The World Is Flat: 10 Kekuatan Yang Mendatarkan Dunia
Dalam buku The World Is Flat, Friedman mengatakan bahwa dunia ini didatarkan oleh konvergensi 10 peristiwa utama yang berhubungan dengan politik, inovasi dan perusahan. Perkembangan cepat yang membuat manusia menjadi semakin sibuk, semakin dapat melihat satu dengan yang lain meskipun dalam belahan bumi yang berbeda. Melanjutkan artikel saya sebelumnya berjudul The World Is Flat: Globalisasi Versi Baru, saya coba merangkum 10 kekuatan yang menurut Friedman mendukung proses pendataran dunia.
1. ABAD BARU KREATIFITAS: KETIKA DINDING RUNTUH DAN JENDELA DIBANGUN
Runtuhnya tembok Berlin pada 9 Nopember 1989 adalah tonggak mulainya demokratisasi dan tumbuhnya kreatifitas. Tidak hanya menjadi titik tolak sejarah bersatunya jerman timur dan barat, pengaruhnya runtuhnya tembok Berlin bahkan sampai ke India. Menteri Keungan India pada saat itu yaitu Mannohan Singh mengambil inisiatif mulai membuka pintu ekonomi pada tahun 1991, melepaskan manajemen gaya sosialis yang hampir saja membangkrutkan India, meningkatkan cadangan devisa yang sebelumnya hanya $1 juta menjadi $118 miliar, dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dari hanya 3% menjadi lebih dari 7%. Di Eropa sendiri runtuhnya tembok berlin juga membuka jalan terbentuknya Uni Eropa, ekspansi 15 negara menjadi 25 negara, dan munculnya mata uang bersama bernama Euro.
6 bulan setelah runtuhnya tembok berlin, Microsoft Windows 3.0 muncul dengan fitur yang lebih mudah digunakan. Meskipun tentu saja Bill Gates harus mengucapkan terima kasih kepada para pesaingnya yaitu Steve Jobs yang lebih dulu mempelopori komputer rumah bernama Apple II tahun 1977, juga IBM yang membuka standar Personal Computer (PC) sehingga bisa dikembangkan oleh siapapun di dunia seperti sekarang ini. Beberapa kreatifitas lain yang luput dicatat oleh Friedman adalah di tahun yang sama Linus Torvald membangun kernel Linux generasi pertama, yang tidak diduga oleh pembuatnya sendiri Linux menjadi sistem operasi modern dan saingan terbesar Microsoft di era kini.
2. ZAMAN KONEKTIFITAS: KETIKA WWW MENDUNIA
World Wide Web (WWW) atau kemudian disebut Web mengubah Internet menjadi dunia maya ajaib. Dengan Web orang bisa menempatkan karya digitalnya untuk diakses siapapun, memanggil dokumen yang tersimpan di server dan menayangkannya di layar komputer dengan cara yang sangat mudah. Tim Berners-Lee sang pencipta WWW telah ikut serta dalam proses mendatarkan dunia. Dalam thesis PhDnya Tim Berners-Lee meneruskan pekerjaan Vint Cerf dan Bob Kahn yang lebih dulu mengembangkan Internet. Web adalah ruang informasi maya, kalau di Internet banyak komputer, maka di Web ada banyak dokumen, suara, video, dan berbagai informasi lain. Tidak salah kalau majalah Times edisi 14 Juni 1999 menempatkan Tim Berners-Lee sebagai salah satu dari 100 orang yang paling berpengaruh di abad ke-20. Tim Berners-Lee berjuang untuk tetap membuat WWW terbuka, tanpa hak milik dan gratis. Dia juga yang mempopulerkan kode hypertext yang mudah dipelajari (HTML), merancang skema pemberian alamat (URL), mendesain aturan-aturan di Web yang kemudian menjadi HTTP (Hyper Text Transfer Protocol).
Apa yang dipikirkan Tim Berners-Lee tentu tidak akan menjadi booming tanpa peran Jim Clark dan Marc Andreessen yang membuat browser bernama Mosaic dan kemudian berubah menjadi Netscape. Go public-nya Netscape di jaman kepemimpinan Jim Barksdale sebagai CEO tahun 1994 membuka lembaran baru adanya gelembung (bubble) yang menarik banyak modal baru ke dalam bisnis Internet. Global Crossing termasuk perusahaan yang kecipratan gelembung, karena mendapat kepercayaan dan investasi dari hampir seluruh perusahaan telekomunikasi untuk memasang jaringan kabel serat optik di seluruh dunia. Netscape dan Global Crossing tidak ikut serta dalam bisnis dotcom, tapi mereka justru pioner yang menyuburkan bisnis dotcom (termasuk eBay, Amazon dan Google). Kenyataan sejarah berkata lain, akhirnya Global Crossing bangkrut dengan hutang $12,4 miliar karena terlalu banyak jaringan serat optik yang dibangun padahal kebutuhan traffic bisnis tidak sebesar itu. Netscape juga harus gulung tikar dibeli oleh AOL. Bill Gates mengibaratkan fenomena ini dengan bisnis Internet itu seperti bisnis emas, kadang lebih banyak uang dihasilkan dari penjualan Levis, cangkul, sekop, dan kamar hotel kepada para penambang daripada yang didapat dari menambang emas itu sendiri.
3. REFORMASI ALUR KERJA DAN PERANGKAT LUNAKNYA
Pengaruh era konektifitas dengan adanya Internet dan Web membuka kemungkinan perubahan alur kerja secara signifikan. Scott Hyten adalah CEO Wild Brain, perusahaan animasi besar di San Fransisco yang telah membuat film dan kartun untuk Disney. Scott menceritakan bagaimana dia memproduksi sebuah film dengan alur kerja dunia datar. Unit rekaman berlokasi di dekat para artis, biasanya di New York atau LA. Desain dan penyutradaraan dilakukan di San Fransico. Para penulis mengirim naskahnya dari masing-masing rumah mereka (Florida, London, New York, Chicago dan LA). Animasi tokoh-tokohnya dilakukan di Bangalore dan editing dilakukan di San Fransico. Alur alam kerjanya disebut Scott dengan gaya “sepakbola” yang sangat efisien, sehingga 8 tim di Bangalore bisa bekerja secara paralel dengan 8 penulis, meskipun harus melibatkan 50 artis dalam produksinya.
Semua pekerjaan diatas dapat terlaksana karena adanya perangkat lunak alur kerja yang baik. Diatas jaringan serat optik kecepatan tinggi, dukungan teknologi Internet dan protokolnya, dari HTTP, SMTP, POP, SNMP, HTML, XML, SOAP, AJAX, dan juga kemudahan pembayaran elektronik dengan payment gateway semacam PayPal, perusahaan semacam SalesForce.Com menawarkan solusi dan perangkat lunak alur kerja yang bisa memecahkan masalah dan memberi solusi efektif bisnis anda.
Untuk sementara itu dulu, “Lho kok cuman 3, katanya ada 10?”. Ya biar seru dan ditunggu tunggu, saya lanjutkan di artikel berikutnya π
Hampir-hampir mirip dengan konsep OO yang menganut atomicity dan transparancy ya kang romy?
CMIIW
jadi penasaran dengan 7 yang lain. Suwun atas sharingnya.. jadi bisa nunda tuk beli bukunya π
Sedikit pelajaran bahasa:
1. ‘Flat’ itu terjemahannya ‘rata’. ‘Datar’ bahasa Inggrisnya ‘level’.
2. Akhiran ‘-ivity’ diterjemahkan ‘-ivitas’ eg. aktivitas bukan aktifitas
Ini memang buku yang belum jadi saya peroleh dan baca, kecuali reviewnya. Ide dasarnya tentu sudah dimaklumi, tetapi ramifikasinya itu barangkali yang lebih menarik. Dari uraian bung Romi, membaca buku Friedman semakin terasa perlu. Yang paling mengesankan justru simplifikasi grafisnya di atas—rame…ha ha ha…. Nice review, salam, Anwar.
Friedman terlalu terburu-buru menyimpulan globalisasi yang dia tidak mengerti. Terlalu keasikan di India kayaknya.
The world justru is not flat. Walaupun ada internet, ada information super high way orang sekarang kembali ke kenyataan bahwa kondisi geografis membatasi interaksi antar manusia dan bagaimana kedekatan lokasi masih sangat memegang peranan penting.
Karena itu silicon valley, berjaya terus sila googling dengan keyword “the world is not flat”
Sepertinya ini merupakan suatu cerita awal globalisasi yang memang memberikan dampak yang luar biasa dan tidak terduga. Tetapi bersamaan dengan itu muncul beberapa permasalahan besar dan mendasar lain yang tidak terduga. Suatu ketika saya pernah membaca artikel mengenai glokalisasi, mungkin artikel ini serupa dengan maksud ‘the world is not flat’, yang telah menjadi bahan kajian penting di UNU (united nations university).
# Arki: Dekat kali yah π
# Cak Bud: Belilah, nanti review bareng-bareng π
# Probo: Hmm mana yang benar yah π Tim penerjemah dan editor Dian Rakyat menggunakan kata “datar”. Termasuk juga Faisal Basri yang memberi pengantar di buku tersebut. Saya sih ngikut jumhur saja deh, bukan ahli bahasa sebab π
# Agusti Anwar: thanks π
# Enda: Proses pendataran Dunia (globalisasi ver 3.0) dia sebut baru mulai 6-7 tahun (tahun 2000). Kita juga masih belum tahu apakah Silicon Valley akan terus berjaya untuk puluhan tahun ke depan. Atau malah yang terjadi adalah pendataran dari Silicon Valey ke Silicon Valey, karena Bangalore yang diceritakan Friedman adalah Silicon Valeynya India :)Friedman tidak hanya ke India, tapi juga ke China (ini tema offshoring), Jepang, bahkan juga mengamati sistem supplay chain di negerinya sendiri. Saya melihat di sisi ide, yang dikatakan Friedman menarik. Masalah benar dan tidak, kajian ilmu sosial kadang agak sedikit berbeda dipahaminya, terutama apabila dibandingkan dengan ilmu pasti yang relatif mudah prove untuk kepastiannya.
wow, mberi kuliah nih ceritanya pak..
Heheh nggak kok mas dino, cuman diskusi saja. Kolom komentar kan untuk diskusi. Thanks semua yang sudah ngasih komentar. Termasuk om Enda, bapak blogger Indonesia yang masih menyediakan waktu untuk mampir ke pondok saya π
weleh…. ditulis juga nih the world is flatnya … kalo kata pak romi sendiri main contens-nya buku itu apa ya pak ?
# davit: main contentnya? bagaimana mendatarnya dunia π
Halah.. nanggung nih nulisnya Om..
*nunggu kelanjutannya*
# Abe: Sabar, sudah ada kok, tinggal posting π menunggu timing yang tepat …heheheh
Om, ROM (Read Only Memory) π
Bener itu om :
Friedman terlalu terburu-buru menyimpulan globalisasi yang dia tidak mengerti. Terlalu keasikan di India kayaknya.
Kalau aku sih berpikiran si Friedman ini mendapat dukungan dr perusahaan TV Flat ( semisalnya samsuang yang akhir2 ini penjualan TV flat turun drastis) π
Just Kidding om,
# Paul: Yang pasti Friedman lebih logic daripada primbon.com π
Ditunggu yang tujuh lagi…..tapi seneng ketemu Mas Romi lagi…meski tidak lagi di LIPI pas aku ikut cysco tahun 2004 yang bikin mumett………
lagi baca bukunya juga, nyicil dikit2, entah kapan selesainya π
terlepas dr benar tidak nya si Friedman, yang jelas buku itu membuka mata tentang apa yang sedang terjadi saat ini
dan jadi miris kalau memikirkan bangsa kita semakin tertinggal saja, hiks …
jadi apa yang bisa kita lakukan :)?
Yang 7 lagi aoa nih Mas..
Masih nungguin neeh..
:p
Salam kepada peneraju dan peminat ruang ini.
Sudahkah saudara-saudara membaca buku berjudul “Dinamika Bangsa Melayu Menonggah Arus Globalisasi” (2004) terbitan Universiti Kebangsaan Malaysia?
Dapatlah kiranya menghubungi telefon 6 03 89215321 (kantor jualan buku-buku penerbitan UKM).
Terima kasih.
Ngomong-ngomong Salesforce.com, mereka benar-benar tidak asal ngomong. Saya hanya seorang mahasiswa yang sedang mencoba demo produk mereka (dengan register dulu tentunya). Besoknya saya langsung ditelpon dari Singapore! Saya katakan dengan berat hati bahwa saya hanya sekedar riset kecil-kecilan. Dia pun mengerti dan langsung memberikan nomor kontak jika saya tertarik. Astaga. Saya merasa sangat dihargai.
Ketika baca buku “The World Is Flat”, saya mengamati diri sendiri, dan ternyata pada saat ini, saya mengenakan pakaian, celana, parfum, sepatu, sabuk, dan dompet dari merk dan produk dari negara yang berbeda hehehe…
Dan benar ternyata, “Dunia sudah semakin datar!”
sepertinya pemikiran jadul.. kuno.. jaman dulu.. yang mengatakan dunia ini datar memang terbukti (secara virtual), meskipun dengan dunia secara fisik itu bulat..
efeknya untuk indonesia.. bisa positif, bisa pula negatif..
*menunggu komunitas ASEAN bersatu*
Dalam dunia olahraga pun,dunia sudah sangat “datar”. Lihat saja susunan pemain timnas Swedia, disana ada nama yang “berbau” bosnia. contoh lain Tim Uber Jerman, ada pemain dari RRC disana. Emang dunia sudah datar…………..
ya jg ya kaleeeeeee
assalamualaikum maas Romi,…
pada waktu saya mengikuti workshop , salah satu pembicara menyarankan untuk membaca bukunya Friedmen ini. The World is flat. tetapi yang masih sangat memprihatinkan bagi saya saat ini adalah ditengah era dunia datar ini yang pendukung utamanya adalah sarana ICT dan SDM yang memadai, ternyata di daerah daerah kalo mas Romi mau melihat masih jauh dari harapan kita. sehingga terbayang dibenak saya bahwa dunia memeng telah datar semua negara maju berada di permukaannya,..tetapi Indonesia ada di bagian bawah dari dunia itu dan masih melengkun jauh, bagaikan bola yang di belah. hanya beberapa orang yang mampu menembus dan muncul ke permukaan dunia datarnya.
Salam kenal bung Romi, baca artikel anda berikut komentarnya buat saya jadi pengin ikut memberi masukan dan pertanyaan. tulisan Freidman dalam The World Is Flat menurut saya adalah tulisan yang memancing kita sebagai masyarakat yang perduli dengan perkembangan dan perubahan teknologi ke Media Baru adalah untuk memqancing para masyarakat untuk siap dengan Globalisasi, nah tentunya pertanyaan besarnuya adalah Korvergensi apa yang telah ada Indonesia dan bagaimana Signifikansi dari adanya Korvergensi ini, ok tanggapan rekan-rekan atau Bung Romi sendiri bagaimana?… thx
Friedman mau berpikir berbeda,diffrensiasi, buktinya bukunya jadi best seller dan paling banyak dibicarakan.judul berikutnya kira2 “The World is Line”.salut dech
ruarr biasa…salut M E R D E K A
saya jadi tertarik beli bukunya π
Buku yang inspiring… Salam!
jadi pengen beli..
Yang tujuh lagi apa mas?
Thanks atas infonya mas Romi.Mudah-mudahan ada artikel yang bermanfaat bagi kami semua.