Langkah Para Ilmuwan Mempopulerkan Ilmu Pengetahuan
Saya tertarik membaca tulisan ringan di Koran Tempo 27 Januari 2008 lalu yang ditulis Dian R Basuki dengan judul “Buku Sains Yang Populer, Kok Langka?” Tanpa bermaksud menambah polemik tentang pencarian ilmuwan yang membumi 😉 Saya justru ingin belajar dan melihat kembali bagaimana sih langkah para ilmuwan dalam mempopulerkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Oh ya, jangan lupa saya sempat singgung masalah mempopulerkan ilmu pengetahuan di artikel tentang komik pendidikan, yang kita lihat akhir-akhir ini mulai bermunculan di Indonesia. Trend ini saya pikir sangat positif dan membantu anak muda kita dalam membentuk budaya dan minat dalam membaca. Mudah-mudahan bisa “menggoda” para ilmuwan, peneliti dan dosen di Indonesia untuk mencoba “menjlentrehkan” ilmu pengetahuan dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Paling tidak ada tiga cara para ilmuwan mempopulerkan ilmu pengetahuan mereka. Apa saja itu? Yuk kita bahas yuk …
Langkah para ilmuwan mempopulerkan ilmu pengetahuan yang pertama adalah dengan “komikisasi” atau apalah namanya ;). Intinya memaparkan ilmu pengetahuan dalam bentuk cerita komik. Dan ini sudah merupakan hal jamak di Jepang, bahkan ini berlanjut ke tahap meng-komik-kan bahan ajar, dari pelajaran-pelajaran dasar seperti sejarah, biologi, fisika, matematika sampai filsafat. Sebelum pulang ke Indonesia saya sempat membeli seri komik (man-ga) dan buku bergambar (zukai) dengan tema sulit seperti pemrograman, UML, extreme programming, filsafat, dsb. Nanti saya pinjami kalau ada yang tertarik 😉 Pendekatan visualisasi dengan komik biasanya digunakan untuk menarik minat baca kaum muda dan mempermudah pembaca dalam memahami materi yang akan disampaikan. Dari situ budaya baca masyarakat tumbuh, dan di Jepang kita akan dengan mudah menemukan pembaca-pembaca buku dari berbagai usia di setiap lorong-lorong densha (kereta listrik), bus ataupun kursi tunggu di eki (stasiun densha) dan halte bus.
Dari Korea, ada Kim Seok-Cheon yang membuat seri 3 Menit Belajar Pengetahuan Umum yang juga tidak kalah menarik. Dalam satu judul bisa berisi ratusan pertanyaan mengapa beserta penjelasannya yang berbentuk komik cerita. Misalnya dalam judul 3 Menit Belajar Pengetahuan Umum: Makanan, Kesehatan dan Olahraga, akan diceritakan dalam bentuk komik tentang apa manfaat cuka, mengapa susu baik untuk tubuh, mengapa warna udang berubah setelah direbus, dsb. Kim Seok-Cheon mempermudah pembahasan berbagai ilmu pengetahuan dengan bantuan berbagai karakter komik yang dia sebut Ding-Dong, Paman Penyihir, Pinggu, Nemo, Buxi, dsb.
Lulus SMA tahun 1993, saya teringat rela berpuasa karena uang beasiswa STAID saya gunakan untuk membeli buku karya Stephen Hawking berjudul “Riwayat Sang Kala“, buku terjemahan dari “The Brief History of Time” yang waktu itu heboh dan menjadi best seller di berbagai negara. Ini cara kedua bagaimana para ilmuwan mempopulerkan ilmu pengetahuan mereka, yaitu dengan menulis versi populer dari berbagai teori dan ilmu yang mereka kuasai. Inilah yang dibahas oleh Dian R Basuki di artikel Koran Tempo 27 Januari 2008 lalu. Seorang Stephen Hawking yang memiliki kelemahan di fisikpun tanpa kenal lelah, masih tetap melanjutkan usaha menjlentrehkan berbagai ilmu dan teori secara populer di buku “Black Holes and Baby Universes and Other Essays“.
Bagaimana dengan Einstein? Albert Einstein kabarnya membuat versi populer dari tulisan legendarisnya “Relativity: Special and General Theory“. Einstein juga meninggalkan berbagai tulisan populer yang dikumpulkan dalam buku “Ideas and Opinions“. Peraih hadiah nobel Fisika, Richard Feynman memaparkan berbagai ilmunya secara jenaka lewat buku “Surelly You’re Jouking, Mr. Feynman!“. Kita bisa mendapatkan versi bahasa Indonesianya di toko buku dengan judul “Cerdas Jenaka Cara Nobelis Fisika“. Tulisannya encer, lucu dan seru. Carl Sagan, ilmuwan astronomi tak mau kalah, dia menulis novel berjudul Cosmos yang kemudian dibuatkan film layar lebarnya dengan pemeran utama Jodie Foster. Selain itu masih banyak ilmuwan lain yang dibahas oleh Dian R Basuki, ada Geert Arend van Klinken yang memaparkan perkembangan fisika sejak jaman Sumeria, Yunani kuno, Renaisans sampai teori kuantum di abad 20 lewat bukunya berjudul “Revolusi Fisika: dari Alam Gaib ke Alam Nyata“. Larry Gonick menuliskan berbagai konsep penting di bidang biologi, fisika, genetika, dan kimia dalam bentuk buku komik.
Feynman mungkin memberi kita contoh salah satu teknik lain mempopulerkan ilmu pengetahuan. Feynman adalah dosen favorit karena dia berhasil mengajar mata kuliah sulit dan pelik dengan menyenangkan dan menyegarkan bagi mahasiswanya. Selera humor dan gaya bicara yang menggelitik ternyata membuat otak mahasiswa lebih cepat menangkap apa yang dia ajarkan. Kemampuan verbal adalah juga faktor penting bagi seorang dosen dan peneliti sehingga apa yang disampaikan dapat ditangkap oleh masyarakat dengan mudah. Untuk para dosen, jangan senang karena tidak ada pertanyaan di kelas dan jangan bangga karena ditakuti mahasiswa. Mahasiswa adalah customer kita, banggalah karena kita sudah membuat mahasiswa paham dan tidak sakit kepala karena gaya bicara kita 🙂
Terakhir, mari populerkan berbagai ilmu pengetahuan dan hasil penelitian yang sudah kita lakukan dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat. Saya sepakat bahwa bagi para ilmuwan, peneliti dan dosen, publikasi di jurnal ilmiah adalah penting dan wajib hukumnya. Tapi jangan lupa bahwa sebagian besar masyarakat tidak membaca jurnal ilmiah dan proceeding conference, yang mereka baca adalah majalah dan koran 😉 Diantara masalah masih kurangnya penghargaan bagi para ilmuwan, mari kita tetap berdjoeang mengolah dan meramu berbagai ilmu pengetahuan yang kita miliki supaya bisa dinikmati dan dimanfaatkan oleh seluruh segmen masyarakat.
Ikatlah ilmu dengan menuliskannya!
Kalau Pak Romi kan juga sudah, membumi melalui blog :). Sepertinya perlu diperingan lagi, tapi tetap menyisipkan ilmu-ilmu yang berguna buat kami-kami..
Romi memang membumi, soalnya kalo mo terbang berat 🙂
#Maseko: Yup saya terus belajar untuk menulis dan berbicara yang ringan tapi berisi. Kalau tubuh sudah susah ringan …hehehe
#IMW: Mudah-mudahan dalam waktu dekat ada pembuat komik yang jagoannya berbodi gemuk tapi iso mabur lan nduwe ilmu meringankan tubuh. Puas kamu puas … hehehe
Hmm … Jadi, sekarang para bloger-cum-ilmuwan mestinya belajar nulis dengan gaya mbanyol nan cerdas.
ini yang menarik, bgmn membuat anak2 di negri ini, ketika membaca buku antusia seperti mereka membaca komik, novel, atau cerita yg lain..
coba kita bandingkan : saat kita membaca buku, mungkin dua, tiga kali baca, yg nyanthol cuma judulnya aja; tp saat kita baca berita sepak bola FA cup, baca tidak selese aja kita tahu siapa saja pencetak golnya, MU dapat penalti menit keberapa, dst…
Bravo pendidikan… imposible is nothing..
Jaman kuliah dulu, saya sering nulis buat majalah dinding, ttg mikrokontroler, mikroprosesor, programming tapi dalam gaya bahasa anak gaul. Wah sayang ndak ada arsipnya.
Bukan apa-apa soalnya waktu itu saya anak gaul, jadi bisanya ya seperti itu, ndak bisa ngomong yang rumit-rumit. Juga sampai saat ini.
heheheh saya dah bikin apa yaa ❓ doakan saya yaa ❗ salut buat temen temen yang dah bergerak… 🙂
Saya jadi inget di dunia arab sana beredar komik yang lakonnya ada 99 orang, model the heroes gitu, dengan masing2nya mewakili asmaul husna Tuhan. Bukan tentang science jelas, tapi sama2 menggunakan ‘komikisasi’ (atau apapun namanya ) untuk menyebarkan gagasan yg dirasa belum cukup populer.
alhamdulillah ….. luar biasa topik dan langkah yang harus kita persiapkan untuk hal ini …. sudah semakin kalah best seller buku ilmiah dengan komik dan novel .. cp deh :D. Apa masyarakat kita sudah semakin ‘neg’ dengan ilmiah books .. hmmm trus negara ini mau dibangun dengan gaya komik dan novel … “ya enggak lah ..” apa kata dunia ?? 🙂
smg smakin banyak sinias balita, remaja, muda dan tua 🙂 yang menghasilkan karya ilmiah yang berguna bagi kebenaran kehidupan ini … namun juga “nggak kaku dan wagu ..halah”
kalo ada best seller … kemana kategori best writer .. and best advantages….. Ruar Briasssra ….
salam
mungkin tulisan ini jg termasuk diantaranya.Lumayan enak dibaca en gak mbuled 😀
Klo mas Romy sendiri gmn? udah ngambil metode yg mana bwt mhsw sampiyan? lewat komik atau…?
SAya juga beli riwayat sang kala, tapi gak sampe abis bacanya (lupa).
Menurut saya, lebih menarik jika ilmu pengetahuan diterbitkan dalam buku yang bergambar, seperti komik. Mungkin bisa juga seperti komik2 jepang sana.
Buku bergambar (zukai) dengan tema sulit seperti pemrograman, UML, extreme programming >>> Wah belum pernah ini 😀
Asyiknya dengan gaya kita masing-masing (asal hal yang benar)
Kalo saya pribadi lebih tertarik dalam bahasa yang lebih halus yang kalau bisa tanpa disadari langsung merasuk dalam jiwa (seperti kesurupan saja) 🙂
#STR: hehehe … bukan berarti harus ngelawak terus sih, tapi bisa bercerita dengan segar 😉
#Heri: Ini berhubungan dengan daya serap, menurut beberapa penelitian multimedia memang memiliki kelebihan di ketahanan ingatan lebih lama
#IMW: bukannya IMW memang terkenal sebagai dosen gaul 😉 awas mahasiswi jangan dekat-dekat … hehehe
#Pandi: Semua sedang belajar dan berdjoeang mas 🙂
#Akhmad: Oh great, mantab tuh mas masih nyimpen buku komiknya?
#Toim: Hmmm yang saya lakukan paling berupa tulisan populer dan gaya ngajar 😉 Komikisasi belum, paling baru tahap pemakaian animasi, gambar dan video untuk ngajar 😉
#Andriansah: Riwayat Sang Kala sebenarnya menarik, cuman terjemahannya agak kurang enak dibaca, sehingga terasa cukup memusingkan 😉
konon, semakin tinggi ilmu seseorang semakin ringan dia menjelaskan sesuatu.
Ben tuwek sing penting fungky 🙂 Biar mahasiswi pada mendekat ke diriku, nanti aku kenalin ke anak anak IKC yg masih njomblo.
#daustralala: Yup saya selalu berharap kalimat ini benar 🙂
#IMW: ehm … kenalin dong hehehe
Aslamlykum..
Pak Romi ikutan ya..
Kenalakn nama saya DWI dari lampung..
Saya salut dengan bapak..
Saya sudah banyak ngedownload tulisan artikel-artikel bapak dan melihat perjalanan yang dilakukan..
Subhanallah saya sangat bangga kuliah dari Jepang ke Indonesia ikut mencerdaskan bangsa Indonesia..
Ini merupakan salah satu ilmuan yang mempopulerkan ilmu pengetahuan..
Keep_Perjoengan..!!
Salam dari mahasiswa Lampung..
mas romi, buku pelajaran dan surat kabar tuh kan sama-sama media cetak, tp orang akan lebih mudah memahami isi surat kabar dibanding isi buku pelajaran.
So what gitu lho..
#Al-ikhs: Waalaikum salam wr wb. Ok thanks mas. Mudah-mudahan bermanfaat
#Heri TL: Hmmm sama-sama tulisan hanya gaya penulisannya lain 😉
Selain dalam bentuk komik, untuk menarik minat bisa dibikin dalam bentuk animasi. Sebagai contoh, untuk anak-anak SD sekarang sudah ada animasi interaktif buatan lokal.
Sebuah posting yang inspiratif.
Bicara tentang menyajikan ilmu dengan nuansa yang renyah, Malcolm Gladwell mungkin kini mesti disebut sebagai salah satu pendekarnya. Dua buku dia yang maut itu — bertajuk Blink (tentang decision making) dan Tipping Point (tentang sosiologi pemasaran) — benar-benar mengguncang kalangan ilmuwan di negeri Paman Sam.
Freakonomics — buku karangan ekonom muda jenius, Stephen Levitt, mungkin contoh fenomenal lain tentang bagaimana menyajikan “ilmu kering” secara sangat renyah.
assalamu alaikum wr.wb.
masalahnya di buku pelajaran sudah komplit dan terstruktur…
itulah masalahnya pak…
semakin banyak kata, makin nggak mudheng. tapi begitu diberi foto/ilustrasi/gambar… ealah gitu tho maksudnya…
apa karena daya belajar/memori kita lebih banyak ke visual dengan gambar/ilustrasi dan auditorial. ketimbang teks, yg tidak bisa dibayangkan.
maturnuwun
wassalam
Oohh..begitu yaa..OK OK..semangatt!!! Saya juga mau giat nulis di blog aahh!
@ronym: temen-temen kami di teknologi pendidikan, UNY, sedang berusaha mengembangkan dan meng-encourage pendidik untuk menggunakan media belajar yang baik. Doakan.
* dina, dosen junior yang sedang belajarr 🙂
Urun rembug saja. Bicara terminologi Pengetahuan, perlu dicatat sbb : Pengetahuan=Knowledge. Ilmu Pengetahuan=Science=Sains. Di Indonesia kedua terminologi tsb sering dirancukan. Knowledge Management bertujuan agar individu (tacit knowledge) dan organisasi (explicit knowledge) menjadi knowledgeable. Science bertujuan agar individu atau organisasi menjadi well informed atau scientific. Action dan performance timbul setelah knowledgeable tercapai (perubahan kognitif+psikomotor+afektif). Selama well informed saja hanya ada perubahan kognitif. Jadi scientific tidaklah sama dg knowledgeable. Knowledge Management (KM) pd hakekatnya adalah manajemen atas proses (Process Management)dan soal perubahan kultur enterprise.Teknologi (KM Tools) hanyalah bersifat “memudahkan” implementasi KM. Contoh yg saat ini lagi “in” adalah Web 2.0 sbg wadah KM Tools sehingga al “full blown”lah bidang Social Networking sbg “kata gaul” sehari-hari.
#Santo: Sedikit koreksi, tacit knowledge itu know how yang ada di kepala kita dan mungkin melekat di diri kita, explicit knowledge adalah pengetahuan yang tertulis. Tacit knowledge tidak harus individu, demikian juga dengan explicit knowledge tidak harus organisasi. Mengelola pengetahuan sudah dilakukan orang secara lama sebenarnya, FAQ adalah juga jenis pengelolaan pengetahuan. Knowledge base system juga sudah muncul sejak tahun 70-an, sistem yang tidak hanya berbasis data atau informasi, tapi juga pengetahuan. Salah satu faktor Web 2.0 disebut tool KM adalah karena telah “menampakkan” proses knowledge spiral (SECI) secara lebih nyata, yang sebelumnya mungkin agak susah payah dijelaskan oleh ikujiro nonaka 😉 Dan mungkin yang kelupaan disebut mas Santo dari diskusi ini adalah “knowledge sharing” tanpa ini knowledge management hanya mimpi belaka 🙂
mas kok cuma kayak gitu la sekali kali buwat artikel yang lain contonya ilmu ilmu terbaru atau ilmu ilmu pengetahuan umum yang baru sampai yang lama
makasih ya…………………
Kalo boleh ge er nih, kayaknya saya kalo menyampekan materi pelajaran sudah relatif lumayan mirip-mirip si Feynman yang diceritakan mas romi deh. Ato yang pernah mas Romi tulis, menggunakan kekuatan verbal n body language. Siswa ndeso saya keliatan cukup respek dan tertarik memperhatikan. Cuma ya itu mas, saya khawatir jangan-jangan cuma sampai di situ saja. Follow up-nya tidak/kurang signifikan. Hasil evaluasi (saya mengajar matematika) tidak spektakuler-spektakuler amat. Saya sering berfikir, apa ini masalah kurang gizi (he … he…), lemah pengetahuan prasyarat, (background ekonomi or-tu yang serba kurang) or, ini nih yang paling saya curigai sebagai si kambing hitam, pengaruh (acara-acara) televisi yang kebanyakan tidak edukatif malah cenderung melemahkan semangat anak-anak muda generasi masa depan kita untuk berjuang keras meraih sukses dengan meraih penguasaan akan ilmu pengetahuan. Mungkin mas Romi perlu membuat blog khusus semacam ini yang lebih ringan untuk konsumsi siswa ndeso saya??
Kayaknya Carl Sagan itu bikin novel ‘Contact’ deh,bukan Cosmos (merk mesin penanak nasi?)
Mas Saya ijin copy artikelnya ^_^
dalam hangat,….
pak romi, terima kasih atas lecture nya……
terima kasih atas kesediaanya untuk sharing2 ilmu…sungguh sangat bermanfaat…
moga bangsa indonesia bisa lebih maju dan berwawasan teknologi kedepannya agar dapat bersaing dengan komunitas global dari seluruh penjuru dunia
maju terus ilmu pengetahuan
terima kasih mas romi ilmu dan segalanya, saya banyak belajar dari pa romi…
artikelnya sangat menarik dan sangat membantu saya, makasih pak romi
Saya sudah beberapa kali buat buku2 komputer terutama blogging, tapi yang namanya penulis memang harus tahan lapar dan tahan banting kali ya mas.
Terima kasih buat artikelnya 🙂 sangat menarik dan amat membantu. Keep up the great work.
saya paling suka yg komikisasi.. kesannya tidak menggurui dan membuat sesuai yg berat bisa tampak ringan…
Subhanallah…
Terimakasih banyak ya Pak…
Amazing artikel. Semoga saya bisa praktekan tipsnya dan berhasil
Tulisan Mas Romi selalu menginspirasi untuk berbuat, berjuang dengan gigih mewujudkan berbagai impian.
Thanks
Om Romi gokilll, artikelnya bagus dan menginspirasi kami. Terimakasih