Masih Tentang MoU Microsoft (versi Depkominfo)

mou.jpgHari ini, kamis 18 Januari 2007, saya ikut datang ke pertemuan antara komunitas opensource Indonesia dengan pak Sofyan Djalil (Menkominfo). Nggak ngerti kenapa pakai nama komunitas opensource Indonesia ;), harus minta pertanggungjawaban Wandi (Air Putih) karena dia yang mengkoordinir kumpul-kumpul di Depkominfo. Yang ikutan kumpul adalah I Made Wiryana, Rahmat M. Samik Ibrahim, Rusmanto, Harry Sufehmi, Ahmad Sofyan, Heru Nugroho, Bona Simanjuntak, Adang Suhendra, Frans Thamura, Teddy Sukardi, hmm siapa lagi ya, maaf nggak ingat lagi yang lain.

Tambahan dari Wandi: Anjar Ari Nugoho, Dheche, Aulia Adnan, Hidajat, Alexander Rusli, Cahyana, dan Kemal Stamboel.

Beberapa hal yang bisa disarikan dari pertemuan tersebut adalah:

  • Pak Sofyan Djalil secara komprehensif bercerita tentang latar belakang adanya MoU antara pemerintah Indonesia dan Microsoft. Pemicu utamanya adalah karena tingkat pembajakan yang tinggi (mencapai 87%), sehingga Indonesia masuk watchlist Internasional, ini dari beberapa aspek cukup merugikan, misalnya dalam sektor perdagangan Internasional. Target Indonesia menurunkan piracy rate sampai 10 point, jadi sekitar 77%.
    [Catatan: Perlu dilakukan research lagi bahwa apakah ada jaminan bahwa dengan MoU tersebut, bisa menurunkan point piracy rate kita. Apakah migrasi ke opensource tidak bisa dipandang sebagai upaya penurunan piracy rate? ]
  • Vietnam sudah mulai serius menangani pembajakan. Dalam pertemuan APEC juga dibahas kesepakatan bersama untuk tidak menggunakan APBN untuk pembelian software ilegal.
  • Pemerintah ingin gampang dan cepat untuk mengatasi masalah serta membangun image positif kepada dunia mengenai masalah perang terhadap pembajakan. Dengan sekali sign MoU dengan Microsoft, paling tidak masalah piracy di sistem operasi dan beberapa aplikasi dibawahnya langsung terpecahkan.[Catatan: Business Software Alliance (BSA) tidak hanya beranggotakan Microsoft, tapi juga Adobe, Cisco System, Borland, dsb. Bagaimana dengan perusahaan-perusahaan lain tersebut, apakah akan ada MoU-nya? Banyak juga software dari perusahaan-perusahaan tersebut yang cukup dominan dan relatif lebih tidak tergantikan oleh opensource, misalnya Adobe dengan aplikasi animasi dan grafisnya.]
  • MoU antara pemerintah dengan Microsoft adalah keputusan bersama dalam rapat mentri terbatas, termasuk ikut didalamnya adalah Kementrian Negara Riset dan Tenologi (KNRT). Selain keputusan MoU dengan Microsoft tersebut ada keputusan lain bahwa pemerintah Indonesia tetap mendukung opensource dengan penugasan ke KNRT dan Universitas untuk bergerak aktif dalam progam IGOS. Untuk orientasi kedepannya, dengan alasan kemandirian, cost, dsb. bagaimanapun juga Indonesia akan menuju dan mendukung penuh solusi opensource.
  • I Made Wiryana menceritakan tentang perdjoeangan para aktifis komunitas opensource. Dari sektor sistem operasinya, sejak tahun 1998 sudah dimulai pembuatan distribusi (distro) Linux, ada trustix merdeka, winbi, igos desktop, dsb. Dari sektor aplikasinya sendiri, sudah banyak pengembang yang mengembangkan aplikasi di bawah Linux. Perusahaan berbasis solusi opensource juga sudah marak, bahkan sampai ke pelosok-pelosok tanah air, kebanyakan lahir dari usaha mantan pengurus KPLI di berbagai daerah. Sektor lain adalah perdjoeangan di bidang konten yang berlisensi open content seperti IlmuKomputer.Com, yang membagi materi gratis untuk masyarakat Indonesaia (ehm ;))Â
  • Pak Rusmanto, Frans, Bona, Harry, dsb juga mengeluarkan pendapat tentang pengalaman masing-masing dalam perdjoeangan di dunia opensource. Muncul usulan untuk mengurangi pembelian lisensi dengan hanya membatasi ke sistem operasinya saja, dan bukan aplikasi yang sudah hampir 100% tergantikan oleh opensource (Office, Mailer, Browser, dsb). Juga ada ide menarik untuk mensyaratkan aplikasi yang bisa berjalan di banyak platform (multiplatform) untuk procurement dan tender dari institusi pemerintah. Kebebasan dan ketidaktergantungan adalah topik utama dalam diskusi ini.
  • Diskusi mengarah ke persoalan support ketika solusi Teknologi Informasi diberikan. Apabila vendor proprietary software memberikan dukungan support kepada clientnya, bagaimana dengan opensource? Beberapa yang hadir, misalnya pak Hidayat (Apkomindo) bercerita tentang bad story menggunakan solusi opensource, karena perusahaan pemberi solusi tidak memberikan dukungan support dengan alasan karena memang seperti itulah opensource (ini sepertinya perlu cross-check dengan pihak yang disebut ;)). Diskusi bergeser ke sebuah tantangan untuk membuat bisnis model di bidang opensource, dan tentu saja ini jadi lahan yang baik bagi seluruh komunitas opensource untuk berproduksi. Intinya, semua teori, konsep, gerakan dan solusi yang ada di dunia opensource sebaiknya dibundle dalam satu solusi terpadu, dalam suatu bisnis yang profesional. Jangan selesai di hobi, tapi sebaiknya bisa ke bisnis yang berkualitas.
  • Bu Loly (Direktur Perangkat Lunak, Depkominfo) menambahkan bahwa standard perawatan (maintenance) per unit komputer di instansi pemerintahan adalah sebesar Rp 600 ribu/PC/tahun. Sehingga bila diasumsikan jumlah komputer di sektor pemerintahan sebanyak 500 ribu unit maka akan terdapat anggaran sebesar Rp 300 miliar per tahun yang mungkin bisa dimanfaatkan sebagai peluang bisnis Open Source.
  • Yang menarik suatu pernyataan dari pak Sofyan bahwa, “Kalau dilihat dari sisi positifnya, MoU tersebut bagaikan blessed in disguise. Buktinya bisa membuat komunitas open source bersatu.” Mungkin untuk lelucon saja, meskipun memang di satu sisi ada benarnya, jarang sekali ada suatu event yang bisa mengumpulkan aktifis opensource dalam satu tempat dan waktu seperti hari ini. Bahkan sampai pak Ibam juga turun gunung dari padepokannya di UI, meninggalkan hewan-hewan peliharannya (Kambing, Komo, dsb) 😉

Demikian beberapa rangkuman dari diskusi hari ini dengan pak Sofyan Djalil and staff. Meskipun sebenarnya saya juga gatal untuk memberi catatan, untuk sementara saya puasa dulu, supaya artikel ini tidak terlalu panjang 😉 Besok akan ada pertemuan lanjutan antara komunitas opensource dengan pak Kusmayanto Kadiman (Menristek). Saya coba rangkumkan lagi pertemuan tersebut. Untuk foto-foto, kemungkinan nunggu budi baik Wandi untuk bisa ditampilkan disini 😉

Tulisan lain serupa:

ttd-small.jpg