10 Mitos Penyebab Kegagalan Publikasi di Jurnal Terindeks
Publikasi ilmiah adalah salah satu rangkaian research life cycle yang wajib dilakukan oleh peneliti. Sudah menjadi rahasia umum bahwa apabila hasil penelitian tidak kita publikasikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa memang tidak pernah dilakukan. Seperti dikatakan oleh (Miller, 1993), “If it wasnt published, it wasnt done“. Makna sama dengan redaksi berbeda juga diungkapkan oleh Whitesides (2004), “If your research does not generate papers, it might just as well not have been done”. Indonesia menurut data dari ScimagoJR.com tercatat di tahun 2016 menduduki rangking 57 untuk jumlah publikasi penelitian. Indonesia kalah jauh dibandingkan dengan Malaysia (36) dan Singapore (32). Padahal, seperti ditunjukkan di gambar di bawah, 20 tahun yang lalu posisi Indonesia, Malaysia dan Singapore tidak terlalu jauh berbeda.
Kegagalan publikasi Indonesia ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Awalnya saya berprasangka baik bahwa penyebab kegagalan publikasi dari peneliti Indonesia adalah sebagai berikut:
- Budaya Indonesia adalah lisan dan bukan tulisan
- Budaya akademik di Indonesia baru mulai untuk mengajar, dan bukan untuk meneliti
- Rendahnya minat penelitian dan mempublikasikan hasil penelitian
- Kurangnya penghargaan dan insentif dari universitas
Akan tetapi setelah 12 tahun berdjoeang mengajar research methodology dan scientific writing di berbagai kampus di Indonesia. Termasuk juga mengisi workshop Doctoral Bootcamp di berbagai tempat. Saya lebih cenderung menyimpulkan bahwa penyebab kegagalan publikasi kita adalah karena dua hal di bawah:
- Kurang mengerti bagaimana cara menulis paper untuk jurnal dan prosedur pengirimannya
- Tidak memahami metodologi penelitian dengan baik
Artikel ini membahas tentang 10 mitos yang menjadi penyebab utama kegagalan publikasi ilmiah di jurnal terindeks. Beberapa mitos memang hanya khusus ada di bidang informatika dan ilmu komputer, tapi secara umum mitos-mitos yang dibahas di artikel ini juga ada di bidang-bidang lainnya.
- MITOS 1: Penelitian Bidang Komputer Harus Ada Pengembangan Software
- MITOS 2: Tujuan Utama Penelitian adalah Adanya Kontribusi ke Masyarakat
- MITOS 3: Waterfall adalah Metode Penelitian yang Saya Gunakan
- MITOS 4: Masalah Penelitian itu adalah Masalah Yang Muncul di Masyarakat
- MITOS 5: Studi Literatur Berisi Berbagai Teori Dasar dan Definisi yang Ada di Buku
- MITOS 6:Semakin Banyak Literatur yang Saya Baca, Saya Semakin Pusing
- MITOS 7: Penelitian Itu Semakin Aplikatif dan Terapan Semakin Mudah Masuk Jurnal Terindeks
- MITOS 8: Penelitian yang Baik itu Topik dan Skalanya Besar, serta Berhubungan dengan Banyak Bidang
- MITOS 9: Saya Melakukan Citation dengan Meng-Copy Paste Kalimat dan Paragraf dari Paper Lain
- MITOS 10: Satu Hasil Eksperimen Penelitian Bisa Jadi Banyak Paper dan Dipublikasikandi Banyak Jurnal
Penjelasan detail 10 mitos di atas dapat dipahami melalui slide “10 Mitos Penyebab Kegagalan Publikasi di Jurnal Terindeks untuk Peneliti Galau“.
Mudah-mudahan artikel ini membantu sahabat-sahabat saya semua yang memilih berdjoeang di jalur akademik, sehingga ujungnya bisa meningkatkan jumlah publikasi ilmiah. Untuk lebih memahami lagi secara komprehensif tentang metodologi penelitian, bisa men-download materi kuliah Research Methodology yang biasanya saya gunakan untuk bahan ajar di berbagai kampus.
Tetap dalam perdjoeangan!
dalam batas tertentu saya setuju dengan dua hal di atas, kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam methodology penelitian dan akses terhadap publikasi terindeks, diparahkan pula oleh kecenderungan memburu jabatan struktur di kampus dan di luar kampus, akibatnya kompetensi intelektual yang seharusnya dikembangkan melalui riset mandiri, menjadi mandeg dan saat yang sama, hanya gelar akademik yang terpampang tapi dinamika kompetensi menjadi nihil dan konservatif.
Terimakasih atas pencerahan di tulisan ini… saya sering gagal publish tulisan karena susah masuk di lembaga yg membidangi terutama admin yg online.
kendala kegagalan dalam publikasi jurnal terindek disebabkan kurangnya pengalaman dalam publikasi ilmiah. Kemampuan publikasi berkualitas bukan hal instan dan perlu latihan scr bertahap diawali dari jurnal nasional hingga internasional. Dilematikanya peneliti yg msh taraf amatir minim penelitian dipaksa utk publikasi jurnal internasional terindeks, padahal kemampuannya msh di level jurnal nasional tidak terakreditasi. Jd proses kilat yg mengakibatkan peneliti gagal publikasi