Kreatifitas Kampus, Kesalehan Sosial dan Open Content: Oleh-Oleh Penjurian INAICTA 2008
Saya kebetulan diminta ikut menjadi juri pada event Indonesia ICT Awards (INAICTA) 2008, khususnya untuk kategori Telkom Smart Campus (TESCA). Dari sekitar 80 universitas yang mengambil formulir pendaftaran untuk kategori TESCA, akhirnya juri memilih 15 universitas yang mendapatkan kesempatan mengikuti penjurian tahap akhir. Pada penjurian tahap akhir ini, juri berkunjung ke 15 universitas tersebut (site visit) dan menilai secara lebih detail implementasi yang ada di lapangan. Nah penjurian site visit inilah yang bikin schedule saya merah alias padat merayap 😉 pada bulan Juli 2008. Saya coba share pengalaman keliling kampus ini termasuk juga temuan menarik, kreatifitas kampus, dan tentu saja kritik dan diskusi yang saya sampaikan ke teman-teman di setiap kampus.
Penjurian tahap final ini dilakukan oleh Tim Juri yang terdiri dari 3 orang, saya sendiri Romi Satria Wahono (IlmuKomputer.Com/LIPI), mas Donny BU (Detikinet/ICT Watch) dan pak Dadan Gumbira (PT Telkom), plus didampingi Komite Juri yang mengikuti kami bergantian, kadang mas Avinanta Tarigan, pak Richard atau pak Zein (IMOCA). Tentu sebenarnya yang membuat Tim Juri dan Komite Juri bisa fokus dan enjoy dalam melakukan penjurian, meskipun harus gempor kaki karena harus melintasi jalan udara dan darat dalam waktu singkat ;), adalah PJ acara dari Depkominfo yaitu mas Fauzi Putra. Pengalaman gan Fauzi yang sangat luas dalam dunia mafia underground services khususnya dunia maya, sangat membantu kita dalam pemesanan tiket pesawat mendadak, sewa mobil mendadak, masuk hotel dan makan mendadak, meskipun alhamdulillah ilmu hitam beliau berhubungan dengan “mendadak” yang lain tidak sempat ditularkan ke kami 🙂 Paling sempat sedikit meleleh ke mas Donny BU, itu juga langsung ditepisnya, karena ternyata pengetahuan sohib saya satu ini lebih sohih dan ilmiah. Beliau pernah mengangkatnya dalam bentuk tesis dan kajian akademis. Yang pasti pertempuran keduanya akhirnya happy ending khususnya ketika masuk ke episode the king of pattaya 😉
Saya mewakili Tim Juri juga mengucapkan terima kasih kepada ust Zein yang selalu menjaga kita semua lewat berbagai nasehat yang diquote langsung dari Quran dan Hadits, pak Richard yang mengajari kita bagaimana JAIM itu, dan tentu saja kepada om Avi yang mengajari kita apa itu JAYUS, dan juga telah menjadi partner diskusi terbaik bagi mas Fauzi khususnya di masalah dunia gelap diatas tadi 😉
Kembali ke masalah serius penjurian ;), secara keseluruhan boleh kita katakan bahwa universitas di pulau jawa masih mendominasi untuk Indonesia ICT Awards khususnya kategori pemanfaatan ICT untuk pendidikan bernama Smart Campus ini. Dari 15 universitas yang terpilih oleh dewan juri ke tahap penjurian final, hanya 2 universitas yang menjadi wakil dari luar Jawa (Poltek Batam dan USU). Kriteria penjurian kategori Telkom Smart Campus ini ada lima, yaitu Connectivity, Functionalities & Features, Richness Content, Quality of Application, Value of Stakeholder, meskipun dengan bahasa manusianya bisa saya simpulkan menjadi tiga faktor utama penilaian, yaitu Konektifitas Internet, Konten (Sharing) dan Aplikasi.
KONEKTIFITAS INTERNET
Kita coba bahas dulu untuk Konektifitas Internet, boleh dikatakan 15 universitas tersebut cukup matang di sektor ini. Hampir semua menggunakan dedicated line dengan rasio bandwidth:pengguna melebihi 0.5 Kbps/pengguna. Yang cukup mencolok mungkin Universitas Indonesia (UI) yang menggunakan total 180Mbps untuk koneksi Internetnya. Dan masalah ini ditegaskan Prof Gumilar (Rektor UI) lewat ungkapan bahwa backbone besar akan menjadi langkah awal berdiri tegak dan kuatnya suatu universitas. Bandwidth besar ini biasanya digunakan oleh universitas untuk menempatkan server di dalam kampus dan juga dibagi ke mahasiswa secara gratis lewat Wireless Access Point di berbagai tempat. Mungkin dari 15 universitas, hanya Binus yang tidak membagi gratis ke mahasiswa, tapi berbayar meskipun dengan harga murah. Kearifan ISP besar seperti Telkom dan Indosat dalam menetapkan harga murah untuk universitas selalu ditunggu oleh sivitas akademika universitas 🙂 Sedangkan yang tidak menggunakan dedicated line adalah BSI, karena server diletakkan di data center, dan dikampus cukup terhubung dengan koneksi ADSL.
KONTEN DAN SHARING
Yang kedua masalah Konten. Kebijakan penataan dan sharing konten sangat beragam di Universitas. Madzab open publication alias open content untuk publikasi ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi tercatat malah banyak dilakukan oleh universitas swasta. Poltek Batam, Unikom Bandung, Amikom Yogyakarta, dan Gunadarma adalah universitas swasta yang membuka publikasinya secara gratis. Sedangkan untuk universitas negeri tercatat UI, IPB dan USU yang sangat getol meng-open-kan publikasi fulltext-nya. UPI, Binus dan UGM memiliki kebijakan untuk tidak membuka publikasinya secara penuh. Saya jujur saja berharap bahwa semakin banyak universitas yang membuka diri, yaitu dengan membuka seluruh publikasi yang hak cipta-nya dimiliki oleh Universitas, termasuk didalamnya tentu saja jurnal ilmiah, prosiding, skripsi, tesis dan disertasi. Sayang sekali kalau berbagai pengetahuan dan hasil penelitian membusuk di perpustakaan dan hard disk server, karena tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Isu plagiarism tidak tepat digunakan sebagai alasan, karena menurut saya justru dengan keterbukaan akan mencegah plagiarism. Dengan keterbukaan, kita sebenarnya semakin banyak menempatkan “polisi” yang menjaga terjadinya pelanggaran hak cipta, ya karena polisinya adalah masyarakat. Faktor keterbukaan publikasi ini juga sangat penting ketika universitas kita berminat masuk ke jajaran rangking universitas dunia berdasarkan Webometrics. Rich Files dan Scholar adalah parameter yang dinilai di Webometrics.
Semangat dan militansi dalam membangun konten dan aplikasi secara mandiri juga justru banyak saya temukan di universitas swasta. Unikom Bandung dengan dukungan dosen-dosen mudanya cukup trengginas dalam bekerja, bahkan punya kesalehan sosial karena mendirikan kuliah online yang bisa dimanfaatkan siapapun dan dimanapun berada. Dengan kuliah online, masyarakat bisa mengikuti perkuliahan maya dengan berbagai modul pembelajaran yang terbuka bebas. Siapapun bisa menjadi dosen dan siapapun bisa menjadi mahasiswa pada kuliah online ini. Amikom Jogjakarta memiliki kemiripan dengan Unikom Bandung, meskipun punya kelebihan pada ruh entrepreneurship, ini mungkin pengaruh dari Ketua-nya, pak suyanto yang memang biangnya entrepreneurship di Indonesia 🙂
Universitas secara umum juga belum banyak yang memberikan fasilitas dan meng-encourage mahasiswa dan dosen untuk menulis. Binus yang boleh dikatakan cukup matang di masalah Aplikasi dan Konektifitas, juga sangat lemah di sisi ini. UI, IPB dan Unikom memberikan kesempatan dosen dan mahasiswa menggunakan fasilitas server kampus untuk menulis atau ngeblog, meskipun memang belum banyak yang memanfaatkan. Seperti saya sampaikan pada saat penjurian, mungkin bisa dilakukan terapi dengan memberi penghargaan sebagai dosen atau mahasiswa terbaik bulan ini, untuk individu yang aktif menulis dan ngeblog pada bulan tersebut.
APLIKASI
Yang ketiga masalah Aplikasi. Integrity dan interoperabililty adalah masalah umum berbagai aplikasi yang dibangun di universitas (eAcademic, eLearning, eCareer, dsb). Harus kita akui bahwa Binus tidak tertandingi untuk masalah kematangan Aplikasi untuk universitas. Semua lini dan unit kerja secara sistematis memiliki layanan berbasis IT dengan baik. Layanan ini dimulai dari rekrutmen mahasiswa, pembangunan sistem elearning dan konten ajar (text atau multimedia), otomasi perpustakaan, sampai ke urusan karir setelah lulus. BSI tercatat cukup baik khususnya masalah aplikasi eAcademic untuk mengelola seluruh mahasiswa yang berjumlah sekitar 40.000 orang yang tersebar di 41 kampus. Call center di BSI Salemba juga sangat sigap menyelesaikan masalah mahasiswa. Mungkin ke depannya, bisa dilanjutkan dengan membangun aplikasi eLearning dan eCareer, serta shift-paradigm untuk masalah penelitian mahasiswa dan dosen yang selama ini tidak tergarap dengan serius.
Kalau mau jujur, mungkin hanya UI, Gunadarma, Unikom dan UGM yang mulai bisa mengimbangi Binus untuk masalah Aplikasi. Hanya kedua universitas ini perlu melakukan perbaikan di sisi integrity dan juga user interface (unity) yang tidak rapi dan kurang seragam di berbagai aplikasi. Apresiasi khusus ingin saya berikan ke Unikom Bandung, Amikom Yogyakarta dan Poltek Batam yang dengan anggaran seadanya tetap berusaha berdjoeang membangun aplikasi secara mandiri. Gunadarma sendiri cukup unggul di sisi keberanian dalam berinvestasi ke peningkatan SDM sivitas akademika kampus, khususnya dosen. Binus mungkin harus belajar banyak ke Gunadarma berhubungan dengan HR development ini 🙂 SDM adalah aset penting dan terpenting dari institution building sebuah universitas. Infrastruktur dan aplikasi akan cepat menjadi tua dan semakin usang, tidak demikian dengan SDM-SDM berpendidikan tinggi yang loyal.
Saya cukup prihatin dan kadang agak keras berbicara ke teman-teman universitas negeri (baca: universitas besar) yang dalam bergerak dan membangun aplikasi dan konten masih berorientasi ke adanya hibah, bantuan, proyek dan bahkan SK formal 🙂 Mungkin kapan-kapan universitas negeri dan besar perlu study banding ke universitas swasta dan kecil yang dengan anggaran terbatas tetap bisa membangun kreatifitas kampus dan bahkan kadang punya kesalehan sosial seperti kuliah online ala Unikom 🙂 Anggaran dari rakyat yang besar, mudah-mudahan tidak dihambur-hamburkan untuk berbagai kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah ke stakeholder kampus (mahasiswa, orang tua, masyarakat).
Nominator untuk penghargaan Best Access and Connectivity dan Best Content and Application dari kategori Smart Campus, sudah bisa dilihat dari situs INAICTA 2008. Hasil akhir, yaitu penentuan Best of the Best dan Special Mentions akan diumumkan pada acara puncak INAICTA 2008 pada tanggal 8 Agustus 2008 di JHCC. Selamat kepada masuk sebagai nominator dan silakan deg-degan menunggu pengumuman akhir siapa yang menjadi terbaik di kategori Telkom Smart Campus 🙂
Mungkin itu saja oleh-oleh yang saya bisa sampaikan dari keliling 15 kampus. Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada rekan-rekan pengelola IT di 15 kampus tersebut, yang telah bekerjasama dengan kami dari INAICTA 2008. Mohon maaf apabila ada kesalahan kami dalam memberikan komentar dan berdiskusi selama di sana. Saya sendiri melakukan itu semua karena rasa sayang saya kepada sahabat-sahabat saya sivitas akademika universitas yang meskipun belum pernah ketemu darat, tapi sebenarnya adalah teman chatting dan diskusi di dunia maya. Saya ingin kampus di Indonesia bergerak ke arah yang lebih baik, tidak hanya memburu kuantitas tapi juga berusaha untuk meningkakan kualitas akademis. Sehingga akhirnya bisa membuat bangga anak bangsa dan diakui secara internasional sebagai universitas yang berkualitas.
Tetap dalam perdjoeangan!
Artikel ini juga diterbitkan oleh Detikinet.Com dengan sedikit editing. Klik di: http://www.detikinet.com/read/2008/07/31/162059/980792/399/kreativitas-kampus-ti-dan-kesalehan-sosial-open-content
Syukur Alhamdulilah Kampus UNGU ku (AMIKOM) masuk 15 besar finalish pejurian 🙂 walaupun gk masuk nominasi 🙁 ,Klo boleh tau apa yang menyebabkan AMIKOM tdk masuk nominasi ya pak? bukan karena masih Stimik tho pak, padahal pemakain bandwit internetnya lebih dari 5 Mbps… Mudah2an dengan acara ini bisa lebih berkualitas dan berkembang. Seperti visinya “menjadi kampus IT terbaik di Asia” amin…
Lapor pak,Ralat di paragraf ke 6 bagian “KONTEN DAN SHARING” kampus AMIKOM bandung. Yang benar AMIKOM yogyakarta 🙂 (walah pendahulu nih :D)
Selamat pak atas terpilihnya menjadi Juri, semoga keputusan yang dibuat sesuai dengan kenyataan yang ada.
Tidak seperti kasus Jaksa2 di sana…. 🙂 hehehehe
salut dech tuk pa dosen 🙂
nice to meet you 🙂
Betapa indahnya kalo semua PTN mau membuka diri, share semua ilmu ke public. Bukankah itu menjadi lebih bermanfaat, dan Insya Allah jadi amal jariah bagi mereka yang berkiprah di situ, ya nggak mas?
Beramal ilmu di masa yang serba sulit ini akan sangat terasa bagi mahasiswa dan pemburu ilmu lainnya.
Wah, hebat Boz .. aku yakin Romi orang yang sangat kredibel yang netral dalam penjurian ini karena gak ada afiliasi khusus ke kampus tertentu …
Laporan penjuruannya juga sangat membuka mata, oh begitu ya kondisinya di kampus-kampus kita. Saya sendiri berafiliasi dengan sebuah kampus besar (UI) dan memang merasa masih banyak yang perlu disempurnakan oleh UI untuk ICT-nya …
Selamat Boz !
#Yogie: Ada 5 kriteria penjurian dengan 3 juri. Nilai total adalah akumulasi dari semua nilai tersebut. Saya tetap menganggap AMIKOM Yogyakarta punya best practices di berbagai tempat. Hanya memang hasil akhir tidak hanya tergantung dari penilaian saya 🙂 Ralat sudah aku benerin mas.
#Sariful: Beban berat mas, harus adil dan tidak pandang bulu … itu yang kadang sulit 🙂
#Maseko: Setuju …
#Riri: Hehehe insya allah om. Mudah-mudahan tetap bisa netral …
klu Pak Romi bisa menceritakan pengalaman ke 15 kampus, sebaliknya saya mau menceritakan kuliah perjalanan bersama RSW ke seluruh kampus di jawa dan sumatra antara lain
1. nasionalis (dari ringtonenya he he)
2. penganut madzab perdjoeangan tanpa henti
3. good debater
4. full of ilmu hitam (cenayang yg jadi-jadian)
5. dan yg paling OK tuh gan ROMI itu adalah guru yang “baik”. kenapa pake (“) karna memang HARUS dipakein he he
well sukses utk semuanya pak
PS klu masukin nama sekalian sama fotonya dong ha ha ha
Semoga Universitas2 di Indonesia makin giat berbagi ilmu kepada masyarakat via Open Content..
#Fauzi: hmmm … awas kalau ada pembunuhan karakter aku edit komentarnya … hahaha. Thanks mas Fauzi Putra, the King of Pattaya 😉
#Harits: Setuju 😉
Sangat membanggakan, dan saya ucapkan selamat kepada institusi yang mendapat penghargaan. Hanya saja saya mau bertanya dimana saya bisa mendapatkan aplikasi-aplikasi itu? apakah bisa kami dari institusi non peserta mendapatkan software tersebut secara gratis? kalaupun harus beli bagaimana caranya ?. Saya berminat misalnya SEHATi, DATAKU dan Infokes.
Terima kasih atas petunjuknya.
#Syaiful: Sepertinya harus ke panitia INAICTA 2008 langsung mas 🙂
*melirik ke My Schedule Mas Romi bulan Juli*
Wah benar-benar merah kalendernya, seperti habis kerokan^^.
Sepertinya seru kalau Universitas di Indonesia menganut sistem Open Content. Jadi biar gak bisa kuliah karena ga ada biaya, masih bisa belajar sedikit-sedikit.
Hati-hati Pa Romi, bisa-bisa IKC dapet saingan..
he..he….
wuihh.. pokok-e apapun yg ditulis mas Romi_SW pasti selalu menarik untuk ditunggu… dibaca dan diresapi tentubya… 😉
Makasih Pak Romi …. Dengan artikel ini saya bisa lihat2 karya ilmiah di amikom dll…
wah….kampusku gak ada, hehehe. Tapi mudah2an ini bisa jadi motivasi supaya berani lebih terbuka dan bersaing dengan dunia luar, asal jangan yang aneh2 yang dibuka, bukan begitu mas Romi? hehehe.
#asfarian: Wah bukan saingan itu, karena itu memang cita citaku 🙂
#Heri: Ok thanks om 🙂
#Trisno: Sip, mantab 🙂
#Moses: Setuju ….
yeee…amikom kok masuk VISITASI sih pak…suruh tim juri menilai websitenya tuh…banyak bolong2nya kok bs jadi finalis…
check this :
http://amikom.ac.id/main/?la=%3E%22%3E%3CScRiPt%20%3Ealert(123456789)%3B%3C/ScRiPt%3E
ket :
vulnerable ini udah lama, dari saya masuk amikom, sampai saya sekarang belum lulus, bug ini sudah ada…
hanya mau ngejar popularitas saja tuh adminya…
#mahasiswa amikom: Coba diinfokan ke adminnya mas 🙂
Wah saya yang di Jawa Timur, di pinggir pantai dan ndak ada hubungan sama AMIKOM, menyampaikan:
1. Selamat, masuk 15 besar!
2. Selamat dan salut atas experimen teknologi e-learning dengan RF Gateway Radio Komunikasi (eDUQSO) seperti yang dijabarkan di www. swledu.info
Lebih dari pantas kalau masuk ke 15 besar terlepas dari security hole.
ket:
Kalo saya tahu ada vulnerable, pasti tak hubungi adminnya. Namanya semangat cah nggunung.. nek ngeliat sodara ada perlu pertolongan mengapa tidak langsung dibantu.. Gitu loh mas Mahasiswa.. Mohon maaf jika saya yang cuma anak gunung dan gaptek soal security hole ini ikut nimbrung..
Sembah Nuwun Mas Romi
selamat buat 15 pt yg masuk nominasi ICT Award. cuma saya mau tanya sama juri, universitas lampung (http://unila.ac.id) masuk penilaian nggak? kayaknya ICT -nya USU belajar dari unila.
cuma nanya kok mas.
#Agung: Setuju 🙂
#Udo: Pertanyaan saya balik, unila ngembalikan formulir dan kuesioner isian nggak?:)
Sepertinya rasio bandwidth pengguna menjadi faktor yang sangat menentukan dalam penilaian ya pak?
Dari sisi aplikasi kami yakin bisa bersaing dengan yang lain :). Namun dalam hal rasio bandwith pengguna memang perlu ditingkatkan mengingat banyaknya jumlah sivitas yang terlibat.
Salam,
http://www.atmajaya.ac.id
as.om romi
met kenal. om kalau nyari data tentang pertumbuhan industri software di indonesia serta perkembangan perusahaan pengembang software lokal dan potensi pasar software lokak ke depan… dimana ya om. aku cari datanya…adanya blog melulu. katanya sih nyuplik dari IDC juga. kalau situs resminya ada gak yang bisa dipercaya hasil risetnya…selain IDC ya Om. lembaga riset lokal bidang software….
menurut om….masa depan industri softaware lokal kita cerah….atau malah merosot? thnks b4.
wah kang “mahasiswa amikom” a.k.a prasetyo ada2 aja. masa rahasia dapur kita dibawa bawa kesini. malu2in. :p
semoga kompetisi ini semakin membuat marak “dunia persilatan” di indonesia.
Wah.Selamat pak Romi atas usaha keras dan objektivitasnya. Semoga masuknya mas Romi sebagai dewan juri turut memotivasi banyak pihak khususnya penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia, termasuk UDINUS Semarang untuk lebih memberdayakan IT sehingga di era global ini dapat berpacu, bersaing dengan PTN, PTS, dan PTNL (Perguruan Tinggi Negara Lain) untuk meraih yang terbaik demi kemaslahatan umta dunia akhirat.
Ups..ada apa cih ? sepertinya dialog antara Pak Romi n Fauzi..asyik banget nih..
Pak.. keamrin fauzi masuk pake masker.. jangan2 penyakit dari jalan2 yah.. ckckck..
Tulisan di atas jadi bahan referensi yang bagus..
nb:Pak saya dah baca buku penelitian survei, ubek2 gramedia, n prosedur penelitan.. Maaf lambat prosesnya.. coz biasa kerjaan hehehe..
wah UI gede juga ya bw nya, tapi kok kalo vidconf masi ngarah ke ITB TEIN2 via Inherent yah 😛
Hari ini coba pengen lihat kuliah online nya unikom di : http://kuliahonline.unikom.ac.id, kok nggak bisa diakses ya? ada pesan :
MYSQL CONNECT ERROR!!!
Tahun ini ITS gak ikut yakz? padahal tahun lalu ada yang menang sampe peringkat kedua di Asia Pasifik 😀
Oce dech Unikom….Maju terus UNIKOM…
Denny…
HeeHeehee..ya geto tuch Unikom..kadang2 bikin nelen ludah,,
wah, saya bangga bgt kalo udah main k situs nya pak romi. seakan termotivasi lagi…
hmm, berarti kampus saya masuk 5 besar donk(binus).hehehe…
oh iy pak, kira2 dr sisi menulis2nya itu ap?ngeblog/buat buku/apa..
quote :
Wireless Access Point di berbagai tempat. Mungkin dari 15 universitas, hanya Binus yang tidak membagi gratis ke mahasiswa, tapi berbayar meskipun dengan harga murah.
perasaan dulu deh waktu awal kuliah2 pake WiFi mesti bayar
sekarang gratis tinggal mahasiswa register username dan pass di website Binus seterusnya bisa pakai sepuasnya gratis
mungkin ada yg bisa klarifikasi
-alumni binus
assalamu’alaikum pak romi, terima kasih atas penilaian bapak waktu kehadiran ketempat kami, ini saya pak yg namanya Indra yg gak pernah di balas komentar nya 😀
Untuk kedepan, akan kami coba terus masukan-masukan pak romi dkk. Oh ya, untuk hotspot, hampir semua cabang kampus bsi sudah ada pak. kemudian, walaupun gak menang kira2 bsi jadinya masuk urutan berapa nih pak ? 😀 .. masuk 10 besar gak sih ..
thx’s pak romi kalo mau membalas nya 🙂
kadang hati kita mrasa rugi untuk saling berbagi……
tapi sbnernya berbagi g’ akan bikin kita rugi kok…..
moga2 dengan slng berbagi bangsa indonesia makin maju aja
Asik…, amikom muncul juga disini… 😀
ITB??
kok kayaknya anak ITB gak pada semangat ya ikutan lomba2 kaya gini. kaya PKM juga pasti dikit banget yang ikutan. Padahal kalo mau mungkin bisa juara. Sekarang anak ITB pada individualis sih, ga terlalu mikirin kampusnya mau baik apa kagak di mata luar. percuma donk nilai SNMPTN tinggi, kalo gak bisa berkarya di kampus.
tahun depan INAICTA ada lagi gak ya?
semangat perjoangan semoga
ada di setiap kampus dan lembaga pendidikan di negara kita tercinta ini
Maaf…saya tukang cendol kesasar di sini. Tukang cendol boleh nggak gabung di sini ???
AMIKOM yk… Maju Teruss!!!
Maju terus UNIKOM…
kayanya kuliah online di unikom ga berfungsi 😀 belum pernah liat orang yang pake 🙂
Iya pak romi kami salut dengan pengertian anda, saya sendiri menggunakan Indosat untuk akses internet gak gratis karena daripihak Indosat sendiri untuk membiayai kehidupan sehari-hari.Sya bersukur meskipun hanya harga murah.
salam kenal,blog bapak meninspirasi saya sebagai generasi muda.banyak konten yang sangat menarik, yang bisa dijadikan refrensi untuk penggiat blog. baik sudah senior maupun yang masih pemula(saya).
saya,minta saran dan kritiknya.