10 Resep Sukses Bangsa Jepang
Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak terkena bom atom sekutu (Amerika), Jepang pelan tapi pasti berhasil bangkit. Mau tidak mau harus diakui saat ini Jepang bersama China dan Korea Selatan sudah menjelma menjadi macan Asia dalam bidang teknologi dan ekonomi. Alhamdulillah saya mendapat kesempatan 10 tahun tinggal di Jepang untuk menempuh studi saya. Dalam artikel sebelumnya saya mencoba memotret Jepang dari satu sisi. Kali ini, saya mencoba merumuskan 10 resep yang membuat bangsa Jepang bisa sukses seperti sekarang. Tentu rumusan ini di beberapa sisi agak subyektif, hanya dari pengalaman hidup, studi, bisnis dan bergaul dengan orang Jepang di sekitar perfecture Saitama, Tokyo, Chiba, Yokohama. Intinya kita mencoba belajar sisi Jepang yang baik yang bisa diambil untuk membangun republik ini. Kalau ditanya apakah semua sisi bangsa Jepang selalu baik, tentu jawabannya tidak. Banyak juga budaya negatif yang tidak harus kita contoh 😉
1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ;)), membuat mahasiswa nggak enak pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau 30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Termasuk saya dulu sempat berpikir kenapa pemanas ruangan menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi, padahal sudah cukup dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu, minyak tanah lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswanya.
4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan. Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.
5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar. Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan “maneshita” (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat rotinya. Inovasi dan ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang berinisiatif untuk meniru teknik pembuatan roti dari sheef di Osaka International Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk Matsushita yang terkenal itu.
6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita 🙂 Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini 🙂
7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Saya biasa membeli buku literatur terjemahan bahasa Jepang karena harganya lebih murah daripada buku asli (bahasa inggris).
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang 😉 Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.
Tetap dalam perdjoeangan !
Jadi inget, keberagaman bangsa kita itu merupakan berkah atau sesuatu yang harus dilebur pak bos ?
Bangsa Indonesia punya:
1. Malas
2. Dengki
3. Suka menyalahkan orang lain
4. Bergantung sama tuhan
5. Pamer
Sampe kiamat pun kagak pernah bisa maju deh.
untung gak kerja di jepang, hihihihi ……………….
kalau pak Romi pakai istilah “Inovasi” di point 5. kalau saya pakai istilah “ATM”, Amati Tiru Modifikasi 😉 hehehhe…
ttg poin ke-7:
kadang kalo _kita_ nerjemahin karya asing, ada sebagian ‘orang berilmu’ yg menertawakan kerja _kita_
@kepret
indonesia juga punya:
1. tanah subur
2. laut luas
3. isi perut bumi yg bikin ngiler orang luar
@alwin
btw, istilah laen utk ATM:
niteni, nirokke, nambahi
[amati, tiru, tambah]
salam,
adi.nugroho
Bangsa Indonesia yang kurang cuman 1 aja kok. Motivasi. Banyak kyai, ustad, guru, bahkan profesor apalagi blogger, yang suka menjelek-jelekkan bangsa sendiri. Akhirnya akumulasi dari semua itu adalah penanaman pada diri bahwa Bangsa Indonesia memang ndak bisa maju.
Pernyataan seperti mas kepret adalah salah satu contoh penyebab utama lemahnya bangsa ini. Mulai sekarang cobalah cari nilai-nilai postif bangsa ini dan blow up serta kampanyekan.
Indonesia adalah pemenang kontes robot di Jepang. Indonesia juga pemenang kontes kapal tiang tinggi. Siswa-siswi Indonesia sudah terbiasa dengan julukan juara di aneka olimpiade Fisika. Indonesia juga punya perusahaan Pesawat Terbang sendiri. Punya satelit sendiri dan blogger Indonesia adalah blogger paling produktif dengan artikel-artikel yang sangat bermutu.
Saya bisa membuat list yang ndak akan cukup satu buku untuk menunjukkan sisi positif bangsa ini. Bila anda berpikir bangsa ini buruk, maka seperti itulah bangsa ini di mata anda.
perlahan lahan China mulai menggerogoti dominasi Jepang di Asia…
Indonesia memerlukan isu seperti ini pak. Agar bisa mengaca, bahwa kemajuan bangsa tidak bisa direngkuh hanya dengan saling menjatuhkan, dan berbagai intrik politik dan kekuasaan.
Saya akan simpan artikel anda.
selain kekurangan motivasi dan mental buruk yang menjadi tradisi, kebanyakan kita juga kurang optimis untuk maju karena pesimis dengan hal2 yang tidak mendukung di lingkungannya (kondisi sosial politik, kebijakan pemerintah, birokrasi dst dst)
jadilah persoalan2 di negeri kita ibarat benang kusut yang entah kapan terurainya…
btw tulisan pak romy sangat memotivasi
semoga makin banyak orang2 indonesia yang bersemangat
# linuxonsparc: Pemberian Allah itu tetap berkah mas 🙂 Tergantung kita mensikapi dan memanfaatkannya seperti apa
# kepret: hehehe, Indonesia cukup banyak potensinya kok mas. Cuman sekali lagi, kita punya faktor “non-teknis” yang menghambat kemajuan republik 🙂
# alwi: ATM mungkin sebutan yang lebih tepat 🙂
# axireaxi: hehehe … sip, jadi banyak kosa kata baru
# belajar wordpress: Saya setuju, ada di paragraf terakhir saya tentang itu 🙂
# imcw: Setuju, china juga menarik diamati mas 🙂
# achedy: Mudah-mudahan mas. Sekali lagi artikel ini bukan untuk menjatuhkan bangsa Indonesia. Justru untuk memberi wacana dan tempat berkaca untuk perbaikan republik ini.
#unisa81: Tambahan yang menarik mbak. Thanks
hmm… Bila Pak harto sebelum “itu” bertaubat mungkin kita sudah maju pesat kali ya…, gaya kepimpinannya itu lho… “Ma Nyoss”… bener gak ya?
wah, kebalik banget sama orang kuwaiti sini…
mereka bener2 bergantung sama minyak.
ketika minyak sudah gag ada, aku ga tau apa yg bisa mereka andalkan…
kalo indonesia,
saya juga punya rasa optimis yg sangat atas kemajuan indonesia.
faktor “non-teknis” saya pikir dari pemerintah kita.
dulu sebelum ke kuwait, saya rasanya “menyerah” dengan negara sendiri.
setelah sampai di kuwait, ternyata kita bisa kok maju.
asalkan, kita bergantung pada diri sendiri aja. jangan pernah bergantung pada orang lain, apalagi pemerintah.
artikel yg menarik. membuat saya pingin ke jepang yang saya pikir banyak wanita-wanita cantik di sana…
hihihi.. 😀
pulang tepat waktu bukan berarti ngga kerja keras kan mas
pulang malam /pagi juga bukan berarti kerjas keras juga kan… 🙂
btw, saya setuju bahwa bangsa kita juga pantang menyerah
Terima kasih pencerahannya mas..
Jadi semangat niy..tadinya ngantuk
kalau indonesia dibanding dgn ngr ttg japan itu menurut hemat saya orangny agk susah diajak tuk maju, coz dasarnya dulu udah pernah dijajah…yach!? kebawa dech smp skr sistem pengajarany yg kurang bijak smp k ank cucu kita…. tpi jgn pesimis dulu kita hidup didunia ini merupakan persaingan jgn slg menyalahkan, mungkin instrospeksi diri lebih penting tu mengejar ketertinggalan qt sst nich dan itu merupakan contoh teladan yg baek tu’ kita semua….bener nga’ kaaaaawaaaaaaan2!? (teriakan slh satu murid didpn kelas mereka…hehe)
artikel yang menarik. terima kasih mas udah mau bagi pengalamannya di Jepang. Saatnya kita bangkit. kalau mereka makan beras, kenapa kita kalah? mungkin sejarah Jepang dan Tiongkok dari negara penjiplak menjadi negara inovator bisa ditiru 🙂
tujuh kali tujuh empat puluh sembilan. setuju ga setuju yang penting percaya diri 😀
REALISTIS, satu lagi penyakit akut yang diderita kebanyakan orang indonesia, termasuk saya 🙂
padahal realistis adalah pedal rem yang sering menghambat impian kata si ikal.
# Brain90: Tidak semua dari pak Harto negatif, saya tetap percaya bahwa ada kebaikan yang bisa kita ambil dalam kepemimpinan pak Harto
# Didats: Setuju mas. Mudah-mudahan kesampaian ke Jepangnya 🙂
# Nanang: Yup bener mas. Saya hanya cerita keadaan di Jepang seperti itu. Kalau mas Nanang bisa kerja keras di waktu jam kerja yang 8 jam/hari itu, ya itu sudah dinamakan kerja keras 🙂
# Mahendra025: Sip mas, mudah-mudahan bermanfaat
# Ardi: Yup setuju mas 🙂
# Budi: Hehehe semasa di SMA Taruna Nusantara dulu, guru kita sering bilang “rambut sama, bodi sama, makan dan minum sama, baju sama, uang saku sama, cuman kenapa hasil (nilai raport)nya bisa beda ya” …:)
# Dhika: Hehehe .. cuman kadang-kadang juga harus realistis mas
saya pernah kerja di PMA jepang, saya liat yang luar biasa dari mereka ada kepercayaan terhadap bangsanya. bagaimana dia hanya mau memakai bank milik jepang, asuransi juga dari perusahaan jepang. dlll
beda banget sama bangsa kita, bangsa kita kurang percaya sama bangsanya sendiri … lebih bangga dengan label asing..
Soal hemat, sama donk sama Ibu auliah, harga beras beda Rp. 2.000 aja dijabanin walaupun jauh dari rumah. Hal lain juga, misalnya kompor gas dan kompor minyak tanah. Kalau disuruh milih, beliau lebih baik menggunakan minyak tanah dari pada kompor gas, ya itu karena murah. Biar lama masaknya tapi uang yang keluar sedikit.
Soal pakaian atau sepatu/tas atau apapun, kalau belum robek, rusak atau kusam, ga usah beli baru lagi.
Kalau soal pinjam uang memang harus dikembalikan walaupun punya orang tua. Orang tua auliah begitu. Boleh pinjam tapi harus dikembalikan.
Thanks, artikel yang bagus
Inspiring, dan mengingatkan kembali bahwa kita juga bisa bangkit dan maju.
Ditunggu bahasannya tentang ‘shippaigaku’.
# Laksono: Pengalaman menarik mas, mudah-mudahan bisa ditularkan ke rekan yang lain. Kadang nggak sadar kita kehilangan nasionalisme 🙂
# Auliahazza: Siplah berarti sudah mantab 🙂
# Jodi: Ok thanks 😉
Di negara kita pelanggar peraturan malah bangga karena dianggap jagoan, bukannya malu 😉 karena dipikiran mereka adalah: “Peraturan ada untuk dilanggar”…
hmmmmmmmmm……..
jangan bangga2in bangsa jepang dong
ngemeng aja nih…..
satu lagi ne, maaf kalo nambah, bangsa indonesia itu banyakan takut
takut maju
takut ngakuin kesalahan
takut dikritik
takut gagal
takut, takut dan takut
sebenarnya indonesia punya segalanya, system ndak mendukung, bangsa jepang pun pernah seperti itu, mereka dikekang jadi ndak maju.
kalo bisa kita harus berani.
atikel nya top banget deh pak romi untuk bangsa yang memiliki segalanya ndak pantas kita jadi seperti ini
# romi_swt: Sebenarnya bukan banggain jepang mas. cuman benchmark untuk belajar. Kita tetap harus bangga berbangsa indonesia 🙂
anak kampoeng juga mau Pak.. menerapkan resep Jepang yang ditulis Pak Romi ini… Terima kasih banyak Pak..
Halo Bung Romi, Salam kenal. Kalau boleh saya ingin menambahkan beberap dari hasil pengalaman dan pengamatan saya 🙂
1. Tentang inovasi, saya coba menambahkan sedikit. Dari pengamatan saya di Todai sejak tahun 2000 sampai skrg, mungkin Bung Romi juga melihat yang sama, ada konsistensi nilai yang membuat org Jepang lebih cepat berkembangnya. Konsistensi nilai yg saya maksud adalah semangat untuk memberi nilai tambah (added-value) pada setiap produk risetnya. Jadi dari awal (level s1), setiap mhs dituntut utk menghasilkan sesuatu yang selangkah lebih maju drpd produk/hasil sebelumnya. Added-value itu dapat berupa metodologi atau hanya dari segi ‘kemasan’. Konsistensi utk memberi nilai tambah inilah yg membuat sustainable-nya sebuah kemajuan.
2. Disiplin. Ini yang entah bagaimana memang sudah tertanam dari kecil tampaknya. Kadang saya pikir mereka ini sedikit fasis. Tapi memang ini mungkin yang dibutuhkan oleh sebuah bangsa untuk mengejar kemajuan.
3. Proud as a nation. Kalau dipikir mgkn jarang sebuah bangsa dpt begitu percaya diri seperti jepang. Sebagai bandingan kalau orang eropa atau US mencari kerja ke indonesia, belum-belum yg bersangkutan sdh dilayani. Dianggap lebih hebat drpd yg lain. Di Jepang yg saya lihat org asing justru harus berusaha beradaptasi dan menunjukan kemampuannya dua kali lebih keras drpd org asli agar mendapat penghargaan. Dari segi bahasa saja, harus lulus dl baru bs bekerja. hehe. Di Indonesia bule2 ga perlu susah2 belajar bhs Indonesia, kita malah yang dituntut belajar bhs mereka..hehe..
Tapi perlu dilihat juga org jepang bisa maju bersama karena mereka terdiri dari satu etnik dgn budaya yg sama. Jadi memang lebih gampang untk menyatukan pikiran.
Demikian Bung Romi, sorry kalau kepanjangan.
Dion
# Anakkampoeng: sip mas, silakan 🙂
# Dionysius Siringoringo: Tambahan yang menarik. Thanks 🙂
Dari Point 3 mengenai hidup hemat, apakah mungkin jepang termasuk kategori pelit :D??????,
NEch yg bikin penasaran, Ngomong-ngomong Cewek jepangnya gimana cantik-cantik…. klo boleh kenalin satu 😀 ***Promosi ON***
Kalau di kalangan ibu2 rumah tangga di Jepang, dikenal istilah “doketchi”. Jadi ibu2 RT Jepang berinovasi mencari ide bagaimana mensiasati keuangan rumah tangganya (pada umumnya ibu2 RT Jepang tidak bekerja di luar rumah) agar bisa sedikit menyisihkan penghasilan untuk ditabung dan digunakan untuk keperluan yang besar, misalnya membayar uang loan apartemen yang selangit atau untuk membayar uang masuk sekolah. Contohnya : ngirit belanja sayuran dengan memanfaatkan semaksimal mungkin sayuran agar tidak ada bagian yang terbuang percuma, ngirit uang makan dengan kebiasaan membawa bento (bekal makanan) untuk suami di kantor dan anak di sekolah, ngirit listrik dengan penghematan energi listrik, misalnya di dalam kulkas diberi lapisan plastik, jadi waktu kulkas dibuka udara dingin tidak keluar banyak, penghematan gas pemanas air dengan cara air bak dimasukin pet-pet botol yang terisi air sehingga permukaan air jadi tinggi, cukup untuk berendam, dll.
Wahh…… ada lgi g artikenal yang kaya gini ????
Emang ….. gw rasa bangsa kita skrng ini dah menuju kebangkitan, Orang Indonesia dah sedikit bergeser dah g kaya dulu lagi, liat aja musik dalam negeri kita yang jadi raja di negeri sendiri ampe ke negara tetangga, politik Indonesia di nilai terbuka ama orang asing meskipun masih saling menjatuhkan, senapan TNI produk PINDAD and many more…….
Budaya baca, konon katanya di negeri ini masih rendah.. Gmana caranya y agar masyrakat indonesia bisa rajin baca ?? 🙂 Konon katanya lagi, karena negeri ini subur jadi masyarakat indonesia agak malas, beda di negeri sakura yang konon lagi SDA nya kurang subur (mhn maaf jika salah,lgs dikoreksi 🙂 )maka orang2 nya dituntut utk bisa bertahan..Makanya konon lagi Jepang bisa makmur sampai sekarang..
artikel yang bagus sekali, inspiring.. sifat2 yang patut ditiru. Terimakasih.
saya setuju dengan pendapat belajar wordpress
kelemahan indonesia itu: kebanyakan orang indonesia ga bangga dengan indonesia itu sendiri.
jadinya kalo kerja ga bener ato telat datang ke suatu acara keluar deh kata2:
“yah namanya juga orang indonesia…”
seharusnya waktu kecil kita jangan dibebani ama pelajaran2 yang rumit2.. seharusnya kita diajarin pelajaran agama, moral, dan sifat2 seperti ini.. pelajaran lainnya ntar aja klo 3 hal itu dah bener.
Sebelumnya salam kenal mas Romi.
Bagus sekali artikelnya dan saya setuju bahwa bangsa Indonesia termasuk bangsa unggul.
Contohnya ya mas Romi ini 🙂
# DK: Tentang hemat dan pelit, tuh dah dijawab mbak Wulan 🙂
# Nusantara: Kayaknya di blog saya banyak artikel seperti ini mas 🙂
# Andi Bagus: Perlu kerja keras supaya kita semua punya budaya baca. Warisan leluhur dan hasil penjajahan membuat kita lebih menyukai cara lisan daripada tulisan. Salah satu terapi mungkin mengajak semua orang untuk menulis, kalau ada keinginan menulis pasti otomatis ada keinginan untuk baca. Nggak mungkin orang nulis tanpa baca 🙂
# Gazin: Indonesia termasuk yang paling padat pelajarannya dibandingkan dengan negara lain termasuk Jepang dan Singapore. Itu sejak SD, SMP, SMA bahkan Universitas.
# Heri: Hehehe saya sih masih belum apa-apa, perlu banyak belajar dan belajar 🙂
Cukup mengesankan dan memecut jiwa ini untuk bisa lebih dalam mengoptimalkan dan benchmark kemampuan kita ini, so Indonesia Must be the best.Ok thanks Mr Romi sangat bermanfaat intinya kita ambil sisi baiknya dan kita buang sisi buruknya demi kemajuan kita eh negara kita..
wassalam
Tulisannya menarik dan inspiratif nih pak boss 🙂
Yth. Pak Romi.
Sepertinya sudah ada sebagian bangsa kita yang mampu bekerja dengan konsep bangsa Jepang seperti yang Bapak tulis. Bahkan lebih bagus lagi. Memang segala sesuatu harus dimulai dari diri kita sendiri. Sulit kalau menunggu datangnya perubahan, ya tidak akan pernah datang…
So, berubahlah dari sekarang. Kalau tidak salah kaizen ya Pak?
Jadi inget ini
Otak Jerman
Semangat Jepang
Hati Mekkah
Tapi tetap jadi Orang Indonesia
Memimpikan Indonesia bisa sangat maju
Sehingga dengan percaya diri bisa bilang
Otak Indonesia
Semangat Indonesia
Kepribadian Indonesia
Tapi tetap berhati Mekkah
🙂
Tulisanya mbikin saya membara…..
Thanks
Artikel yang menarik…
Ayoo.Bangkitlach Bangsaku!!!…. Indonesiaku !!!
Mas Romi,
Terima kasih banyak atas kritikannya, karena ternyata dari 10 masih ada 5 yang belum saya punya.. terutama point 3 🙂
Untuk mas kepret, mbak unissa81, mohon maaf sebesar-besarnya atas kekurangan saya ya…
Sedikit protes Mas Romi, semua kan ditanggapi, yang dari mBak Wulan kok tidak 😀
#Bu Wulan, sharing lagi dong lebih banyak. Atau bagaimana kalo kita buat blog baru: http://www.hemathabis.info ?
Nuwun
Terima kasih Pak Romi atas pembakaran semangad untuk terus maju, saya punya keyakinan yang besar bahwa bangsa ini suatu saat bisa maju dan unggul seperti Jepang (atau bahkan lebih)….amiin…
Tapi Pak Romi belum menjelaskan faktor “non-teknis” yang menyebabkan Indonesia terpuruk dalam teknologi dan ekonomi itu. Apa terlalu banyak dosa ya? 🙂
# Thanks untuk mas Dwiyanto, mas Zikri, mas Raffael, mas Daryoko atas responnya. Mudah-mudahan bisa memotivasi kita semua 🙂
# Daniyal: hehehe sip mas setuju 🙂
# Anakagung: Mbak wulan sudah saya jawab, tapi di tempat lain 🙂
# /Mee: Mudah-mudahan lain kali bisa nulis, apa itu faktor non-teknik …heheh
klo boleh tambahin 1 dari budaya indonesia yg sebenernya patut di contoh tp belakangan ini sudah bnyk yg meninggalkannya
yaitu : budaya sopan santun
Satu lagi yang menjadi penekanan, orang2 jepang adalah orang yang sangat fokus, fokus dan fokus. Misalnya kalo mereka seneng robot, sampai puluhan tahun pun mereka menggeluti itu. Lihat saja robot buatan mereka udah hampir bisa ngerjain berbagai pekerjaan manusia, kecuali nyuci baju hee…hee…
weleh bagus banget tips nya… aku coba ah… sapa tau etos kerja orang jepang bisa di terapkan di Indonesia dan akan majuu
Merdeka
wah susah susah… negara kita banyak perbedaanya, banyak etnis, banyak agama!! itu susah untuk disatukan.
hal yang akan membuat bangsa indonesia maju:
1: jalur telekomunikasi dan transportasi sudah sedemikian MURAH nya sehingga kita dapat berhubungan dengan siapa aja, ngak perlu berpikiran negatif karena jarak jauh jadi ngak bisa tau kondisi.
2. Masyarakat sudah semakin berbaur penduduk pribumi dan penduduk non pribumi sudah banyak membentuk komunitas tanpa perbedaan lagi.
itu saja dulu setidaknya beberapa puluh tahun lagi tunggu generasi berikutnya!!
😀 salam buat semuanya.