Arah Pergerakan Mahasiswa di Era Dunia Datar
Teriakan berantas kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut mahasiswa bodoh!
Mahasiswa pemalas yang tidak bebas dari penyakit finansial, absurd ketika berteriak bebaskan rakyat dari kemiskinan!
Mahasiswa koruptor jam kuliah, tidak pantas berteriak anti-korupsi!
Adalah tiga kalimat pembuka dari diskusi yang saya sampaikan, ketika diminta mengisi acara halal bihalal KAMMI Pusat, sekaligus launching KAMMI Online di Senayan, Jakarta, pada hari Sabtu, 18 Oktober 2008. Kebetulan acara ini juga dihadiri pengurus berbagai organisasi mahasiswa lain. Jadi saya gunakan kesempatan ini untuk melakukan diskusi, kritik dan sekaligus membuka wacana teman-teman mahasiswa aktifis organisasi pergerakan mahasiswa bahwa era sudah berubah.
Perlu kita pahami bersama bahwa masyarakat sudah sangat resistence dengan teriakan-teriakan idealis tanpa pelaksanaan yang sering mahasiswa lakukan. Rakyat perlu teladan, rakyat perlu studi kasus, rakyat perlu success story, dan rakyat perlu know-how yang kita milikia. Dengan memanfaatkan berbagai solusi praktis dan nyata yang kita dapatkan dari bangku kuliah maupun pengalaman lapangan, diharapkan dapat membantu masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang semakin menumpuk. Pergerakan mahasiswa di era dunia datar harus lebih cerdas, lebih efektif, sehingga energi dan biaya yang kita miliki tidak mubadzir dan bisa dialokasikan untuk berbagai kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Teknologi informasi khususnya Internet dengan jumlah pengguna yang semakin besar di Indonesia bisa menjadi satu alternatif teknologi pendukung pergerakan mahasiswa.
Saya sebenarnya tidak berbicara muluk-muluk, tapi hanya sharing pengalaman, bagaimana kehidupan saya semasa menjadi aktifis mahasiswa. Saya sempat meniti karir di kepengurusan Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang (PPI Jepang) dari level komisariat, komda, sampai menjadi ketua umum PPI Jepang tahun 2001-2003. Di sisi lain, saya juga bergerak di sisi keilmuwan dengan menjadi ketua umum asosiasi ilmiah yang dibuat mahasiswa Indonesia bernama IECI di tahun yang sama. Selain bergerak di darat, era dunia datar membuat saya juga harus bergerak di dunia maya, menciptakan usaha kreatif, menjalin kerjasama dengan organisasi lain, membangun komunitas maya, melakukan image branding, maupun mempengaruhi orang lain lewat tulisan di blog. Semua tetap saya lakukan dengan tetap menjaga prestasi akademik, karena tugas utama mahasiswa adalah belajar dan prestasi akademik adalah salah satu alat ukur keberhasilan mahasiswa dalam belajar.
Materi diskusi saya bagi menjadi dua topik utama.
-
Modal dan strategi dasar seperti apa yang harus dimiliki mahasiswa pergerakan. Modal dasar ini penting, karena membuat teriakan kita, demo-demo kita, kritikan kita terasa bermakna alias tidak hampa
-
Apa yang harus dipersiapkan mahasiswa menyambut era dunia datar. Internet adalah media yang sangat efisien dan efektif untuk mendukung pergerakan mahasiswa. Terkadang web-based influence tactics bisa lebih efektif dan efisien daripada teriakan mahasiswa di jalan yang kadang memacetkan ruas-ruas jalan jakarta yang sudah macet. Meskipun tentu saja pada timing yang lain, turun jalan juga adalah alternatif strategi yang harus kita tempuh.
PERGERAKAN MAHASISWA
Modal dan strategi dasar yang harus dimiliki mahasiswa yang merasa menjadi aktifis pergerakan saya gambarkan di bawah.
-
Jaga prestasi akademik, tugas utama mahasiswa adalah belajar, karena kedudukan di kampus membawa implikasi bahwa mahasiswa adalah seorang akademisi, pemikir, bergerak secara logis dan terukur. Kualitas intelektual kita terukur lewat nilai-nilai dari mata kuliah yang kita ikuti. Ingat bahwa teriakan berantas kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut mahasiswa bodoh!
-
Madzab, pemikiran dan strategi pergerakan mahasiswa juga harus dikuasai. Ini bisa dilakukan dengan banyak membaca sejarah pergerakan mahasiswa di berbagai negara lain, membaca biografi tokoh pergerakan mahasiswa dimanapun berada, dan tentu saja yang sangat urgent adalah sejarah dan benang merah pergerakan mahasiswa di Indonesia. Jangan sampai mahasiswa mengulang kesalahan yang dilakukan mahasiswa di era sebelumnya.
-
Benih-benih entrepreneurship harus dipupuk sejak masa mahasiswa. Mahasiswa harus berusaha mengatasi masalah finansial, karena kita harus memberikan teladan dan success story kepada masyarakat berhubungan dengan kemandirian finansial. Ingat, mahasiswa pemalas yang tidak bebas dari penyakit finansial, absurd ketika berteriak bebaskan rakyat dari kemiskinan. Kemandirian organisasi dan personelnya dari “sumbangan” pihak lain yang punya kepentingan, membuat independensi organisasi mahasiswa terjaga. Membuat teriakan kita tetap lantang kepada siapapun tanpa pandang bulu.
-
Konsistensi perdjoeangan adalah kekuatan karakter aktifis mahasiswa. Pahami hakekat dari kritik-kritik yang kita lakukan. Logikanya mahasiswa koruptor jam kuliah, tidak pantas berteriak anti-korupsi. Think globally, but act locally.
-
Public speaking dan leadership, faktor penting dalam mempengaruhi orang, karena tidak mungkin mahasiswa dengan leadership dan public speaking yang buruk mengkritik kepemimpinan nasional
-
Opini lewat tulisan adalah faktor penting dalam teknik mempengaruhi ala mahasiswa. Kualitas pikir seseorang diukur dari kualitas tulisan yang dihasilkan. Pergerakan mahasiswa tak akan lepas dari masalah intelektualitas, daya pikir, daya kreatif dan perilaku berbasis otak yang lain.
PERGERAKAN MAHASISWA 2.0
Modal pergerakan mahasiswa diatas harus dikuasai, karena itu adalah modal minimal. Meskipun itu semua tidak cukup ketika kita bergerak di era dunia datar dengan perkembangan internet dan web yang semakin pesat yang saat ini menuju ke generasi kedua (Web 2.0).
Barrack Obama tidak hanya mengandalkan tim suksesnya secara penuh ketika mengupload video pidato dan kampanye lewat YouTube, tapi sebagian diupload oleh para pemilihnya dengan sukarela. Inilah keindahan user-generated content. Influence tactics ala Web 2.0 ini saya yakin bisa dimanfaatkan oleh aktifis pergerakan mahasiswa, sehingga berbagai opini yang kita keluarkan akan lebih bergema, lebih luas dipahami masyarakat, dan wacana ini akan banyak dinikmati mahasiswa lain karena mahasiswa adalah pengakses Internet di Indonesia yang terbesar. Ingat menurut InternetWorldStats.com pengguna Internet di Indonesia mencapai 20 juta, dan menurut APJII bahkan 28 juta. Pengguna Internet di Indonesia bahkan lebih banyak daripada Spanyol atau negara tetangga kita yang ada di Asia. Tidak ada oplah media massa di Indonesia yang melebih angka 20 atau 28 juta, kecuali TV tentunya yang menurut berbagai data mencapai angka 40 juta.
Kalau boleh saya gambarkan, pergerakan mahasiswa generasi kedua alias 2.0 saya pikir akan seperti gambar di bawah.
-
Tebar Keshalehan Sosial dan Kreatifitas Maya. Ini adalah sumbangan besar mahasiswa plus sebagai solusi nyata untuk masyarakat. Efek langsungnya mungkin ke pengguna Internet, tapi efek tidak langsungnya bisa ke masyarakat yang bahkan tidak mengenal Internet. Misalnya, download materi IlmuKomputer.Com mungkin hanya bisa dilakukan oleh pengguna Internet. Tapi ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh dosen dan guru untuk mengajar anak didik yang berada di berbagai pelosok tanak air.
-
Lakukan Image Branding Lewat Dunia Maya. Sekali lagi dengan 20-28 juta penguna, Internet adalah media massa yang paling efisien dan efektif untuk melakukan marketing dan branding baik untuk personal maupun organisasi.
-
Webpreneurship. Arah entrepreneurship yang sudah kita pupuk sebelumnya, mungkin bisa dikembangkan ke arah technopreneurship, khususnya webpreneurship. Organisasi pergerakan mahasiswa bisa membangun lini bisnis yang memikirkan berbagai bisnis model yang menarik, dan dari sinilah operasional organisasi dibiayai. Kemandirian finansial ini adalah teladan yang baik bagi masyarakat, membuat teriakan lantang kita tentang pembebasan kemiskinan dan kemandirian bangsa menjadi bermakna. Mengemis dana dari para pejabat, mentri maupun institusi pemerintah atau swasta, sebenarnya membuat rantai ikatan yang mengakibatkan organisasi kita tidak independen lagi. Pada saat memimpin PPI Jepang, saya juga berkonsentrasi ke kerjasama bisnis dengan berbagai perusahaan penerbangan, perusahaan telepon seluler dan bahkan perusahaan elektronik yang punya pasar ke Indonesia.
-
Tebar Pengaruh Lewat Tulisan di Blog. Lanjutkan influence tactic yang sudah kita lakukan di media massa cetak, ke arah blogging di Internet. Bahkan ketika objek yang kita bidik adalah pelajar di level SMA dan kebawah, gunakan layanan social networking semacam Friendster yang pengguna di level itu sangat besar. Ingat, Indonesia pengguna Friendster nomor tiga sedunia.
-
Fokus di Core Competence. Ini yang mahasiswa kita sering lupakan. Jurusan yang kita pilih di kampus seolah-olah bagaikan bidang garapan sampingan. Jurusan computing yang kita pilih, tidak membuat kita fasih berbicara tentang statistik pornografi di Internet ketika kita beraudiensi tentang RUU Antipornografi. Jurusan ilmu kehutanan yang kita geluti, juga seolah-olah tidak bermakna karena kita malah mengkritik sisi lain, ketika berteriak lantang tentang masalah kerusakan hutan kita, penebangan hutan yang liar atau monopoli pemanfaatan hutan oleh perusahaan. Jurusan sosial politik yang kita geluti, juga kadang tidak membuat kita fasih berbicara tentang teoritika dan strategi politik atau komparasi sistem politik kita dengan negara lain. Wahai aktifis mahasiswa, konsisten di kompetensi inti adalah jalan yang luruk, bijak dan bertanggungjawab. Jangan pernah mengatakan hal yang tidak kita kuasai permasalahannya, karena itu membuat kita dan segala sesuatu yang kita sampaikan terasa hampa.
-
Leadership di Komunitas Maya. Buktikan bahwa leadership kita di dunia nyata juga terbukti di dunia maya. Bangun komunitas, pimpin pergerakan komunitas maya, sebagai penambah dukungan pergerakan kita di dunia nyata.
Terakhir, tiga pesan saya untuk para aktifis pergerakan mahasiswa.
-
Perdjoeangan yang mahasiswa lakukan adalah untuk memberi manfaat bagi rakyat. Semua itu bukan bertujuan untuk jalan kita menuju senayan (menjadi anggota DPR), jalan kita menjadi pejabat, jalan kita mendapatkan uang secara instan, atau jalan-jalan berpamrih lain yang membuat kita tidak ikhlash
-
Ucapan menjadi bermakna ketika kita juga bergerak melakukan perubahan dan memberi contoh yang nyata. Think globally but act locally.
-
Kembalikan perdjoeangan ke karakter dan kredo mahasiswa yang sebenarnya. Mahasiswa adalah akademisi, pemikir muda, intelektual muda, entrepreneur muda dan agen perubahan bangsa. Baca kembali dengan detail semua visi, misi dan kredo organisasi pergerakan mahasiswa kita, pasti selalu menyebut masalah intelektualitas, jiwa pemikir dan kekuatan akademik lain. Karena itulah akar dan dasar kita bergerak.
Tetap dalam perdjoeangan!
Memang saat ini sangat perlu mahasiswa yang nggak hanya melek sosial tapi juga melek teknologi, begitu juga sebaliknya melek teknologi & juga melek sosial.
Krisis sekarang nggak hanya bisa di suarakan lewat demo-demo jalanan, tapi juga harus dengan demo-demo karya teknologi yang solotif…
#Ikhsan: Yup setuju mas 🙂
Sekarang gerakan mahasiswa lebih mengarah kepada gerakan politik praktis yang tidak baik untuk pembelajaran. Meskipun perlu dipelajari tapi bukan sebuah tujuan utama. seperti yang dikatakan mas romi, seharusnya mahasiswa memang membangun basis kompetensi terlebih dahulu.
Terimakasih sudah mau hadir memenuhi undangan KAMMI PUSAT. banyak yang jatuh hati dipandangan pertama :)) kedepan bakalan yang banyak ngundang dari KAMMI.
tapi kata teman-teman lebih banyak cerita pribadinya…hehehe.
Think globally but act locally..:)
Setuju banget..saya kira cocok banget neh artikel dg sebuah ayat didalam alqur’an yg artinya krg lebih begini Sesungguhnya Alloh tidak akan merubah keadaan yang ada pada suatu kaum sampai mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ( Qs. Ar-Rodu : 11 )
Salam Perjuangan..(saef)
#yadi: ok sip. Sampaikan ke temen2 KAMMI, saya menceritakan hal yg saya lakukan, karena kita semua sdh muak dg teori tanpa pelaksanaan kan? Saya tdk akan berteori atau memprotes hal yg saya sendiri tdk lakukan. Aku lakukan dan aku kabarkan. Think globaly, act localy, and teach to the people … Itulah caraku hehehe
kalo memakai prinsip mas romy kayak gini, mungkin reformasi di tahun 1998 gak akan terjadi.
Abisnya gmn, nunggu mhs pinter dulu, bs nulis dulu & kudu berhasil di entrepreneur dulu br boleh demo 🙂
mantap pak romi!
setuju setuju setuju!
tapi mungkin tidak semua mahasiswa bisa begitu ya
mungkin masih terbawa romantisme 98, mengingat2 betapa gagahnya mahasiswa bisa menumbangkan rezim, dsb.
tapi sekarang eranya memang udah berubah
selain demo2 di jalan yg perlu dilakukan pada saat2 tertentu, memang perlu juga berjuang lewat kompetensi, seperti yg pak romi tulis.
ada yg bilang, jadi agent of change yg sebenarnya itu setelah lulus, saat bener2 terjun ke masyarakat. maka kalo pas di kampus lebih sering turun ke jalan dan ninggalin akademis & pengembangan kompetensi, mau ngasih apa ke masyarakat setelah lulus nanti?
makasih pak
bener2 masukan yg berharga buat para mahasiswa
Keren Ohm, wah kayaknya ini yang mesti aku kejar.
Makasih ya & terus berdjoeang.
Tulisan yang sangat perlu untuk dibaca oleh para aktivis kita.
Benar-benar sebuah masukan yang sangat luar biasa Mas Romi. Salut..
Berdjoang di dunia nyata dan dunia maya!!
setuju kalo sekarang perlu keunggulan kompetitif. siapa yang menjadi pelopor Gerakan Mahasiswa 2.0?
#Cepaxu: Ngga perlu aku turun tangan jadi mahasiswa lagi kan hehehe
Pak Romi, mohon konfirmasi pernyataan Bapak “Tidak ada oplah media massa di Indonesia yang melebih angka 20 atau 28 juta”. Menurut Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material, Dr. Ir. Marzan A. Iskandar (pernyataan tahun 2006) “Berdasarkan hasil survey dinyatakan bahwa saat ini teledensitas perangkat TV di Indonesia cukup tinggi dibandingkan media informasi lain, yaitu 55% dari seluruh jumlah keluarga di Indonesia itu memiliki TV atau terdapat 40 juta pemirsa TV, maka dapat dinyatakan bahwa media TV merupakan sarana yang paling tepat untuk digunakan sebagai distribusi dan diseminasi informasi di Indonesia.”. Kemudian dari AGB Nielsen Media Research, total populasi TV sebesar 42.645.497 individu usia 5 tahun ke atas. Jadi, TV masih menjadi media massa dengan ‘oplah’ terbesar di Indonesia. Apalagi sekarang mulai dikenalkan teknologi TV digital (http://www.depkominfo.go.id/portal/?act=detail&mod=berita_kominfo&view=1&id=BRT081008094501). Memang pengguna internet Indonesia bakalan terus tumbuh, apalagi jika proyek ‘digitalisasi’ berhasil di Kawasan Timur Indonesia.
BR,
::YDS::
#Yudha: Hmmm maksud saya sebenarnya media massa cetak, berupa koran, majalah, dsb. Tapi ini informasi yang menarik, saya tambahkan di artikel deh. Thanks mas 🙂
subhanallah… bner2 mantabz… saya juga udah lama mikir kayak gini. Saya juga pernah buat tulisan yg mirip disini: MustafaKamal.biz – Arah pergerakan mahasiswa masa depan.
makasi mas romi, dengan postingan dari mas romi pasti pendapat saya jadi bisa lebih nampol karena didukung oleh orang kompeten kayak mas romi 🙂
suatu pencerahan yang sangat baik sekali, mas romi.
jangan sampai kita berputar pada lingkaran “setan” :
mahasiswa takut dosen ; dosen takut rektor ; rektor takut dirjen ; dirjen takut menteri ; menteri takut presiden dan presiden takut mahasiswa ???
siapa takut ? 🙂
setuju pak.. saya ikut sebar2in deh page ini ke aktivis2 kampus saya…
Rom.. dulu setelah 97-an (era reformasi) aku pernah posting seperti ini, suatu oto-kritik mahasiswa. Dampaknya banyak yg ngebomb mail box ku he he eh eh he dianggap anti gerakan mahasiswa.
Dia fikir aku ndak tahu orangnya, tapi syukurlah setelah sekian tahun orang itu sudah sadar, bahwa apa yang aku tulis memang begitu adanya, bahwa mahasiswa tanpa kemampuan profesi di bidangnya mah sama aja boong, jadinya teriak doang.
….Inspirational !!! , Do the best!!, makasih Om Romi.
wah wah wah…
saya salut sama pak romi nih..
salam dari komunitas blogger bogor yang ingin mengundang bapak lewat Pak riri satria hehehehe
oto-kritik mahasiswa(minjam istilah pak IMW )coba pak test mail box pa bnyak yang ngebomb mail box nya lagi?,coba tolong di publikasikan e-mail tersebut untuk pembelajaran realita-objektif mahasiswa indonesia
saya pikir(menurut saya) kita semua ingin indonesia(khususnya) maupun dunia(umumnya)seperti berkehidupan di “surga” tanpa sebaliknya,pernah saya baca buku “ospek 1999” univ.atmajaya yogyakarta bagaimana dulu para alumni dari berbagai kampus menyataka pendapatnya: ada yang jurusan hukum, dengan alasan hukum di indonesia tidak beres, kenudian kuliah lagi mengambil jurusan ekonomi dgn alasan ekonomi indonesia amburadul sampai2 dia sendiri capek melihat perkembangan indonesia,coba saya tanya pendapat bapak mengenai “bayu geni” pro-kontrak antara presiden(gelarnya Doktor loh pak dari IPB lagi..), UMY (sampai2 rektor nya berani menundurkan diri)(koloni pro) dengan UGM ,dll(kontrak ) lebih jelas coba klik http://www.wiryanto.wordpress.com,dll..
waw! 🙂
hatur tengkyu sharingnya ^_^
sepertinya ada yang salah ketik =>
di point Fokus di Core Competence :
Jurusan computing yang kita pilih, tidak membuat kita fasih berbicara tentang “statisik” pornografi di Internet.
Statisik…? apa maksudnya statistik? atau emg bener2 statisik?
saya prnh d ksh tw sma guru kwrgnegaraan saya klo sbnrnya demo d jln tu sulit tuk slesaikan mslh n’ g enak
lbh baik bwt jnji dg orng yg kita demo
biz tu ngomong deh apa adanya dlm ruangan ber AC
klo mmngkinkan qta jg bkl dpt mknan
truz planggaran2 yg d bwt oleh psrta demo tu bnyk bgt, d antrnya mgkn pncmran nma baik n’ mrusak fasilitas umum
truz biz tu jg cpk, lpr, dll….
demo ajang narsis dowang skg mah
ndak jelas apa yg di demokan
dikit2 demo dikit2 demo mulu, bahkan tugas utama sbg mahasiswa terlewatkan gara2 demo, akirnya ndak lulus2 sibuk demo
ohmaigot inikan reformasi itu ?
Terima Kasih atas pencerahannya pak.. 🙂
sangat membara tulisannya pak….
dedi jadi malu nih, ketika 10 jam sehari di depan komputer cuma untuk maen game n buka situs2 bokep… tapi sering ngomongin para koruptor…..
doain aja dodi bisa galang temen2 kul sebanyak2nya untuk ngbloging…..
Bosan tiap hari liat demo di TV, apalagi yang dilakukan mahasiswa. Coba yah klo mereka semua pada nge-blog… Bakalan g macet jalan cuma lantaran demo-demo yang hasilnya nihil.
mahasiswa ber-demo kalau sesuai dengan tiga kalimat pembuka diskusi, ya.. sungguh naif.
mahasiswa ber-demo, pertamanya ideal(?), kedua keluar-masuk penjara, ketiga “ya” kebalikan pesan pak Romi yang ke-1 (bukan = ya).
setelah yang ketiga tercapai, ideal-nya mannaa?
Trim’s pencerahannya.
Mas, apakah setiap mahasiswa harus terperangkap dalam penggunaan software bajakan, apakaah ada encouragement dari Dosen untuk menggunakan open source dalam tugas-tugas kuliah?
#Muhammad: Bisa oleh dosen dan bisa oleh kebijakan kampus. Coba ikuti tulisanku di sini: https://romisatriawahono.net/2006/02/27/bagaimana-mahasiswa-ilmu-komputer-belajar-mengkritisi-kurikulum-dan-gaya-pendidikan-kita/
thanks mas romi. analisisnya tajam sekali… tajam ibarat pisau belati..
Alhamdulillah…
beruntung saya membaca tulisan bapak..
Dan beruntung pula saya masih diingatkan saat ini, sat saya masih berstatus mahasiswa..Insya Allah, saya akan mencoba saran-saran bapak..
Hmm… intinya konsisten. Memang susah pak untuk konsisten itu. Dan menurut saya, seringkali orang berpikir tidak perlu untuk berlaku konsisten.
Kurang lebih setuju sama :
Pergerakan 2.0 ? Wah.. sekarang sudah mulai masuk zamannya mashup pak
Pergerakan 3.0 ! ( walau pun saya gak punya gambaran gimana pergerakannya… )
Setuju Mas..
Sekarang kita butuh mahasiswa yang melek teknologi ..
Juga he he he 🙂
Perlu didasari agama yang kuat…
Seperti Mas Romi
http://trisnowlaharwetan.net
sangat menggugah pak… saya ingin segera cepat2 untuk Take Action ke Pergerakan Mahasiswa 2.0
wow, berangkat ke..PERGERAKAN MAHASISWA 2.0!!!
tapi era sekarang, nyatanya mahasiswa sudah banyak yang tertutup dengan pergerakan organisasi.
hanya pergi kekampus untuk bermain, dan pulang untuk makan.
masalahnya saya mantan mahasiswa. jadi urusannya udah gak datar lagi. 😀
yeah….yeah….yeah…. 😐
Sepakat mas Romi!
Emang kadang2 menjadi ironi, mahasiswa yg kuliahnya amburadul n penampilannya ‘acak2an’ lantang ngomong perbaikan pendidikan, ngomong berantas kemiskinan, dsb. semestinya yang diperbaiki dulu tuh mereka (mahasiswa). Konsepnya mas Romi nih, cocok tuk menu seluruh mahasiswa Indonesia!
Salam…
saya setuju sangat dengan mas romi…
Untuk beberapa tahun kedepan ini, Indonesia butuh orang-orang profesional dalam disiplin ilmunya masing-masing.
sementara itu, mahasiswa saat ini banyak yang tidak paham dengan kuliah/disiplin ilmu yang mereka pilih hari ini…
mahasiswa sekarang sibuk demo tapi miskin karya nyata. lebih baik demo dari pada kuliah, sehingga apa yang disampaikan dosen dikelas tidak dipahami dengan baik…
masa depan tidak butuh orang-orang yang cuma bisa ngomong tapi nggak berkarya sedikitpun… tidak mungkin dong jika sebagian besar mahasiswa sibuk ngurusin cita-citanya untuk menuju senayan alias menjadi anggota dewan yang terhormat…
tidak banyak aktivis mahasiswa saat ini yang menguasai disiplin ilmunya masing-masing. tapi mereka lebih “jago” ngompol alias ngomong politik, walaupu menurut hemat saya itu hanya sebatas aktualisasi diri biar gaya and dibilang cerdas oleh yang lain meskipun ia sendiri terkadang kurang paham dengan yang diucapkan…
ngomong politik tentu saja bukan sesuatu yang haram, malah cukup bagus sebagai pengmbangan intelektual, namun jika hal tersebut membuat mahasiswa tidak profesional dalam disiplin ilmunya tentu saja bangsa ini akan kehilangan sumber daya manusia dikemudian hari…
jika sebagian besar mau jadi politikus, siapa lagi yang akan membangun teknologi bangsa ini,..siapa yang akan membangun ekonominya, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya…
menjadi politikus tidak salah namun membangun bangsa ini dapat dilakukan dengan banyak cara sesuai dengan disiplin ilmu kita masing… jayalah mahasiswa indonesia…
http://tanmalaka-community.blogspot.com/
http://fisikamedis.blogspot.com/
blog yang membuat semangat kaum muda pa romi…
terima kasih..
SETUJUUUUUUUU! saya juga dulu suka demo ketika jadi ketua senat FIP UNJ di tahun 1998. Mari BERDJOEANG Bersama sesuai kapasitas dan bidangnya masing-masing.
hidup penuh perjuangan mas…
jadi mahasiswa juga harus berjuang…
jadi pengangguran juga harus berjuang…
jadi caleg juga harus berjuang…
berjuang jadi harus!
hidup untuk berjuang!
selamat berjuang!
mari berjuang bersama!
(kok kayak iklannya politisi ya?)
ass kaifa khaluq salam kenal
http://www.khamamah.blogspot.com
“Think globally, act locally” hmmh..kata2 siapa ya dulu, perasaan sering denger (pak cecep kah?)It’s really true, salah satunya kita harus lebih banyak menggunakan konten2 lokal agar bangsa kita bisa lebih maju dan produktif, tidak konsumtif.
Salam,
om Romi emang jagoanku!!hehehe,,,
oiya om Romi mau minta saran dunk, aku kan mahasiswa tingkat 3, kemampuan programming-ku buruk dan nilai2ku ga bagus2 amat, tapi aku sangat tertarik dan semangat kalo belajar tentang html, xml, php, ajax dll yang berhubungan dengan website. Tapi setelah banyak software web design kaya mambo,joomla, aku jadi minder dan merasa ga ada gunanya belajar yang kaya gini. Aku harus gimana om Romi??
semua mesti proporsional ya mas? perkataan dan perbuatan mesti selaras
Mahasiswa harus punya prinsip dalam memperjuangkan nasib bangsa. Prinsip yang saya baca di tulisan pak Romy ini menurut saya sudah cukup mendasar karena telah memperhatikan beberapa peranan mahasiswa secara terintegrasi dan bahkan telah di adjust buat kita-kita yang biasa terjun ke dunia IT.
By the way, untuk kawan-kawan yang lain, yang masih sering turun aksi ke jalan raya, jangan biarkan aroma nikmatnya pergerakan mahasiswa menjadikan kita malas untuk berkembang, enggan untuk keluar dari zona nyaman, karena saya tahu persis bagaimana menguntungkannya menjadi mahasiswa, kita bisa kemana-mana dan bertemu siapapun, dimanapun dan kapanpun itu, dengan membawa status sebagai mahasiswa. Karena rupanya bangsa ini memang telah berhutang budi kepada Mahasiswa, sebagai elemen yang membawa pembaruan dalam kehidupan bernegara Indonesia.
thanks
dosen 2.0 sudah (ditulis), (pergerakan) mahasiswa 2.0 sudah (ditulis). hm,,, nanti ada tulisan rektor/rektorat 2.0 gak yahh? hehehe…
namba dikit pak….
Mahasiswa teriak “turunkan harga BBM” tapi demonya konvoy kendaraan bermotor…