Memulai perdjoeangan di SMA Taruna Nusantara Magelang tahun 1990-1993. Proses membentuk fisik, mental dan akal. Otot kawat tulang besi adalah badanku, logika dan juara adalah parameter kecerdasanku, kepemimpinan adalah warna hari-hariku, Indonesia Raya adalah mars wajib berjalanku, wajah beringas dan suara menggema adalah brandingku. Melanjutkan perdjoeangan di Department of Computer Science, Saitama University, Jepang tahun 1994-2004. Proses membentuk kekuatan technical, spiritual, verbal dan entrepreneurship. Coding adalah sarapan pagiku, mengkaji quran dan hadits adalah menu utamaku, menghindari zina dan menikah muda adalah jalan cintaku, public speaking dan memimpin massa adalah karakterku, dan kadang bisnis adalah mainan besarku 🙂 Menapaki jalan perdjoeangan yang sebenarnya di Indonesia tahun 2004-sekarang. Proses membentuk karakter kebebasan, kebebasan finansial, kebebasan verbal, kebebasan akal, dan kebebasan ketergantungan dari pihak lain. Kebebasan yang hakiki adalah kebebasan yang bisa membebaskan orang lain. Culture shock dan pembekuan gaji PNS di LIPI adalah batu loncatan perdjoeanganku. Bukan uang yang aku cari di Indonesia, sebab kalau itu yang aku cari aku tidak akan pulang. Bukan pula jabatan, pangkat, atau gelar profesor yang aku kejar, karena aku sudah melupakan semua cita-cita jahiliyah itu. Aku hanya ingin berusaha mengatakan kebenaran, meskipun kadang pahit dan sangat pahit. Aku hanya ingin mengajak sahabat-sahabatku untuk memikirkan kembali kenapa hidup di dunia yang fana ini dan kenapa juga kita harus berdjoeang di republik tercinta ini. Dan yang pasti aku ingin mengajak para sahabat PNSku, supaya tidak tergelincir masuk ke neraka jahanam karena mempermainkan uang APBN. Aku ingin mendidik lebih banyak orang, menyadarkan banyak orang bahwa revolusi di Indonesia belum selesai!. Perlu pengorbanan waktu, tenaga, biaya dan nyawa kita untuk mengeluarkan republik ini dari permasalahan yang semakin lama semakin kompleks. Mengurangi tidur dan berlaku professional dalam segala jenis pekerjaan adalah dasar madzabku. Mendidik anak-anak muda belasan tahun dengan tanganku sendiri, memberi mereka beasiswa untuk melanjutkan kuliah, mengajak para serdaduku...
Wahai Dosen, Berbicaralah dengan Bahasa Manusia!
Itulah teriakan para mahasiswa kepada dosennya, yang mungkin nggak pernah tersampaikan, dan saya yakin akan menjadi blunder kalau diungkapkan. Kecuali bagi para mahasiswa yang memiliki kebebasan nilai IPK, kebebasan pola pikir, kebebasan penelitian, kebebasan finansial dan kebebasan ketergantungan serta ketaatan kecuali kepada satu yang Diatas. Mahasiswa pedjoeang yang tetap mau mengatakan kebenaran meskipun itu sangat sulit, pahit dan sakit. Tidak saya rekomendasikan, karena ungkapan semacam “Sensei no jugyo wa sonna naiyo deshitara, i-me-ru de okutta hou ga yoi dewanai deshouka?” (kalau isi kuliahnya kayak gitu, lebih baik kalau anda kirimkan ke saya lewat email saja prof) :), saya jamin akan membuat nilai kita jadi Fuka alias tidak lulus. Jangan dilakukan, cukup saya yang jadi korban harus mengambil mata kuliah yang sama selama tiga tahun berturut-turut, sampai akhirnya harus puas mendapatkan nilai Ka alias C dari sang Professor. Professorku yang akhirnya jadi sahabatku dan membimbing penelitianku, meskipun tetap tidak bisa menghilangkan cacat nilaiku 😀 Mungkin itu salah satu tema diskusi ketika bertemu dengan teman-teman dosen di Puskom UNS Solo. Workshop, meskipun dengan undangan mendadak, tapi bak wangsit yang memberi tanda ke insting saya bahwa acara ini wajib saya datangi. Bukan hanya karena telepon mbak Jatu yang merdu yang meminta saya untuk sekalian mabid sambil ngisi liqo di UNS Solo hehehe, atau karena kesabaran mas Kurnia yang ngejar kereta saya dari Boyolali dengan motor bututnya, dan akhirnya berhasil menjemput saya jam dua pagi di Stasiun Balapan Solo, dan juga bukan karena sodoran kertas untuk tanda tangan dari mbak Asih 🙂 Saya merasa perlu mengajak bapak ibu dosen untuk kembali memperhatikan mahasiswa kita. Saya sebenarnya dalam keadaan kepenatan yang luar biasa pada waktu itu. Dua hari di Yogyakarta, hari Selasa (19 Agustus 2008) di STMIK Amikom untuk memberi materi tentang kesiapan kerja wisudawan dan Rabu (20 Agustus...
Kebebasan Yang Membebaskan
Sahabat saya, mas Nurul Hidayat, mulai semester ini memimpin Program Studi (Prodi) Teknik Informatika di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Saya diundang untuk mengisi satu sesi acara Grand Opening Prodi tersebut, hari ini tanggal 21 Agustus 2008, bareng pak Eko Indrajit (Aptikom) dan pak Gatot (Seamolec). Saya ingin menghadiahkan sebuah essay kecil untuk mas Nurul, yang merupakan modifikasi dari tulisan lama saya yang sengaja saya susun untuk para mahasiswa. Essay ini menceritakan perdjoeangan saya dalam mencari hakekat kehidupan selepas SMA (halah) 😉 Secara filosofis, essay ini adalah gambaran pemikiran dan konsep saya tentang open movement, sekaligus ingin memberi argumentasi bahwa karya-karya besar, ide-ide besar dan teknologi-teknologi besar lahir dari konsep open movement. Keberadaan open source, open content dan open standard adalah sebagai implementasi nyata dari open movement. Open movement juga memberi manfaat ke dunia pendidikan, memperkuat kualitasnya, memberikan kebebasan berpikir kepada sivitas akademikanya. Ya, open movement adalah sebuah proklamasi kemerdekaan dan pernyataan kebebasan dari ketergantungan. Ya, bebas dari ketergantungan fungsi, ketergantungan pola pikir, ketergantungan terhadap suatu teknologi, tool, produk dan platform, serta ketergantungan finansial. Dengan kebebasan dan kemerdekaan itu, diharapkan kita dapat membebaskan orang lain, dengan cara menshare ide dan ilmu kepada orang lain, mendidik orang lain, membuka wawasan dan wacana ke orang lain, memberikan solusi untuk orang lain, serta membuka lapangan kerja baru. Semuanya dapat dirangkum dalam satu kalimat besar “jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain“. Itulah arti kebebasan dan makna kemerdekaan yang sesungguhnya, paling tidak menurut saya dan itulah yang saya maksud dengan kebebasan yang membebaskan. Diantara ritualitas lomba makan kerupuk, lomba panjat pinang, dan pentas panggung menyambut 17 Agustus 2008, mudah-mudahan kita tidak lupa bahwa hakekat kemerdekaan adalah kebebasan, dan tingkatan tertinggi dari kemerdekaan adalah ketika dengan kemerdekaan dan kebebasan yang kita miliki, kita dapat membebaskan orang lain dari ketergantungan dan permasalahan. Essay sepanjang 11 halaman ini agak sulit saya tulis di posting blog, jadi silakan...
Romi Satria Wahono’s Army
Pergeseran masa kadang membawa implikasi ke pergeseran ritme, tema, arah dan semangat perdjoeangan suatu organisasi, komunitas atau gerakan massa. Lima tahun sudah saya berusaha komitmen berdjoeang untuk memberi satu solusi kecil ke masyarakat bernama IlmuKomputer.Com. Membuatnya, menjaganya dengan baik dan berusaha terus memberi pupuk dengan berbagai inovasi supaya pohon bernama IlmuKomputer.Com tetap hidup, tumbuh, kokoh dan kuat. Saya berharap batang pohonnya bisa mengharumkan lingkungan sekelilingnya, dahan dan rantingnya bisa memberi kesejukan bagi siapapun yang ingin berteduh dibawahnya, dan seluruh karakter dari pohon IlmuKomputer.Com bisa menjadi contoh bagi komunitas lain yang ingin berdjoeang di jalan ini. Menengok ke belakang, sudah banyak anak-anak muda yang saya didik, baik lewat jalan darat atau jalan maya, baik lewat cara halus maupun cara kasar ;). Ada yang sudah mulai menuai sukses, ada yang masih harus berdjoeang, dan ada juga yang datang dan pergi begitu saja 😉 Seperti saya tulis di posting-posting yang lain, waktu saya tidak banyak, target umur saya terus mengejar, padahal masih banyak rencana perdjoeangan yang harus dilaksanakan. Bulan agustus 2008, bulan bersejarah bagi republik ini karena kita memutuskan untuk merdeka 63 tahun yang lalu. Jadi saya anggap bulan Agustus 2008 ini timing yang tepat untuk memasuki era baru perdjoeangan hidup saya. Saya putuskan melupakan segala mimpi dan ambisi saya untuk berkarir dan melakukan perbaikan dari dalam di institusi pemerintah. Sekali lagi, I have no time, sayang kalau saya buang waktu saya untuk melakukan kegiatan yang sia-sia dan tanpa harapan pasti. Saya juga takut mendapatkan adzab dan siksa dari yang Diatas karena tidak bisa mempertanggungjawabkan segala nikmat kehidupan dan nikmat ilmu yang saya peroleh selama ini. Saya ikuti langkah kata hati dan langkah hati saya, untuk bisa memberi manfaat kepada orang lain terutama generasi muda, yang saya yakin akan menjadi lokomotif-lokomotif terjadinya arus perbaikan di republik ini. Saya akan mencoba konsentrasi mendidik anak-anak muda yang ber-attitude baik, militan, pekerja...
Kreatifitas Kampus, Kesalehan Sosial dan Open Content: Oleh-Oleh Penjurian INAICTA 2008...
Saya kebetulan diminta ikut menjadi juri pada event Indonesia ICT Awards (INAICTA) 2008, khususnya untuk kategori Telkom Smart Campus (TESCA). Dari sekitar 80 universitas yang mengambil formulir pendaftaran untuk kategori TESCA, akhirnya juri memilih 15 universitas yang mendapatkan kesempatan mengikuti penjurian tahap akhir. Pada penjurian tahap akhir ini, juri berkunjung ke 15 universitas tersebut (site visit) dan menilai secara lebih detail implementasi yang ada di lapangan. Nah penjurian site visit inilah yang bikin schedule saya merah alias padat merayap 😉 pada bulan Juli 2008. Saya coba share pengalaman keliling kampus ini termasuk juga temuan menarik, kreatifitas kampus, dan tentu saja kritik dan diskusi yang saya sampaikan ke teman-teman di setiap kampus. Penjurian tahap final ini dilakukan oleh Tim Juri yang terdiri dari 3 orang, saya sendiri Romi Satria Wahono (IlmuKomputer.Com/LIPI), mas Donny BU (Detikinet/ICT Watch) dan pak Dadan Gumbira (PT Telkom), plus didampingi Komite Juri yang mengikuti kami bergantian, kadang mas Avinanta Tarigan, pak Richard atau pak Zein (IMOCA). Tentu sebenarnya yang membuat Tim Juri dan Komite Juri bisa fokus dan enjoy dalam melakukan penjurian, meskipun harus gempor kaki karena harus melintasi jalan udara dan darat dalam waktu singkat ;), adalah PJ acara dari Depkominfo yaitu mas Fauzi Putra. Pengalaman gan Fauzi yang sangat luas dalam dunia mafia underground services khususnya dunia maya, sangat membantu kita dalam pemesanan tiket pesawat mendadak, sewa mobil mendadak, masuk hotel dan makan mendadak, meskipun alhamdulillah ilmu hitam beliau berhubungan dengan “mendadak” yang lain tidak sempat ditularkan ke kami 🙂 Paling sempat sedikit meleleh ke mas Donny BU, itu juga langsung ditepisnya, karena ternyata pengetahuan sohib saya satu ini lebih sohih dan ilmiah. Beliau pernah mengangkatnya dalam bentuk tesis dan kajian akademis. Yang pasti pertempuran keduanya akhirnya happy ending khususnya ketika masuk ke episode the king of pattaya 😉 Saya mewakili Tim Juri juga mengucapkan terima kasih kepada...
UI dan UPI Melejit di Rangking Webometrics Juli 2008
Webometrics telah mengeluarkan rangking universitas dunia untuk versi Juli 2008 pada tanggal 24 Juli kemarin. Universitas di Indonesia yang berhasil masuk ke dalam best 5000 bertambah menjadi 23 universitas (sebelumnya 17 pada Webometrics versi Januari 2008). Saya pikir suatu kemajuan dan pencapaian yang meskipun pelan, tapi harus kita apresiasi bersama 😉 Yang cukup menarik dari Webometrics Juli 2008 ini adalah rangking Universitas Indonesia (UI) naik tajam menjadi 1291 (sebelumnya 1998). Kemudian Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang Juli 2008 ini boleh dikatakan debutan baru, melejit cukup tajam di urutan 2035, menggusur Universitas Petra dan IPB yang selama ini setia menemani UGM, ITB dan UI. Setelah bahasan tentang Branding University, kita coba analisa Webometrics Juli 2008 ini yuk! UPI melejit karena mendapatkan keuntungan dari bobot parameter Visibility yang mencapai 50% dari total nilai parameter Webometrics. Ini menutup kekurangan nilai parameter Rich Files dan Scholar yang masih agak rendah (rangking 5676 dan 4922), karena efek kebijakan menutup akses publik terhadap file-file dan publikasi ilmiah UPI. Saya yakin sahabat-sahabat saya di UPInet yang dipimpin dosen militan seperti pak Munir bisa memahami kegelisahan yang sempat saya ungkapkan pada saat penjurian INAICTA 2008 beberapa waktu lalu di UPI. Mohon maaf kalau diskusi masalah open content dan open publication kemarin jadi agak memanas pak 🙂 Saya ingin UPI yang menjadi lokomotif kampus pendidikan di Indonesia berdiri paling depan dan meng-inspirasi “Universitas tapi IKIP” di berbagai wilayah Indonesia lain untuk tampil di level internasional. Kita juga harus acungi jempol untuk kegigihan Universitas Kristen Petra, karena rangking Scholar-nya melejit di urutan 303 dunia (sebelumnya 582). Rangking 303 dunia adalah rangking tertinggi selama ini untuk Indonesia, karena belum pernah ada universitas di Indonesia yang mencapai itu. Dan otomatis, kedudukan 303 dunia ini mendongkel posisi ITB yang selama ini selalu menjadi terbaik untuk nilai Scholar dari universitas di Indonesia. Menurut...
Internet Business and Marketing Yourself (Versi Seminar)...
Saya punya hutang ke adik-adik mahasiswa untuk mengupload materi yang saya bawakan di Seminar Technopreneurship yang diadakan teman-teman Program Studi CCIT, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 10 Juli 2008 lalu. Bukan materi baru sebenarnya karena saya hanya menggabungkan beberapa tulisan saya tentang model bisnis di Internet dan beberapa teknik personal branding khususnya di dunia maya. Istilah marketing yourself saya ambil dari judul buku kecil tapi berisi hal besar 😉 karya pak Hermawan Kartajaya yang cukup menginspirasi saya selama ini. Tertarik? Ikuti terus tulisan ini dan download artikelnya … Materi saya buka dengan ajakan untuk menggunakan Internet tidak hanya untuk browsing, chatting, email dan searching, tapi juga business, branding, marketing dan sharing. Supaya saya tidak dituduh penyebar teori tanpa bukti atau peneliti JARKONI alias wani ujar ora wani ngelakoni (berani ngomong tapi nggak berani melaksanakan) ;), studi kasus dan contoh riilnya saya ambil dari yang saya lakukan selama ini. Perkembangan layanan Web yang menuju ke Web 2.0, dengan fenomena user-generated content juga saya ceritakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah kreatifitas maya bisa muncul. Sharing tacit knowledge dengan kombinasi konsep dan implementasi seperti ini sepertinya lebih cepat ditangkap dan dipahami temen-temen mahasiswa. Meskipun efeknya materi banyak berupa screenshoot, yang mungkin sulit dipahami kalau nggak dengerin langsung penjelasan saya. Dan tentunya ukuran file jadi gede, plus tambah puyeng karena di berbagai slide isinya penuh dengan nuansa narsis. Narsis? Ya narsis lah, masak ya narsis dong 😉 Bagaimanapun juga, bagi anak IT narsis itu memang wajib hukumnya … hehehe Download presentasi lengkap: romi-entrepreneurshipinternet-ccit-ui-10juli2008.zip Sekarang giliran anda semua, adik-adikku mahasiswa di manapun berada. Bukan giliran untuk narsis tentunya, tapi giliran untuk mempraktekan materi yang sudah kita bahas di Seminar Technopreneurship di CCIT FTUI 🙂 Seperti yang saya sampaikan di akhir pertemuan 10 Juli 2008 kemarin, datang seminar adalah sebuah investasi, jangan sampai pulang dengan tangan hampa....
Branding University
Menarik membaca buku terbitan Tempo berjudul Panduan Memilih Perguruan Tinggi 2008 [1], khususnya masalah jurusan dan universitas terbaik menurut pandangan masyarakat. Ceritanya Pusat Data dan Analisis Tempo (PDAT) membuat penelitian berbentuk survey yang mencoba melihat seberapa jauh branding sebuah universitas terbentuk di kepala masyarakat. Survey ini menjadi menarik karena hasilnya ditampilkan dalam bentuk grafik perangkingan universitas. Jujur saja, hasil perangkingan universitas memang tidak menggunakan pendekatan akademik seperti yang ditempuh oleh ARWU, THES maupun Webometrics. Tapi terpentalnya universitas-universitas besar seperti UI dan ITB menjadi menarik dikaji lebih dalam. Universitas adalah sebuah institusi, institusi yang mencari mahasiswa sebenarnya mirip dengan perusahaan yang mencari pelanggan. Universitas juga pasti memerlukan marketing dan brand (image building). Yang akhirnya institusi menjadi matang dan kuat setelah institution building-nya juga dikerjakan dengan baik. Apakah universitas di Indonesia menuju ke Branding University? Ikuti terus tulisan ini 🙂 Ada dua hal yang menarik dari survey yang dilakukan PDAT. Yang pertama adalah tentang tingkat awareness terhadap universitas pada suatu jurusan, sedangkan yang kedua adalah persepsi masyarakat dan dunia kerja tentang universitas terbaik pada suatu jurusan. Karena core competence saya hanya di bidang computing, tentu yang saya bahas dan ambil dari hasil survey Tempo adalah untuk bidang computing atau teknologi informasi saja. Untuk bidang yang lain, silakan baca baca sendiri yah 🙂 Pada survey tingkat awareness terhadap universitas digunakan model survey branding seperti umumnya, dimana tingkat awareness diukur dari tiga level: Top of Mind (ToM): Nama universitas yang disebut pertama kali, yang paling menancap di benak responden Spontan (Unaided Awareness): Nama universitas yang dapat diingat spontan dan tanpa bantuan Dibantu (Aided Awareness): Nama universitas yang berhasil disebut karena dibantu atau dipandu Kita bisa hasilnya dari gambar di bawah. ITB secara ToM tercatat paling tinggi (28%), meskipun ketika dihitung total terpental ke urutan ke-4. Tiga universitas yang menguasai brand untuk jurusan...
Software Engineer Sebagai Sebuah Profesi
Saya mendapat satu slot waktu untuk berbicara tentang profesi Software Engineer pada acara PHP Developers Day 2008 di PDII LIPI tanggal 19 Juni 2008 kemarin. Sebenarnya bingung juga mau ngomong apa :). Karena yang ke arah technical sudah cukup diwakili om Luri, om Rama, om Irving, om Riyogarta dan om Risman, akhirnya saya putuskan untuk menarik proyeksi ke titik lebih tinggi, “nggedabrus” masalah yang lebih strategis, relatif abstrak dan mungkin buram alias nggak jelas … hehehe. Acara PHP Developers Day 2008 yang dibikin LIPI, IlmuKomputer.Com, dan Zend ini memang unik. Moderatornya nggak jelas karena dipegang om Hendro yang kadang ijin untuk ngurus kambingnya di luar :), jadinya waktu bisa cepet or molor sesuai dengan mood pembicaranya … hehehe. Tapi yang pasti makanannya uenak, maknyus, jempol dua 🙂 Diskusi saya awali dengan data yang menarik, 10 orang terkaya di Indonesia dan 10 orang terkaya di Amerika. Di Indonesia, ada nama nama Aburizal Bakri, Sukanto Tanoto, dsb. Sedangkan di Amerika, Bill Gates tak tergoyahkan, diikuti Paul Allen, Larry Ellison (Oracle), dsb. Ada sesuatu fenoma unik apabila kita lakukan komparasi pada kedua data ini. Olala, orang terkaya di Indonesia sebagian besar karena bisnis yang berhubungan dengan sumber daya alam (minyak, batubara, emas, dsb), sebagian lagi adalah broker, dan boleh dikatakan sebagian besar kaya karena keturunan. Di lain sisi, sebagian besar orang Amerika yang masuk daftar sebagai orang terkaya, hampir tidak ada yang berbisnis sumber daya alam, semuanya bermain di knowledge capital alias berbasis pengetahuan. Bahkan data menunjukkan bahwa mereka memang orang besar yang memulai bisnis dari kecil, pekerja keras, berkubang lumpur, dan di waktu mudanya mereka sangat memahami masalah teknis berhubungan dengan bisnisnya. Bagaimanapun juga, sumber daya alam akan habis dalam waktu dekat, otomatis bisnis dengan cara seperti ini tidak akan bertahan lama. Indonesia dan SDMnya mau tak mau harus memikirkan untuk...
Konsentrasi Game Technology
Sebulan lebih saya bertapa dari dunia blog 🙂 Ada hobi pekerjaan lama yang bikin saya ketagihan lagi, develop Game! Terakhir ngoprek Game sewaktu part time di Activision di Tokyo 7 tahun lalu. Natsukashii desu ne … kata orang Jepang, cari di kamus yo artinya 😉 Saya sempat sekitar 3 tahun jadi han-sarariman (half-salaryman) di Activision, kerja bareng plus ngajar bule bule amrik yang gendeng hehehe. Intinya gini, awal tahun 2008 ini, saya diminta teman-teman dari Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) untuk menyusun kurikulum Konsentrasi Game Technology Program M.Kom. Konsentrasi Game Technology di Udinus adalah kelanjutan dari usaha sinergis membangun Jurusan Game Technology yang didahului oleh poros barat melalui ITB dan poros timur oleh ITS. Karena satu konsentrasi hanya mendapatkan jatah 5 mata kuliah tambahan, saya coba pilah, pilih dan peras, sampai akhirnya muncul 5 mata kuliah: Graphics Design and 3D Modeling, Game Design and Development, Game Programming I, Game Programming II, Scenario and Immersive Environment. Saya perlu bantuan teman-teman Desain Komunikasi Visual (DKV) untuk ikutan ngajar dan mengasah sense seni alias otak kanan mahasiswa M.Kom untuk mata kuliah Graphics Design and 3D Modeling dan mata kuliah Scenario and Immersive Environment. Meskipun tentu saja pendekatan computing khususnya teoritika Computer Graphics tetap harus diberikan pada kedua mata kuliah tersebut. Sedangkan mata kuliah Game Design and Development dan juga Game Programming, saya minta untuk bisa ngajar sendiri, karena ketiga mata kuliah itu saya gunakan sekaligus untuk bimbingan tugas akhir bagi mahasiswa yang mengikuti konsentrasi Game Technology. Saya menggunakan model laboratorium penelitian ala Universitas di Jepang supaya saya bisa memonitor progres belajar, penelitian dan pengembangan yang dilakukan teman teman mahasiswa secara teratur. Jujur saja, saya merasa exciting dan tertantang dengan kesempatan yang diberikan teman-teman dari Udinus ini. Saya ingin membuat lompatan, baik secara kualitas research maupun produk yang dihasilkan oleh 16 mahasiswa yang...