mengejar mata kuliah yang harus jalan. Dua-duanya ternyata membuat mahasiswa jadi linglung, yang satu linglung karena memang tidak pernah diajarkan, dan yang lain linglung karena terlalu banyak yang diajarkan. Intinya sih kedua-duanya sama-sama nggak ngerti ๐ .
Fenomena aneh lain tentunya masih banyak, misalnya mahasiswa tingkat 3 jurusan teknik informatika (atau ilmu komputer) yang tidak kenal siapa Dennis Ritchie ๐ , tidak bisa membuat program meskipun hanya untuk sebuah fungsi untuk memunculkan Hello World (apalagi mengkompilenya), tidak paham tentang paradigma pemrograman, juga tidak paham apa itu kompiler, shell, pointer, fungsi, array, dan tentu semakin mual-mual kalau saya sebut algoritma atau struktur data ๐ .
Bagaimana seorang mahasiswa Ilmu Komputer belajar? Saya mencoba memberi gambaran umum dengan mengambil studi kasus bagaimana jurusan ilmu komputer di Saitama University mengatur kurikulumnya. Saitama University bukan termasuk universitas yang terbaik untuk ilmu komputer, umurnya masih sangat muda dengan SDM pengajar (professor) yang juga terbatas, bahkan beberapa professor diambil dari jurusan elektro untuk beberapa mata kuliah tertentu. Ini tidak mengurangi keseriusan universitas untuk menyajikan pendidikan dan kurikulum terbaik untuk mahasiswa-mahasiswanya.
Saya mulai program undergraduate (S1) di Department of Information and Computer Sciences, Saitama Univesity tahun 1995. Tingkat I (semester 1 dan 2), mata kuliah dasar (kiso kamoku) sangat dominan. Kalkulus, statistik, probabilitas, fisika dasar, kimia dasar, discrete mathematics, dan mata kuliah dasar lain banyak diajarkan. Semester 2 sudah ada beberapa mata kuliah jurusan (senmon kamoku) yang diajarkan, diantaranya adalah bahasa pemrograman, bahasa C (prosedural), HTML, dengan praktek lab untuk mengenal Unix, shell, text editor (emacs), laTeX (TeX), gnuplot, kompiler, teknik typing 10 jari, dsb. Pada saat masuk tingkat II (semester 3), saya menyadari bahwa mata kuliah tingkat I membekali saya dengan beberapa tool dan konsep dasar, sehingga saya bisa survive mengikuti proses belajar mengajar di tingkat selanjutnya. Lab komputer hanya berisi Unix terminal. Seluruh laporan dan tugas harus ditulis dengan laTeX dengan text editor emacs, apabila memerlukan bahasa pemrograman harus dibuat dalam bahasa C dan dikompilasi dengan GCC. Apabila ada data yang harus ditampilkan dalam bentuk grafik, bisa menggunakan Gnuplot. Setiap mahasiswa harus mempunyai situs web (homepage), dimana selain berisi aktifitas pribadi, juga berisi seluruh laporan dan tugas yang dikerjakan. Selain lewat situs web, laporan harus dikirim dengan menggunakan email ke professor pengajar, dalam format PS atau PDF dengan source dari laTeX.
Yang menarik, bahwa gaya pendidikan yang ditempuh menganut konsep korelasi, berhubungan, saling mendukung dan terarah dari semester 1 sampai akhir. Skill terhadap komputer dan bahasa pemrograman juga cukup dalam, karena ada kewajiban menguasai bahasa C, HTML, Unix, Linux, Shell, dsb yang bukan untuk ritualitas mata kuliah semata, tapi untuk bekal sang mahasiswa supaya bisa survive di jenjang semester berikutnya. Apakah tidak diajarkan paradigma dan bahasa pemrograman lain? jawabannya adalah diajarkan, tetapi untuk konsumsi mahasiswa tingkat 3 (semester 5 dan 6). Pemrograman berorientasi objek (Java), functional programming (LISP dan Scheme), dan Prolog diajarkan pada semester 5 dan 6 untuk membidik supaya sang murid “nyantol” ketika mengikuti mata kuliah Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dan Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering). Dan dengan sebelumnya menguasai bahasa prosedural seperti C, kitaรโ semakin “ngeh” tentang pentingnya paradigma berorientasi objek ketikaรโ mendalami mata kuliah tentang pemrograman berorientasi objek.
Korelasi mata kuliah ini nampak juga dari deretan gaya pengajaran, setelah mahir berbahasa C, kita diminta ngoprek Minix yang terbuat dari bahasa Cรโ (sistem operasi buatan Andrew S. Tanenbaum, yang menginspirasi Linus Torvald membuat Linux) pada mata kuliah Operating System (Sistem Operasi), membuat sendiri shell (dengan fungsi yang mendekati bash dan cshell) diatas sistem operasi yang sudah kita oprek, dan diminta mendesain dan mengembangkan bahasa pemrograman sendiri di mata kuliah Compiler Engineering (teknik kompilasi). Berurutan, berhubungan, tetap fokus dan mendalam, itu mungkin resep desain kurikulum yang diajarkan.
Pada saat tingkat 2 dan 3 itulah sang mahasiswa diarahkan untuk menuju arah kompetensi sesuai dengan yang diinginkan. Dan yang pasti, hampir seluruh mahasiswa mendapatkan “bekal” dan “skill” yang relatif sepadan untuk bergerak. Mahasiswa yang ingin melanjutkan karier menjadi seorang Programmer, disiapkan mata kuliah Struktur Data, Algorithm, Programming Language, Compiler Engineering, Automaton dan Formal Language. Yang ingin jadi Software Engineer, harus fokus mengikuti mata kuliah Software Engineering, Industrial Software Engineering, System Development Engineering, Software Project Management, dsb. Yang ingin berkarier di perusahaan animasi dan grafis, harus serius mengikuti mata kuliah Computer Graphics, Image Processing, CAD Enginering, Pattern Recognition, dsb. Yang siap bergelut di perusahaan Telekomunikasi, harus melahap mata kuliah Information Theory, Communication System, Signal Processing, Speech Processing, dsb. Yang ingin ke arah Hardware, harus menguasai mata kuliah Electronic Circuits, Electronic Devices, Computer Architecture, Quantum Mechanics, Logic Circuits, dsb. Bagaimana dengan yang tertarik dengan Kecerdasan Buatan? harus mau berpusing-pusing ria di mata kuliah Artificial Intelligence, Expert System, Knowledge Engineering, Neural Network, dsb.
Rencana pengembangan karier ini semakin matang dan tertata ketika masuk ke tingkat 4, seluruh mahasiswa harus menjalani 1 tahun terakhir di grup penelitian yang dipimpin oleh seorang professor. Penelitian dan thesis (tugas akhir) sifatnya wajib dilakukan, untuk memperdalam dan memahami implementasi riil dari bidang ilmu peminatan yang direncanakan dan dicita-citakan sang mahasiswa. Apa itu bidang ilmu peminatan? Ya bidang yang sudah saya sebut diatas tadi. Programming, Software Engineering, Communication System, Computer Graphics, Artificial Intelligence, Computer Hardware, Networking, dsb. Masing-masing professor dengan grup penelitian biasanya fokus di satu atau dua bidang ilmu peminatan, termasuk didalamnya penelitian yang dilakukan dan mata kuliah yang diajar. Tidak ada seorang professor Software Engineering yang mendapat jatah mengajar mata kuliah Computer Graphics, karena memang bukan bidangnya. Kalaupun bisa memberikan, tentu tidak menguasai the root problem (akar permasalahan) yang ada di bidang tersebut, ini yang membuat mata kuliah jadi hambar, tidak mendalam dan mahasiswa jadi bingung memahami apa hakekat dari mata kuliah tersebut.
Jadi masing-masing mata kuliah ada arah, ada desain yang ingin dicapai, dan ini yang dijelaskan di awal perkuliahan. Tidak ada kegiatan OSPEK yang berisi penyiksaan dan penghinaan, tidak ada hura-hura pesta masuk perguruan tinggi, yang ada adalah penjelasan tentang kurikulum secara komprehensif. Sang mahasiswa ingin menjadi apa, tertarik di bidang apa, itu yang dibidik dan diarahkan oleh universitas dengan penjelasan desain kurikulum beserta dengan mata kuliah apa yang sebaiknya diambil oleh sang mahasiswa. Jumlah kredit untuk syarat kelulusanรโ S1 juga tidak sepadat Indonesia, hanya sekitar 118, sudah termasuk didalamnya penelitian dan tugas akhir yang dihitung sekitar 10-12 kredit. Jadi total kredit dari mata kuliah hanya sekitar 106. Kelonggaran waktu yang ada dapat kita gunakan untuk kerja parttime di perusahaan-perusahaan IT, mengasah kemampuanรโ jadi programmer, network engineer, admin, software designer, dsb. Mahasiswa mendapatkan konsep di kelas, dan mematangkan diriรโ di lapangan, tempat kita menggarap project maupun tempat kerja. Itu adalahรโ strategi penting dalam mengkader para computer scientist.รโ
Universitas di Indonesia yang membuka fakultas/jurusan Ilmu Komputer dan Teknik Informatika harus berbenah. Tidak hanya berambisi mengejar jumlah murid karena konsep aji mumpung (mumpung TI sedang booming, terima mahasiswa sebanyak banyaknya ๐ ), tapi juga harus bertanggungjawab terhadap figur dan karakter hasil didikan dan lulusan universitasnya. Untuk para calon mahasiswa, pilihlah Universitas yang memiliki kurikulum dan dosen pengajar yang baik. Jangan memilih jurusan karena trend, ikut-ikutan teman, atau alasan tidak logis lainnya. Pilihlah karena memang kita berminat untuk berkarier di bidang tersebut.
Assalamu alaikum
saya sangat setuju dengan artikel mas Romi, dimana saat semester 1 mahasiswa harus diajarkan Logika yg kuat…. dan juga matakuliah di setiap Universitas itu nggak usah banyak…. jadi setelah lulus mahasiswa yg mengambil jurusan Ilmu Komputer seperti dokter umum… karena mereka mempelajari semua kurikulum yg ada. seharusnya diharapkan mahasiswa itu setelah lulus mempunyai bekal yg kuat / spesialisasi ilmu yg diterima di universitas.. seperti yg mas romi sebutkan diatas.. kalo mahasiswa itu mau jadi programmer harus konsen ke kurikulum ini…
wassalam
salam kenal
Heart
Artikel mas Romi sangat bagus. Semoga artikel ini bukan hanya menggugah para petinggi di Perguruan Tinggi, tapi juga menggugah para mahasiswa utk berusaha SURVIVE.
Saya masih mahasiswa tingkat akhir di salah satu STMIK di makassar, STMIK saya ini masih sangat muda, saya adalah mahasiswa angkatan pertama.
Waktu masih kuliah dulu, pengetahuan yang diajarkan masih sangat minim, dosen2 yang berkualitas
Mas Ridwan, mas Anto dan mas Doctor, Thanks atas responnya. Mudah-mudahan bermanfaat. Wacana ini saya pikir biar terbuka saja, mungkin nggak terlalu ngepek kalau kita kirim langsung ke SBY atau Dikti ๐ Kita bisa gunakan timing dan gaya bahasa tertentu untuk berbicara dengan mereka.
Ass. Wr. Wb. menanggapi tulisan saudara romi saya sangat setuju sekali , banyak sekali sdm tenaga pengajar di negeri ini yang perlu bimbingan dari saudara seperti saya ini . Seorang guru yang hanya bisa terkagum kagum dengan teknologi , hanya bisa menikmati karya oarng lain tapi belum mampu membuat karya dibidang IT . Maaf karena saya guru elektro , bisanya cuma browshing , dan browshing . saya guru SMK di jatim yang menjadi guru elektro ingin sekali belajar tentang IT . namun akhirnya keturutan belajar IT di salah satu perguruan tinggi di surabaya , tapi sangat minim sekali , karena ada beberapa dosen kalo ngajar sekedar aja , pokoknya asal ,biar murid bisa apa nggak,pokoknya nggak mau tahu .laa kalo begini mental tenaga pendidik kita seperti ini mana mungkin indonesia bisa pinter , kalo bisanya minteri saudaranya sendiri agar dia tidak tersaingi . atau di jadikan ajang bisnis bagi para dosen atau guru ,supaya muridnya Les Privat tentang IT . Betul enggak ? Inilah Indonesia . mudah-mudahan metal saudara saudara kita tidak teracuni oleh pendidikan barbau uang ????????????????????? . Pujian buat anda yang selalu perhatian terhadap pendidikan .aku ingin jadi guru yang baik buat anak-anak bangsaku wassalam
saya mahasiswa Jurusan TE semester 2 di jogja, saya sudah mendapat kuliah pemrograman dasar di semester 1 dan sekarang saya sudah mengambil praktikum bahasa C. Saya pikir kurikulum kuliah di kampus saya sudah cukup bagus, karena dosen saya selalu menitikberatkan pada algoritma di awal kuliah, alasannya algoritma adalah jantung dari informatika, jadi kalo kita sudah bisa algoritma dengan baik maka bahasa pemrograman apapun dengan mudah dapat kita kuasai. Di TE memang ada konsentrasi Informatika&Komputer, tapi mahasiswa TE bebas menentukan minat konsentrasinya di tahun ke 2. Di kampus saya juga ada jur ilmu komputer yang lepas dari jur TE, saya tidak tahu tentang kurikulum di ilmu komputer, tapi saya kira jur ilmu komputer tsb kurikulumnya jg bagus
Mas Romi,
Saya kebetulan seorang praktisi yang juga akademisi. Memang susah kalau kita bicara antara idealisme dan fakta lapangan. Lebih banyak tidak nyambungnya.
Bagi PTN, rasanya tidak ada alasan untuk tidak bisa mewujudkan idealisme, karena dana ada, nyari bantuan tidak susah dll. Demikian juga kualitas mahasiswa relatif lebih baik daripada PTS.
Namun bagi PTS, yang semuanya mandiri, perjuangan untuk bisa hidup sekaligus mengusung idelisme rasanya berat dikombinasikan. Walhasil kalau mau bermutu juga harus dibarengi dengan biaya yang mahal ? Itupun juga nggak jadi jaminan bahwa biaya mahal identik dengan mutu.
Ironisnya banyak PT yang salah menyikapi bahkan diamini oleh masyarakat luas bahwa PT yang bisa membekali mahasiswanya dengan skill adalah yang PT yang baik. Dampaknya banyak PT yang mengadopsi (atau memaksakan ?) materi kursus ke dalam kurikulum. Bukannya mensinkronkan antara riset dengan terapan sehingga menghasilkan lulusan yang siap berinovasi.
Yang tidak kalah parah adalah sikap mahasiswa. Pengalaman saya sendiri tatkala memberikan kasus riil proyek IT kepada mahasiswa, mereka pada teriak terlalu perfect katanya. Terlalu memaksakan standar industri ke mahasiswa dll .. dll komentar yang senada. Namun ketika hal tsb dikomunikasikan kepada orang tua mahasiswa, mereka sangat mendukung sekali dalam rangka memberikan bekal kepada mahasiswa akan dunia kerja.
Walhasil menurut saya, rasanya sih perlu kejelasan tentang title dan content yang akan diusung oleh PT. Kalau memang mau mengusung title Ilkom, mestinya lebih berorientasi ke riset. Tapi kalau mau title Teknik Informatika mestinya lebih terapan dibanding dengan ilkom.
Tapi semua akhirnya juga kembali ke visi misi PT yang bersangkutan. Wong PTN aja sekarang ini juga nggak kalah mahal dibanding dengan PTS. Tapi kalau PTS berorientasi ke riset, rasanya juga bakalan kalah dibanding PTN. Begitu juga masyarakat, apa mereka siap menjadi researcher ? Padahal penghargaan terhadap peneliti di Indonesia ini masih sangat minim.
Menarik mas Anwar, saya pikir ini perlu kerja keras bersama untuk memikirkan mana yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan. Diskusi PTN dan PTS memang nggak ada habis-habisnya ๐ Terima kasih, saya pikir wcana mas Anwar cukup menarik. Mungkin ada rekan-rekan lain yang punya pengalaman berbeda? silakan komentar ๐
Menarik sekali topik ini, saya salah satu kordinator sekolah informatika dan telah lama menyadari kondisi diatas, Hanya memang di indonesia mendapat pengajar yang memahami bagaimana filosofi ilmu informatika benar-benar sulit, apalagi mencari dosen yang paham benar hubungan antara teori dan praktis benar benar sangat sulit, terbanyak hanya memahami teori tapi tidak paham bagaimana mengaplikasikan teori tersebut, sehingga dengan demikian mahasiswa harus mandiri,
Mungkin karena pihak pendidikan indonesia yang mengutamakan formalitas daripada kemampuan yang lebih diutamakan bagi seorang manusia untuk bisa menjadi survive. Yah, pendidikan itu untuk mengejar gelar, bukan ilmu itu sendiri… ya beginilah jadinya, banyak yang ngah ngeh apabila ada hal-hal atau teknologi baru…
Karena semua yang anda katakan, sampe sekarang belum ada yang bisa menyaingi Al Khawarizimy, Dennis Ritchie, Bill Gates. Eh malah yang banyak malah saingan Fir’aun, Hitler dan lainnya.
to semua yg masih memiliki kepedulian kepada anak2 bangsa yang masih buta teknologi “saya salah satu anak bangsa itu”
banyak pertanyaan kami adalah kepada siapa dan dimana kami harus belajar “do we have to be such system troublemaker to learn something”
kami butuh bimbingan dan tempat bertanya, review sedikit ilmukomputer.com sudah bagus tp ngga ada step by step buat kita yang masih sangat awam, malah jadi bingung mana yg perlu dipelajari dulu, trus klo ada kendala mesti nanya ke siapa???di bbrp situs2 lain cuman dibahas apa itu h@cker sm cr@cker ‘n what they did or maybe will do, we didn’t need it, we need real knowledge , step by step from da beginning just as you say in your article,
saya sangat setuju dengan hal itu, harapan utama kami adalah realisasi
tolong jangan cuman di review aja, kan dah jelas solving problem nya, knp ngga bikin sebuah lembaga nirlaba yg bisa memberikan pendidikan it walaupun tanpa gelar dengan biaya yang terjangkau, mungkin bisa sebagai wadah candradimuka agar terlahir IT Professional with real skill ” untuk awal mungkin IT , next kan bisa bidang yg lain” saya yakin masih banyak potensi di negara kita terutama yang berkendala dengan masalah biaya
tolong realisasikan, sampai kapan kami mesti belajar dalam kebingungan , lost without any direction, tolong dengar suara kami, dan jangan cuman di quote saja, sebelumnya saya minta maaf, terimakasih sudah membaca review ini
anyway klo dah realisasi saya juga ikutan daftar ๐
info tambahan saya juga salah satu bagian kecil dari produk2 IT massal indonesia, sampai sekarang saja saya masih belum mengenal apa itu IT,
menurut pemikiran terbatas saya, apabila sudah ada learning centre nya dg metoda + kurikulum yg paling tidak mendekati kurikulum ideal anda, dengan biaya terjangkau tentunya, saya yakin kreatifitas akan timbul dengan sendirinya, karena bagaimana mau berkreasi, cluenya aja kita tidak tahu, bagaimana hendak berpikir, scope pemikiran saja tidak jelas , apa yang mesti difikirkan saja kita tidak tahu, bagaimana menjadi creative, creativity without any direction woul’d be malicious to the environment
saya sangat kaguim melihat pelajaran dari bapak saya ingin mencontoh pilmu yang bapak ajarkan
Dear Pak,
Saya mohon petunjuk pak, anak saya itu sekarang kelas III SMA dan tahun depan rencananya akan ambil kuliah.Jurusan yang ia sukai adalah Tehnik informatika.Di kota kami untuk perguruan tinggi yang cukup terkenal itu punya prodi Ilmu Komputer, sedangkan tehnik informatika berada pada prodi tehnik elektro (konsentrasi komputer dan informatika).Kami mohon petunjuk dan petuah dari bapak mengenai hal ini, apakah memilih ilmu komputer atau tehnik elektro (konsentrasi komputer dan informatika)
Hormat Kami
Ngudiyana
Pak Ngudiyana,
Mungkin sebaiknya dilihat materi, kurikulum dan dosen pengajarnya. Mana ketiganya yang lebih baik dan sesuai dengan yang kita minati, itu yang kita ambil.
Assalamu’alaikum
Bpk.Romi yg Kami Hormati
Tulisan bpk sangat memotivasi kami untuk terus bergerak.
Sekalian dech minta ijin untuk memakai tulisan bpk sbg bahan seminar di kampus dan tentunya tanpa menghilangkan copyright nya hehehehehe
Terus berkarya
Tulisan yang bagus! Saya setuju dengan penjabaran kritis Pak Romi mengenai kondisi pendidikan IT di Indonesia. Saya langsung merasakan sendiri kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri yang cukup ternama di Indonesia di bidang Ilmu Komputer, dan memang kondisinya tidak jauh berbeda dengan yang dijabarkan oleh Pak Romi.
Saya banyak mengeluh terutama untuk implementasi dari ilmu yang diajarkan di lapangan yang notabene pada kampus saya sangat minim. Hal ini membuat saya memilih untuk bekerja di salah satu NAP (Network Access Provider) dan banyak titip absen saat kuliah dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana ilmu saya dapat diterapkan di lapangan. Dan ternyata memang tidak memenuhi standar ๐
Harapan saya semoga kurikulum IT terus diperbaharui sehingga output dari kampus dapat dipertanggungjawabkan.
all the best,
-df-
ah, sotoy, di kampus gw enggak tuh.. ๐
saya ingin mengajukan pertanyaan dan memberikan saran :
1. apa yang telah anda lakukan selama ini untuk memperbaiki kurikulum tersebut ?
2. jangan hanya mengkritisi, kasih solusi
3. kalo anda bekerja di dunia IT dan hanya berusaha mengekor orang lain (misal universitas saitama) maka anda akan hancur. anda harus mampu selangkah ke depan. kalau tidak anda akan terlibas
4. permasalahan kayak gini adalah permasalahan klasik di indonesia dan tidak hanya terbatas ke bidang IT saja ๐
5. kapan indonesia maju ?? 8->
Saya sebagai salah satu mahasiswa IF ITB juga sadar akan hal itu.
Saya merasa useless ketika harus berhadapan dengan orang IT dari
luar negeri. tapi mau bagaimana lagi, keadaan sudah begini. fasilitas kurang, ditambah dosen dosen yang idealis sangat sedikit. Saya gak bisa berbuat apa apa, hanya bisa menangisi keadaan.
Untuk mas udin, thanks komentarnya. Saya jawab ya mas ๐
1. Yang saya bisa lakukan memperbaiki materi yg saya ajar. Karena saya orang biasa saja, bukan kajur, dekan apalagi rektor ๐ Saya merubah dari apa yang saya bisa.
2. Done. Saya tidak pernah mengkritik tanpa solusi ๐
3. Silakan dibaca sekali lagi artikel saya, saya tidak mengekor siapapun. Dan apa usulan anda? beri saya artikel referensi yang anda susun berhubungan dengan diskusi kita. Beri saya referensi success story anda di dunia IT. Insya Allah kita semua belajar dan berdiskusi dari siapapun yang sdh punya succcess story.
4. Justru itu saya tulis, dan saya hanya nulis jurusan CS karena saya tidak mengerti bidang lain. Saya hanya menulis bidang yang saya kuasai. Dan apakah anda puas dengan kondisi saat ini?
5. Kapan Indonesia maju? Kalau semua orang sudah legowo menerima kritik dan tidak sungkan belajar dari siapapun. Sudah mau bekerja keras dan melatih enterpreneurship sejak dari mahasiswa.
Untuk mas mahasiswa IF ITB,
Ada 4 actor yang ada di diskusi saya:
1. kurikulum
2. dosen
3. mahasiswa
4. universitas
Kita bisa melakukan perbaikan dari yang bisa kita lakukan. Kalau anda mahasiswa, ya please ubah behavior kita. Kurangi tidur, kurangi maen ke mall, produktif dengan mencoba berbisnis, melatih enterprneurship, dsb ๐
Selamat berdjoeang …
Wuah…. hebat.
Jadi praktisi industri IT sejak tingkat 2 undergraduate?
Huff… padahal sampai sekarang (semester 7) saya baru bisa mbuat program sederhana, itupun pake IDE Delphi, bajakan pula (walau udah ada yang jadi uang :p)
Berdasarkan pengalaman saya, ilmu yang berguna harus dicari sendiri -> mungkin cuma berlaku di Indonesia, karena dosen-dosennya sibuk mbuat proyek di luar.
Saya sangat menghargai semua usaha Bapak, dari Ilmukomputer.com sampai yang lain-lainnya (yang mungkin belum saya tau, hehehe).
Maju terus!!!
mau ikut ngasi komen ni… ๐
saya setuju dengan pendapat mas romi ni, klo univ2 di indonesia harus berbenah biar ga ketinggalan ma yg di luar
Sangat menarik dan terima kasih atas ilmu yang didapat dalam diskusi ini. Teruslah berjuang dan berkembang. Kami belum bisa memberi sumbangsih pemikiran atau solusi, karena GAPTEK dan tidak mumpuni masalah IT. Hanya do’a dipanjatkan, agar Ilmukomputer.com tetap eksis dan berkembang positip. Semoga amal kebajikan diterima Allah SWt. Amin.
hi semua
mo nanya nih, kursus pemrograman java di subaya yang bagus di mana ya, mohon info lewat email saya saja biar nggak dibilang beriklan hehe
terima kasih
Pandi Pandia
email:pundipundi@yahoo.com
hasil kualitas yang diajar bisa jadi indikator kalitas pengajar kan…. ya itulah INDONESIA …. kuantitas doank yang gedhe… kayak korupsi pejabat2nya….. (oops… mudah mudahan ada yang ngerasa..)
saya salut dengan apa yang anda sampikan, seandainya saja mutu pendidikan kita seperti mereka. kita pasti tidak ketinggalan kereta.
aku pernah mengalaminya..saat aku dan teman menawarkan program computer di perkuliahan di daerah kami, rektornya tidak terlalu merespon hal ini. kami jadi sedih mendengarnya, karena banyak putra daerah yang pinter IT, tidak bisa mengabdikan ilmunya. apalagi pemda yang sama sekali tidak menempatkan orang IT di tempat sebenarnya..
semoga aja indonesia bisa melek IT..
Iya nich mas Romi.. saya sangat setuju dengan apa yang mas bilang. Terus terang saya bingung sekali dengan apa yang harus saya lakukan. Sekarang saya ini sedang kuliah, juga mencoba mendulang rejeki di dunia IT ini(mesi sangat tersendat2). Saya kuliah di salahsatu lembaga pendidikan di Denpasar, tahun pertama memang basic banget dapatnya, tp sungguh sayang sampe sekarang tehun ke-3 masih aja basic. Sebenarnya urutan mata kuliah yang bener tuch gimn sich mas? Untuk jadi programmer itu apa yang harus diketahui dulu. Sebenarnya saya memilih jurusan IT sebagai jurusan kuliah saya karena memang saya tertarik dengan apa yang bisa dilakukan oleh IT itu sendiri pada dunia ini. Tapi kok??? Nasib mungkin mas ya…??
Oh ya klo saya rasa sich.. karena standar dari pemerintah untuk pendidikan ini belum ada kali ya… Tapi klo ngandalin pemerintah jg nggak begitu menjanjikan, karena urusan birokrasi menjemukan.. Dan yang paling menentukan itu (“menurut saya”) karena biaya pendidikan masih mahal apalagi untuk jurusan IT, jadi yang hidupnya pas2an mencoba untuk kuliah dijurusan ini memilih lembaga pendidikan yang agak murah (mungkin lebih/mungkin paling murah) jadi ya dapatnya gitu… serba pas2an…
Tulisan mas ini menarik sekali.. mungkin saya pasang pada website saya.. boleh ya mas… oh ya khan dach mas ijinin ya(tulisan dibawah).
Okey dech mas… pokoknya semangat mengajar meski jauh dari yang mas dapatkan di negeri seberang. Pokoknya mas kasi yang terbaik untuk mahasiswa mas… Kasian mereka sudah terlanjur kebagian yang begitu dari pendahulu-pendahulu mereka(“sistem bobrok”). Untuk saya sekarang terpaksa gali sana sini dengan browsing diinternet untuk dapatkan ilmu yang saya inginkan…. tapi ya gitu… basic saya jadi lemah… Ya mo gimana lagi… Try The best…. Meski nggak jarang dapat yang Worst…
Mungkin mas ada referensi untuk memperkuat basic saya dibidang ini, mohon informasinya kirim ke email saya…
Salam
Juniawan
wah pengalaman yang bagus. tapi ngomong-ngomong tentang proses perkuliahan, ada yang aneh ya yaitu d3pjj yang dilaksanakan di indonesia baru-baru ini, dengan sistem kuliah hanya 1 minggu selama 1 bulan. wah apa malah bisa nyantol semua ya??? apa lagi mahasiswanya berasal dari berbagai latar belakang, ada yang tua ada yang muda, ada yang dari d1,smk,sma, ada yang sudah bekerja ada yang baru lulus dan lain2 kayak gado2.
q termasuk salah satu mahasiswanya. ini lebih fokus ke jaringan. tapi lumayan dari pada ngganggur. ya pengen tahu lebih banyak sih tentang komputer. mungkin perkuliahan ini kurang maksimal sih tapi ya tergantung orangnya juga sih. mungkin mas romi bisa memberikan saran dalam perkuliahan seperti ini agar bisa maksimal????? ya masih banyak sih yang belum di mengerti.
salam
Angin-Angin
#Angin: Wah nggak ngerti saya malah. Program apa ya itu. Universitasnya mana mas? Insya Allah saya coba cari cari info tentang itu ๐
Setiap mahasiswa harus mempunyai situs web (homepage), dimana selain berisi aktifitas pribadi, juga berisi seluruh laporan dan tugas yang dikerjakan. Selain lewat situs web, laporan harus dikirim dengan menggunakan email ke professor pengajar, dalam format PS atau PDF dengan source dari laTeX.
Nah ini yg menarik, sprti dikatakan, semua ada korelasinya, dan tentunya keberhubungan ini tdk datang dgn sendirinya
Artinya, utk menyusun kurikulum, perlu melihat jauh ke depa, dan tahu benar, mau dikemanakan siswanya ?
Nah kalo kita ? pasti akan kesulitan utk melihat ke depan, ini dikarenakan kita masih minder dan terus berprasangka sebagai bangsa budak ?!
Jadi, kita akan cepet berubah, jika idola kita pun menjadi berubah, shg kita jadi bingung menentukan arah capaian yg trnyata lebih disebabkan oleh pergeseran idola tsb
wuaduh pak romi, itulah tantangan kami sbagai mahasiswa yang bergelut di bidang ilmu komputer, boleh lah pak sekali-sekali bapak membhas lebih lanjut UML dengan analogi yang lebih mudah, saya masih tahap awal dan masih bingung dengan state diagram
Saya sudah baca tulisan dan komentar – komentarnya Mas. Benar – benar bermanfaat. Tapi mungkin cuma kurang satu hal, bagaimana dengan mereka yang sudah terlanjur masuk ke “perangkap” ini? Ada saran atau tips dari Mas Romi?
Mengapa harus mengenal Dennis Ritchie, apakah ini penting, ini bukan termasuk ilmu komputer menrut saya.
Mas….bedanya antara “software engineer” dan “programmer” apa sih?sorry kalo pertanyaannya dianggap terlalu dasar:)….saya bukan dari background IT,cuman sekarang dapat kerjaannya di bidang jaringan komputer….jadi mau nggak mau belajar otodidak dari awal….sekarang saya nekunin belajar jaringan ama programming….
Saya setuju dengan artikel yang mas tulis, selama saya belajar IT, saya pusing bukan karena matakuliahnya tetapi pusing karena mikirin arah pendidikanya yang ga jelas, selama ini saya kuliah di IT hanya dicekoki dengan teori-teori yang ga mutu!saya belajat teknik kompilasi tapi hanya sebatas teori dan ga jelas juntrunganya!mana dosenya belagu lagi, lebih mentingin DFD atau OOP sedangkan bahasa pemrograman OOPnya ga diajarkan!!!!
Sangat sesuai dengan apa yang saya alami, ketidakjelasan maksud dari mata-kuliah2 di t.informatika. Begitupula dengan tenaga pengajar yang asing dengan dunia it di lapangan.
Setelah membaca tulisan Bapak Romi ini, saya jadi bingung mau kuliah di universitas mana. Apakah bapak ada usulan untuk saya dimana universitas yang kurikulumnya seperti universitas yg bapak paparkan dalam tulisan? Saya lulusan SMK jurusan informatika tahun 2007, tapi saya memilih tidak melajutkan kuliah dulu dan bekerja. saat ini saya bekerja sebagai programmer di sebuah perusahaan swasta. saat tes masuk saya ingat sekali saingan saya semua adalah S1, tapi ternyata saya yg berhasil lolos tes. ternyata dari tulisan Bapak, pertanyaan saya selama ini terjawab tentang bagaimana sistem belajar anak kuliahan
hmm…
kuliah mas Romi mirip sekali dengan kuliah di jurusan Matematika. Bidang peminatannya juga sama. Mata kuliahnya jg mirip; Ada math diskrt, logika, algo dan strukdat, prog C, aljabar, dsb. Cuma sayang waktu itu sy kurang ngulik program dan mematangkan ilmu dan berpraktik di perusahaan IT. Thanks buat mas romi..