Komunitas Terdidik: Belajar dari Jepang
Opini kecil, yang saya tulis sewaktu masih tinggal di Jepang. Pernah dimuat di kolom Opini, Surat Kabar Republika, tanggal 15 Juli 2002.
Tiada hari terlewatkan tanpa membaca surat kabar Indonesia melalui Internet. Di sana-sini bermunculan berita mengenai rusaknya moral dan carut marutnya kepribadian masyarakat Indonesia, layaknya sebuah bangsa yang tidak terdidik. Dan kerusakan ini secara signifikan dan menyeluruh melanda berbagai golongan masyarakat Indonesia, dari pejabat atas, menengah sampai rendah, dari anggota DPR sampai menular ke masyarakat umum. Kemudian kalau kita menyimak berita-berita Internasional, sudah menjadi hal yang lazim, bahwa Indonesia selalu memenangi kontes-kontes internasional yang berhubungan dengan sifat buruk. Dari masalah besarnya jumlah korupsi, pelanggaran HAM, pembajakan software, sampai rendahnya masalah sumber daya manusia (SDM).
Pada tulisan ini, penulis mencoba menguraikan tentang bagaimana sebuah komunitas terdidik (knowledged community) dan beradab itu sebenarnya bisa terbentuk dari sesuatu hal yang sangat sederhana.
Dari mengamati perilaku kehidupan masyarakat Jepang, sebenarnya tergambar bagaimana sebuah komunitas terdidik terlahir dari suatu sifat dan sikap yang sederhana. Yang pertama mari kita lihat bagaimana orang Jepang mengedepankan rasa “malu”. Fenomena “malu” yang telah mendarah daging dalam sikap dan budaya masyarakat Jepang ternyata membawa implikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan. Penulis cermati bahwa di Jepang sebenarnya banyak hal baik lain terbentuk dari sikap malu ini, termasuk didalamnya masalah penghormatan terhadap HAM, masalah law enforcement, masalah kebersihan moral aparat, dsb.
Bagaimana masyarakat Jepang bersikap terhadap peraturan lalu lintas adalah suatu contoh nyata. Orang Jepang lebih senang memilih memakai jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan raya. Bagaimana taatnya mereka untuk menunggu lampu traffic light menjadi hijau, meskipun di jalan itu sudah tidak ada kendaraan yang lewat lagi. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
Hal menarik berikutnya adalah bagaimana orang Jepang berprinsip sangat “ekonomis” dalam masalah perbelanjaan rumah tangga. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Sekitar 8 tahun yang lalu, masa awal-awal mulai kehidupan di Jepang, penulis sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar pukul 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 10 atau 20 yen. Juga bagaimana orang Jepang lebih memilih naik densha (kereta listrik) swasta daripada densha milik negeri, karena untuk daerah Tokyo dan sekitarnya ternyata densha swasta lebih murah daripada milik negeri. Dan masih banyak lagi contoh yang sangat menakjubkan dan membuktikan bahwa orang Jepang itu sangat ekonomis.
Secara perekonomian mereka bukan bangsa yang miskin karena boleh dikata sekarang memiliki peringkat GDP yang sangat tinggi di dunia. Mereka juga bukan bangsa yang tidak sibuk atau lebih punya waktu berhidup ekonomis, karena mereka bekerja dengan sangat giat bahkan terkenal dengan bangsa yang gila kerja (workaholic). Tetapi hebatnya mereka tetap memegang prinsip hidup ekonomis. Ini sangat bertolak belakang dengan masyarakat negara-negara berkembang (baca: Indonesia) yang bersifat sangat konsumtif. Terus terang kita memang sangat malas untuk bersifat ekonomis. Baru dapat uang sedikit saja sudah siap-siap pergi ke singapore untuk shopping, atau beli telepon genggam baru.
Sifat berikutnya adalah masalah “sopan santun dan menghormati orang lain”. Masyarakat Jepang sangat terlatih refleksnya untuk mengatakan gomennasai (maaf) dalam setiap kondisi yang tidak mengenakkan orang lain. Kalau kita berjalan tergesa-gesa dan menabrak orang Jepang, sebelum kita sempat mengatakan maaf, orang Jepang dengan cepat akan mengatakan maaf kepada kita. Demikian juga apabila kita bertabrakan sepeda dengan mereka. Tidak peduli siapa yang sebenarnya pada pihak yang salah, mereka akan secara refleks mengucapkan gomennasai (maaf).
Kalau moral dan sifat-sifat sederhana dari orang Jepang, seperti malu, hidup ekonomis, menghormati orang lain sudah sangat jauh melebihi kita, ditambah dengan majunya perekonomian dan sistem kehidupan. Sekarang marilah kita bertanya kepada diri kita, hal baik apa yang kira-kira bisa kita banggakan sebagai bangsa Indonesia kepada mereka ?
Bangsa Indonesia bukan bangsa yang bodoh dan tidak mengerti moral. Kita bisa menyaksikan bahwa mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang belajar Jepang, Jerman, Amerika dan di negara -negara lain, banyak sekali yang berprestasi dan tidak kalah secara ilmu dan kepintaran. Demikian juga kalau kita bandingkan bagaimana para pengamat dan komentator Indonesia menguraiakan analisanya di televisi Indonesia. Selama hidup 8 tahun di Jepang penulis belum pernah menemukan analisa pengamat dan komentator di televisi Jepang yang lebih hebat analisanya daripada pengamat dan komentator Indonesia. Dan ini menyeluruh, dari masalah ekonomi, politik, sistem pemerintahan bahkan sampai masalah sepak bola.
Akan tetapi sangat disayangkan bahwa fakta menunjukkan, secara politik dan sistem pemerintahan kita tidak lebih stabil daripada Jepang, secara ekonomi kita jauh dibawah Jepang. Dalam masalah sepakbola juga dalam waktu singkat Jepang sudah berprestasi menembus 16 besar pada piala dunia tahun 2002 ini, sementara kita sendiri masih berputar-putar dengan permasalahan yang tidak mutu, dari masalah wasit, pemain sampai kisruhnya suporter.
Mengambil pelajaran dari kasus yang telah diuraikan penulis diatas. Ternyata kepintaran dan kepandaian otak kita adalah tidak cukup untuk membawa kita menuju suatu komunitas yang terdidik. Justru sikap dan prinsip hidup yang sebenarnya terlihat sederhana itulah akan secara silmultan membentuk suatu bangsa menjadi bangsa besar dan berperadaban.
Aq sangat setuju ma bung Romi, bangsa Jepang memang luar biasa,orangnya sangat ulet,sopan santun masih dijaga,yang terpenting rasa MALU itu, coba kita bandingkan dengan kita, sebagai contoh kalo tidak salah pernah pejabat Jepang yang diindikasikan KORUPSI, beberapa kemudian pejabat tsb bunuh diri karena rasa Malu yang tidak terhingga, gara-gara malu sampai bunuh diri, beda dinegara kita, sudah ketahuan korupsi masih aja cari dalih pembenaran, gak tau malu, gak weruh isin, mari korupsi moro mungga haji, sungguh memalukan sekali
Assalamu’alaikum Wr Wb
Aku sangat kagum dengan keberhasilan bangsa Jepang, bahkan aku punya impian untuk kuliah S2 dan bekerja disana dengan maksud menimba ilmu sekalian mempelajari rahasia keberhasilan mereka.Tetapi itu hanya impian yang jauh dari kenyataan.
Dari orang yang ingin maju dan berjuang melawan kemalasan diri sendiri.
Adalah tugas bagi kita masing – masing untuk berinstrospeksi diri sudah sejauh mana kita mempunyai budaya memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya. Waktu bagaikan pedang yang runcing yang dapat membunuh kita kapan saja. Dengan waktu yang diberikan itu, alangkah baiknya kita melakukan perbaikan berupa kerja keras, mulai dari kita sendiri setelah itu baru kita merubah budaya masyarakat agar lebih baik lagi. Insya Allah Pasti Kita juga dapat bisa berubah menjadi lebih baik. Terima Kasih.
Aku ga kagum dengan Jepang..malahan dendam.
Dendam karena Mereka lebih baik daripada Indonesia..
Dendam ini yang akan membakar semangatku untuk mnjadi lebih baik daripada mereka..Insya Allah!
Buat Mas Ali dan Mas Ibrahim….
Jangan ngaku beragama Islam(MUSLIM) kalo gak bisa berkata bijak mass… Indonesia emang negara yg mayoritasnya adalah seorang muslim..tapi…mengapa indonesia berprestasi dalam hal KORUPSI…bukankah korupsi itu dilarang agama.
Apa yg dituliskan mas Romi Satrio Wibowo tentang bagaimana jepang itu emang benar…karena saya merasakan sendiri bagaimana hidup di jepang.tiap hari bergaul sama mereka, betapa baiknya org jepang pada saya.Mereka sgt menghormati saya sbg seorang muslim yg tidak makan butaniku(daging babi),tidak munum bir, dan sake.selama bergaul sama mereka ada hal yg baik yg aku ambil yaitu….
Org jepang sgt benci pada pembohong,..org jepang sangat membenci org yg Tidak menepati janji,..dan jg org jepang sgt membenci pengkhianatan.
Bukan hal itu sama dengan apa yg diajarkan nabi Muhammad kepada kita. Bukankah Allah SWT jg akan melaknat org2 Munafik…!
jepang sekarang tidak seperti itu. sekitar stasiun kereta api tampak sampah berserakan. bau pesing pun sering menyeruat. menunggu lampu merah?tidak juga…..kalo gak ada kendaraan mereka nyelonong aja, sama kayak di indonesia…minta maaf? saya pernah ditabrak orang di jalan, orang itu bahkan menoleh pun tidak. soal kejahatan….bahkan hanya di jepang saya menemui banyak kasus orang membunuh dg motif ingin tahu rasanya membunuh. sopan? mereka juga suka kebut-kebutan di jalan dengan sangat berisik tak ubahnya raly liar di indonesia. maaf kalo saya menuliskan yg buruk-buruk saja. orang jepang benci dg pembohong?bahkan mereka juga pembohong…..apa yg ada di hati dan di mulut beda. tersenyum tapi membenci…. jepang tidak seindah yg tampak. rumput tetangga selalu lebih hijau ya….indonesia memang bukan negeri yg baik kalo boleh dikatakan begitu.maka tugas bersama untuk memperbaikinya. mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, mulai dari sekarang. desyou…
Untuk mas Wahyudi…apa yang anda tulis banyak yang benar
Untuk dwi@tokyo…di beberapa media di jepang juga banyak dibahas tentang mulai hilangnya ‘rasa malu’ dari diri masyarakat Jepang dan hal ini dicemaskan oleh kaum tua yang dahulu membangun negeri ini dari kekalahan PD II.Dari saya ‘hanya’ mahasiswa yang Insya ALLAH masih di Jepang, berkelana mempelajari bahasa, budaya, gaya hidup & tabiat orang sini tanpa kehilangan dan malu mengakui sebagai orang MUSLIM dan warga INDONESIA.Silahkan bersilaturahmi di v4njapan@yahoo.co.jp
buat sdr Wahyudi….
komentar yang saya baca kebanyakan tentang Jepang, memang Jepang masih bagian dari ASEAN, sangat menjunjung tinggi akan budaya Timur hampir sama dengan budaya di negara kita Indonesia, tapi tetap beda misalkan Jepang apabila MALU mereka tidak segan2 melakukan BUNUH DIRI (harakiri) nah kalau orang Indonesia merasa MALU apa kira2 yang dilakukan ya?
salam manis sama orang2 Jepang!….he
ini lebih dikenal dgn kecerdasan otak kanan ya om….
kecerdasan pada sikap dan sifat kebiasaan
om padahal orang jepang mayoritas bukan islam yang dianjurkan tahajud ya om…..
ini perlu untuk direnungkan ya om….juga segera berbenah ya om….
thanks ya om..
Ambil yang positifnya daRI jepang dan buang jauh2 yang negatifnya, jangan terbalik …. budaya2 luar yang negatif diambil dan masuk ke Indonesia tapi yang baik dan positifnya nggak …
Wassalam
Hendra Leonar
http://www.ubb.ac.id
emmm….. agak janggal juga sih, ngebandingin Indonesia hampir smua bidang sama Jepang.
Liat aja dari segi sejarah, bangsa Indonesia yang dijajah selama 350 tahun + 3,5 tahun, membuat bangsa kita berada dalam kemiskinan dan kebodohan berkepanjangan, ( Walaupun Jepang juga dulu seperti itu )..
Ditambah lagi, adanya agresi dari negara lain stlah merdeka, lalu gejolak politik dan ekonomi, berbagai pemberontakan-pemberontakan, dan yang penting adalah masyarakat kita yang multikultural … yang mempunyai persepsi masing-masing dan tujuan masing-masing mengenai keadaan di ngeri kita ini, terutama yang berhubungan sama budaya asing( Barat )….. Jepang juga walaupun pernah punya sengketa sama barat waktu tahun 1600-an, tapi mereka punya persepsi sendiri mengenai masalah tersebut, yakni berhenti memusuhi dan belajar dari musuh.. coba klo’ hal itu terjadi di Indonesia, pastinya yang memutuskan agar bersikap bagaimana pada musuh pastinya masih diputuskan oleh orang2 berpengaruh di daerahnya masing-masing berarti masih bersifat kedaerahan.. ya’ gak….
Terus kita juga harus bangga kok jadi Bangsa Indonesia,bangsa yang beragama….. dan itulah yang paling penting yang bakal membimbing kita pada pencerahan dan cahaya ( ceilaahh… )
Beda sama Jepang, mungkin dulu mereka mengagung-agungkan Dewa Matahari mereka ( Amaterasu ), tapi seiring masuknya ilmu pengetahuan dan arus rasionalitas yang dibawa Barat, apakah mereka masih mengagungkan Amaterasu mereka? ga’ , sekarang mereka cuman nganggep Shinto atawa ke kuil-kuil gitu cuma sebagai kebudayaan… dan bukti kosongnya iman dan spiritualitas Bngsa Jepang adalah data bahwa sekitar 3000 orang bunuh diri tiap tahunnya…
ini lah semua,informasi tentang negeri sakura/matahari terbit yang sebenarnya !yg mungkin kita perlu ambil sebagai panutan hidup,utk lebih bisa menjadi bangsa yang baik!
Assalamu’alaikum….
Watashiwa cucun desu…
Saya masih kelas 2 SMA,, tapi sebagai bangsa indo cukup kecewa ya lah,, bagaimana tidak negeri kita wah prah, korupsi dimana2, free sex, narkoba, wah parah deh…
beda dengan jepang yang teknologi dan pendidikannya maju…..
Anak2 di sana udah pada bisa bwt robot, Anak2 indonesia???? boboraah dehh…
mangkanya dari itu saya pengen ngerubah semua itu, saya pengen sekolah ke Jepang…….
Dan saya pengen tahu sendiri bagaiman orang-orang disana. Dan pengen tahu juga Nuklir Di Jepang…..
I Will Go Study In Japan in 2010…. InsyaAllah…
Gambatte indonesia………
Allahu Akbar Bangun indonesia jadi lebih baik…
Arigato Gozaimasu
Watashiwa cucun desu…
gambatte indonesia engkau pasti bisa bangkit…….
Malah melebihi Jepang…….
Aku akan membantumu wahai indonsiaku….
I love Indonesia…
I Will Study in Japan For Change Indonesia better than before……..
AllahuAkbar,,,,,
#cucun: massa kalah teknologi to…
yg aku th Jepang ga pernah juara kontes robot mahasiswa se-Asia (Abu Robocon)~
07 China(juara 1) Indonesia(juara 2)
08 China(juara 1) Indonesia(juara 3) tp runner up bukan Jepang..
09 moga2 Indonesia sang Juara di Tokyo š
Inilah Secuil dari Sebongkah kebanggaan yg terpendam selama ini…
Walaupun fasilitas kurang mencukupi tapi tetap berkarya anak Indonesia!!
Walaupun Jepang maju kita harus bisa lebih baik
No defense, it’s reality..
Di perusahaan tempat saya bekerja menggunakan tools TPM (Total Productive Maintenance) yang diambil dari Jepang. Menarik melihat konsep tersebut di mana setiap tahap perbaikan (improvement) selalu dimulai dari hal-hal kecil.
TPM bagi saya sangat mewakili kebiasaan atau budaya Jepang yang ekonomis, tekun, teliti dan senantiasa melakukan perbaikan dari waktu ke waktu. Tidak peduli apakah itu perubahan kecil atau besar.
Om romi, thanx for inspiration artikelnya yupz..
jadi semangt buat jadi orang yang lebih baik n berguna setidaknya bagi keluargaku.. nuhun pisan..
maaf….mas..
saya mau ngasih komentar nih, negara kita tuh bukan bangsa yang bodoh dan tidak berpendidikan, tapi pemerintahnya saja yang kurang respon terhadap perkembangan dunia pendidikan. apalagi ditambah pejabat-pejabatnya malah kontes korupsi…. juara lagi se dunia.
indonesia masih yang is the best kang……
Jepang merupakan salah satu peta kekuatan asia yang akhir2 ini sangat disegani oleh benua lain.citra diri yang sangat menghormati akan kebudayaannya sendiri,cinta akan bahasa ibu pertiwinya,dan yang sangat diakui adalah sikap disiplinnya.
sikap itulah yang harus kita tiru untuk negara yang katanya kental akan kulturisasi,agar kedepan negara ini dapat lebih dihargai paling tidak di kawasan asia
setuju mas…
saat Jepang sudah sibuk dalam pengembangan teknologi – teknologi terbaru, masyarakat Indonesia justru sibuk mengejar ketertinggalan didalam pemakaian teknologi terbaru.
Saat Jepang sudah berkerjasama dengan negara – negara maju. Indonesia masih sibuk dengan birokrasi dan tetek bengeknya, belum lagi uang – uang suapnya yang sudah sangat terang terangan….ancur dehhh
Gimana bangsa kita akan maju…??
any solution for that??
Berkaca dengan Jepang, mungkin negara(Jepang) ini memang sudah tertempa dengan berbagai cobaan.
Contoh, gempa bumi, tsunami telah berkali – kali menggoyah Jepang, sehingga dengan pengalaman yang tidak mengenakkan itu, menjadikan Jepang negara kuat dan meningkatkan teknologi yang maju untuk menghadapi hal-hal seperti itu. Belum lagi bom nagasaki yang telah meluluhlantakkan negara mereka. Tapi justru dengan hal itu mereka menjadi semakin maju.
Sedangkan Indonesia yang dari geografis cukup aman dibanding Jepang, menjadi negara yang malas karena kurangnya ancaman seperti itu. Walaupun akhir – akhir ini kena juga:P
negara kita emang cuman pintarnya analisa, tapi action NOL..
NATO-No Action Talk Only-
Fondasi dasar bagi kemajuan sebuah bangsa/negara bukan lebih terletak pada seberapa besar pertumbuhan PDB yg mampu dicapai, seberapa banyak kaum intelek yg kita cetak.”Attitude”…. Contohlah kesadaran Mahatir Muhammad, kegalauan yg masih menggelayut di sanubarinya saat dia melengserkan diri adalah pada bagaimana “Orang Melayu memiliki budaya kerja #1”, bukan pada siapa nanti penerusnya, bagaimana ekonomi Malaysia kedepan, etc yang semuanya hanya sekedar2 angka2 statistik ekonomi kapitalis. Maka pasca lengser yang dia didirikan adalah sebuah NGO untuk membangun “Nation Character Building” Malaysia, bukan lembaga think thank ekonomi dan politik kayak Habibi Center misalnya. Sekali lagi, kalau keyakinan kita masih selalu ekonomi dan politik sebagai panglima pembangunan, maka cita2 Indonesia gemah ripah loh jinawi selama-lamanya hanyalah utopia. Selama kita tidak pernah mau membentuk dan membangun ‘budaya-budaya unggul Indonesia”, yang terjadi dalam perjalanan pembangunan bangsa hanyalah selalu bongkar pasang dan penghacuran sistem sesuai selera presiden, menteri dan partai baru yang menang, hanya untuk atas nama kebencian dan dendam sejarah, pokoknya bukan yang lama.Seberapun banyaknya kita akan invest di pendidikan, ICT, infrastruktur, dsb; mungkin yang kita dapatkan hanya sekedar beli barang dan kita tetap tdk akan pernah mencapai kemajuan itu sendiri.
q kagum,heran,setiap kali membaca tulisan berita dari jepang,….????
orang melayu kena bersatu, baru kita boleh berjaya.melayu boleh.sapa kata tak boleh.
ada baiknya , kita bangsa indonesia meniru hal2 (+) dr pola pikir bangsa jepang
Mas Romi.. mau nanya lebih lanjut mengenai pembentukan karakter dan sikap orang jepang sono.. bagaimana bisa terbentuk? yang paling berpengaruh sistem sekolah mereka atau sistem masyarakatkah? kalau ya, dari mana ya saya bisa mendapatkan informasi tentang kehidupan yang mereka jalani..ya sistem sekolahnya seperti apa, sistem masyarakatnya seperti apa..
saya soalnya sangat tertarik dengan proses pembentukan karakter orang-orang di luar negeri sono, yang mungkin bisa dikatakan lebih maju dari pada di negeri kita sendiri ..^^..
saya baru ketemu website bagus buat belajar bahasa jepang
http://www.japaneseclass.jp
ada Bahasa Indonesianya juga di bagian practice!
Salam atmosfer civitas akademika,Pak!
Saya mahasiswi Universitas Bangka Belitung Pak, mau masuk semester 5, fak. Teknik Sipil rencananya saya ingin masuk penjurusan Transportasi, boleh ga’ Pak saya minta liputan ttg transportasi disana( monorel, Kereta Api, Highway(jl raya) ,jembatan dan dsb), Pak, boleh ndak saya minta juga 10 resep sukses Bangsa Jepang Pak… Thanks ya Pak. Pak. send by my email ya.. (NADYA SILVIA ANANDA A. Fak.Tek.Sipil ang.07 )
Salam buat Mas Romi…
Saya masih ingat Mas Romi waktu studi dijepang.
Dimana pada waktu itu sering menjadi pembicara
disetiap pengajian didaerah tokyo dan sekitarnya.
Kami dijepang tentulah sangat haus akan siraman
rohani karena sibuk bekerja setiap hari.
Dengan adanya kegiatan seperti itu tentunya kami sangat terbantu sekali.
Kami mendoakan Mas Romi semoga sukses selalu.
Dan tentunya pengalaman2 pada saat dijepang bisa
menjadi batu lonjak untuk berprestasi lebih tinggi
lagi
Salam kami diJepang
Abdul Hakim
Mohtar Lubis, budayawan besar Indonesia dalam bukunya: “Manusia Indonesia Sebuah Pertanggung Jawaban”. Mengungkapkan sifat2 Manusia Indonesia:
1. Hipokritis alias munafik. Berpura-pura, lain di muka – lain di belakang, merupakan sebuah ciri utama manusia Indonesia sudah sejak lama, sejak meraka dipaksa oleh kekuatan-kekuatan dari luar untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakannya atau dipikirkannya ataupun yang sebenarnya dikehendakinya, karena takut akan mendapat ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya.
2. Segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya,putusannya, kelakuannya, pikirannya, dan sebagainya. Bukan saya, adalah kalimat yang cukup populer di mulut manusia Indonesia. Atasan menggeser tanggung jawab tentang suatu kegagalan pada bawahannya, dan bawahannya menggesernya ke yang lebih bawah lagi, dan demikian seterusnya.
3. Berjiwa feodal. Meskipun salah satu tujuan revolusi kemerdekaan Indonesia ialah untuk juga membebaskan manusia Indonesia dari feodalisme, tetapi feodalisme dalam bentuk-bentuk baru makin berkembang dalam diri dan masyarakat manusia Indonesia. Sikap-sikap feodalisme ini dapat kita lihat dalam tatacara upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan-hubungan organisasi kepegawaian (umpamanya jelas dicerminkan dalam susunan kepemimpinan organisasi-organisasi isteri pegawai-pegawai negeri dan angkatan bersenjata), dalam pencalonan isteri pembesar negeri dalam daftar pemilihan umum. Isteri Komandan, isteri menteri otomatis jadi ketua, bukan berdasar kecakapan dan bakat leadershipnya, atau pengetahuan dan pengalamannya atau perhatian dan pengabdiannya.
4. Masih percaya takhyul. Dulu, dan sekarang juga, masih ada yang demikian, manusia Indonesia percaya bahwa batu, gunung, pantai, sungai, danau, karang, pohon, patung, bangunan, keris, pisau, pedang, itu punya kekuataan gaib, keramat, dan manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini semua. Kepercayaan serupa ini membawa manusia Indonesia jadi tukang bikin lambang. Kita percaya pada jimat dan jampe. Untuk mengusir hantu kita memasang sajen dan bunga di empat sudut halaman, dan untuk menghindarkan naas atau mengelakkan bala, kita membuat tujuh macam kembang di tengah simpang empat. Kita mengarang mantera. Dengan jimat dan mantera kita merasa yakin telah berbuat yang tegas untuk menjamin keselamatan dan kebahagiaan atau kesehatan kita.
5. Artistik. Karena sifatnya yang memasang roh, sukma, jiwa, tuah dan kekuasaan pada segala benda alam di sekelilingnya, maka manusia Indonesia dekat pada alam. Dia hidup lebih banyak dengan naluri, dengan perasaannya, dengan perasan-perasaan sensuilnya, dan semua ini mengembangkan daya artistik yang besar dalam dirinya yang dituangkan dalam segala rupa ciptaan artistik dan kerajinan yang sangat indah-indah, dan serbaneka macamnya, variasinyam warna-warninya.
6. Watak yang lemah. Karakter kurang kuat. Manusia Indonesia kurang dapat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya. Dia mudah, apalagi jika dipaksa, dan demi untuk survive bersedia mengubah keyakinannya. Makanya kita dapat melihat gejala pelacuran intelektuil amat mudah terjadi dengan manusia Indonesia.
7. Tidak hemat, dia bukan economic animal. Malahan manusia Indonesia pandai mengeluarkan terlebih dahulu penghasilan yang belum diterimanya, atau yang akan diterimanya, atau yang tidak akan pernah diterimanya. Dia cenderung boros. Dia senang berpakaian bagus, memakai perhiasan, berpesta-pesta. Hari ini ciri manusia Indonesia menjelma dalam membangun rumah mewah, mobil mewah, pesta besar, hanya memakai barang buatan luar negeri, main golf, singkatnya segala apa yang serba mahal.
8. Lebih suka tidak bekerja keras, kecuali kalau terpaksa. Gejalanya hari ini adalah cara-cara banyak orang ingin segera menjadi miliuner seketika, seperti orang Amerika membuat instant tea, atau dengan mudah mendapat gelar sarjana sampai memalsukan atau membeli gelar sarjana, supaya segera dapat pangkat, dan dari kedudukan berpangkat cepat bisa menjadi kaya.
9. Manusia Indonesia kini tukang menggerutu tetapi menggerutunya tidak berani secara terbuka, hanya jika dia dalam rumahnya, atau antara kawan-kawannya yang sepaham atau sama perasaan dengan dia.
10. Cepat cemburu dan dengki terhadap orang lain yang dilihatnya lebih dari dia. 11. Manusia Indonesia juga dapat dikatakan manusia sok. Kalau sudah berkuasa mudah mabuk berkuasa. Kalau kaya lalu mabuk harta, jadi rakus. 12. Manusia Indonesia juga manusia tukang tiru. Kepribadian kita sudah terlalu lemah. Kita tiru kulit-kulit luar yang memesonakan kita. Banyak nyang jadi koboi cengeng jika koboi-koboian lagi mode, jadi hipi cengeng jika sedang musim hipi.
Ada milisnya ppi Jepang ya.
wah keren banget…..ngiri nih…
sebagai bangsa indonesia sebenarnya aku malu…apalagi dari dulu aku sangat mengagumi jepang …..,tapi kalau kita terus menghina negara sendiri,sementara yang salah dibaca:(bejat) orangnya…,kapan kita maju …,saya yakin indonesia bsa maju bahkan lebih dari jepang,erofa,amerika..,kalau kita mau merombak seluruh lapisan masyarakatnya…,agar kebudayaan kita yang negatif tidak mendarah daging keanak cucu kita nanti……
Wah jadi pengin sekolah di jepang, semoga suatu kedepan bisa terwujud, amien
Orang jepang memiliki kualitas yang bagus baik dalam hal sdm ataupun teknologi.