PNS Tidak Cocok Untuk …
Menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), bagi sebagian orang Indonesia adalah sebuah dambaan, meskipun bagi sebagian lagi yang lain mungkin keengganan. Menjadi dambaan banyak orang sehingga antrean pengambil formulir pendaftaran CPNS selalu membludak setiap tahun. Orang merelakan apapun yang dia miliki untuk menjadi seorang PNS, baik uang puluhan juta rupiah, harga diri, dsb. Meskipun sudah ada upaya dari pemerintah untuk memperbaiki masalah rekrutmen PNS, baik melalui hukuman dan perbaikan sistem, tapi tetap saja masalah sogok, suap, atau apalah namanya adalah fakta yang terjadi di masyarakat.
Alhamdulillah saya tidak perlu melewati itu semua, karena kebetulan saya menjadi PNS bukan lewat jalur penerimaan biasa, tapi lewat beasiswa sekolah luar negeri dalam program STAID (sebelumnya bernama OFP dan STMDP) yang diinisiasi pak Habibie. Well, meskipun saya tidak pernah bercita-cita menjadi PNS, saya harus ikhlas melaksanakan perjanjian yang dulu saya buat sebelum berangkat ke Jepang. Dan secara dewasa saya harus mengakui bahwa ini adalah jalur jalan kehidupan saya, paling tidak sampai ikatan dinas 2n+1 saya berakhir ๐
Jujur, saat ini saya merasa fatique, penat dan bosan dengan kehidupan saya sebagai PNS. Mohon maaf bagi rekan-rekan saya sesama PNS, sekali lagi saya tidak bermasalah dengan anda semua, saya cinta anda semua dan sedang berdjoeang seperti anda-anda semua ๐ Yang saya penatkan adalah behavior, sistem dan birokrasi yang ada di dalam institusi pemerintah. Biasanya yang menentramkan saya adalah sahabat saya yang lagi nongkrong di jerman, yaitu Made Wiryana yang sering mengatakan bahwa, yang paling gampang itu memang kalau kita memilih berdjoeang di luar, bebas dan tidak terikat. Penghargaan yang besar kepada rekan-rekan yang memilih berdjoeang di dalam institusi pemerintah, membuat inovasi serta perbaikan dari dalam.
Nah saya ingin menshare suatu ide, pandangan dan referensi sebelum saudara-saudara saya tercinta di seluruh Indonesia memilih untuk menjadi PNS. Tentu yang saya sampaikan ini masih bersifat subjektif, masih hanya analisa di satu atau dua institusi pemerintah, dan perlu satu langkah diskusi, survey atau penelitian yang komprehensif sebagai upaya objetifikasi ide. Poin-poin yang saya sampaikan di bawah juga masih bisa ditambahi, dikurangi, dihapus atau bahkan diturunkan kalau muncul desakan di sana sini ๐ Mudah-mudahan ide ini bisa jadi gambaran sehingga tidak ada lagi orang yang salah jalan menempuh jalan terjal dan mendaki menjadi PNS, padahal itu sebenarnya tidak cocok untuk dirinya.
Jadi menurut saya, sekali lagi “menurut saya”, PNS tidak cocok untuk orang-orang seperti di bawah:
-
Orang yang ingin melakukan perubahan, perbaikan, membuat inovasi baru dan berharap itu akan terimplementasikan dalam waktu cepat. Perubahan, perbaikan berjalan lambat karena sistem (baik dalam konotasi baik maupun buruk ๐ ) sudah berjalan sangat lama dan turun temurun. Anda mau nekat? anak kemarin sore dan pahlawan kesiangan adalah gelar abadi anda ๐
-
Orang yang tidak suka melihat uang dan anggaran dipermainkan, diputar-putar dan dipatgulipat. Orang yang memandang bahwa permainan anggaran, permainan perencanaan kegiatan adalah kegiatan yang salah, penuh dosa dan akan mendapatkan balasan setimpal di akherat kelak. Perlu dicatat juga bahwa banyak juga “PNS lurus” yang tidak menyadari bahwa beberapa fasilitas dan honor yang diterima adalah hasil subsidi silang dari kesemrawutan anggaran dan realisasinya.
-
Orang yang tidak suka sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana atau anggaran yang jauh-jauh hari telah ditetapkan. Dalam rencana anggaran tertulis beli komputer Rp. 20 juta, ternyata harga sebenarnya hanya Rp. 5 juta, dan akhirnya sisanya dipakai untuk keperluan lain yang di luar rencana (honor, tunjangan, beras atau minyak goreng untuk karyawan).
-
Orang yang tidak tega memalak teman-temannya yang menjadi rekanan bisnis institusinya, dengan meminta kuitansi seharga Rp. 50 juta, padahal nilai pengadaan barang/jasa sebenarnya hanya seharga Rp. 25 juta. Si rekanan bisnis ini karena marginnya kecil, jadi ngemplang pajak, karena memang dia tidak menerima duwit sebesar itu. Perusahaannya bangkrut karena nggak kuat bayar pajak, akhirnya dia buat perusahaan lagi dan ngurus jadi rekanan lagi. Muter-muter terus coi … ๐
-
Anak muda yang cerdas, berwawasan dan bisa mengeluarkan dan merangkumkan ide (pendapat) yang lebih brilian dan strategis daripada eselon diatasnya (eselon 4, 3, 2, 1) atau bahkan seorang menteri. Si anak muda ini ketika bertemu dengan bos yang tidak tepat akan disebut bahwa idenya terlalu strategis dan kurang tepat dengan golongannya yang rendah dan cocok untuk permasalahan teknis ๐
-
Orang yang tidak suka dirinya dan hasil kerjanya dinilai hanya dari absensi. Atau lebih lagi bagi orang yang tidak bisa kerja kalau sebelum kerja harus njeglok mesin absensi ๐ Apa yang anda perbuat, membuat proposal setebal kamus oxford, kerja lembur sampai subuh, membuat kerjasama dengan institusi atau organisasi di luar negeri, atau mengharumkan nama institusi karena anda berprestasi di luar, semua tidak akan dipandang kalau absensi anda jeblog. Kalau anda protes, maka anda akan diminta membaca UU No 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan PP No 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Kalau perlu bacanya sambil nyungsep di laut saja mas … ๐
-
Orang yang merasa kurang apabila bekerja sehari hanya 4 jam. Karena kemungkinan anda akan datang jam 8 pagi, njeglok absen, sarapan pagi sambil ngobrol sampai jam 10. Istirahat siang jam 12, kembali ke kantor jam 13:15, dan adzan sholat ashar jam 15:15 merupakan bel pulang kantor.
-
Orang yang memiliki jiwa enterpreneur dan selalu melihat segala peluang sebagai peluang yang kemungkinan bisa menjadi bisnis. Ketika jiwa enterpreneur ini diimplementasikan di tempat yang tepat hasilnya akan positif, tetapi apabila diimplementasikan di institusi pemerintah tempat bekerja, bisa jadi sumber korupsi yang maha dahsyat dan mengerikan. Orang ini diharapkan ketika melihat berjubelnya pendaftaran PNS dan mendengar keluhan 4 juta PNS di Indonesia tentang gaji mereka yang rendah selalu berpikir untuk mempunyai perusahaan dan bisa membuka lapangan kerja baru bagi 4 juta orang di Indonesia. Mungkin posisi itu lebih tepat.
Saya yakin bahwa sebagai anak bangsa, baik posisi kita ada di dalam maupun di luar institusi pemerintah, kita ingin dan sama-sama berdjoeang membuat republik kita ini lebih baik, lebih maju, lebih sejahtera dan disegani bangsa-bangsa lain. Seperti yang sudah saya sitir diatas, kadang PNS bukanlah pelaku, tetapi sebenarnya juga menjadi korban. Masih banyak “PNS-PNS lurus” yang siap melakukan perbaikan di negeri ini. Mari kita melakukan perbaikan semampu kita, baik dengan lisan, hati maupun dengan tangan. Dan jangan lupa untuk mensyukuri segala nikmat dan keadaan yang sudah Allah berikan kepada kita.
Wallahualam bisshawab.
tapi herannya kalo penerimaan PNS, tetap aja peminatnya membludak. pertanda apa…???
lha kalo pada nggak mau jadi PNS, siapa yg mau membenahi kinerja PNS??
Thanks mas Andhi, kan sudah saya sebut di tulisan dan komentar-komenta ๐ Otokritik kadang diperlukan untuk meningkatkan kualitas individu dan institusi ๐
Saya dilahirkan dari keluarga PNS, dan embah saya kadang mendoakan cucu2nya dengan kata2 “Sekolah sing pinter, moga2 dadi pegawe”. Saya rasa semua orang berhak menjadi apa saja. Mencoba mencari apa yang dia ingin capai. Salah satunya adalah menjadi PNS (dibuktikan dengan pendaftar yang cukup banyak). Yg jelas dengan cara2 yg benar.
*Masih berpikir, mo jadi apa saya nanti*
Bagi saya menjadi PNS dalah sebuah jalan kehidupan yang harus dijalani. Gara-gara kepengen menikah dengan teman sekerja di sebuah konsultan, saya harus keluar, daripada nganggur daftar PNS, diterima alhamdulillah.
Bang romi, bukan salah menjadi seorang PNS, ternyata menjadi seorang PNS banyak juga tantangannya lho. Menurut saya sistem peninggalan dari jaman Orba yang mementingkakn ke-priyayi-an-lah yang membuat kondisi seperti yang bang romi bilang.
Saya yang baru beberapa bulan menerima SK PNS sudah banyak musuhnya neh (meskipun tidak sedikit yang mendukung). Dimana kata mereka kebiasaan saya tidak sesuai dengan budaya kerja yang selama ini terjadi. Ketika kita ingin maju maka rekan-rekan akan mengatakan bahwa kita terlalu rajin, ketika lebih suka baca buku daripada ngrumpi, dibilang kita sombong, ketika kita lebih senang browsing pengetahuan di internet dibilang kita terlalu sombong. Dimana kita rajin dibilang mau menjilat atasan. Susah bang jadi “PNS”.
Maka dari itu rekan-rekan PNS yang berjiwa “PNS” marilah kita rubah sistem yang ada menjadi lebiiiiiiiiiiiiiiiiih baiiiiiiiiik, (pinjam kalimat aa gym) dimulai dari diri kita sendiri, dimulai dari lingkungan kerja kita sendiri, insya allah semua akan mengikuti… amin…
Mas Romi…
Kenapa ya PNS begitu, aku juga ngalamin. Pengen trus jujur rasanya susah banget. Tapi Kita harus tetap JUJUR. Ini masalah LPJ dengan yang KUASA…
Hahahahaha..seep banget Mas Romi, jadi PNS tuh banyak makan ati…mending minum Teh Botol “SESRE” aje..hehehe.
Gini aja..kan viewer list ini kebanyakan PNS, gimana kalo kita buat perkumpulan/ forum/ apalah namanya yang bisa buat kita tuker pikiran, lalu Mas Romi bikinin satu website khusus “PNS LURUS” ini, jadi seluruh masukan, uneg-uneg bisa di upload kesitu, nah kita expose di media massa deh websitenya, biar Presiden bisa baca, khan selama ini kita PNS seperti “tersumbat” kalo mau ngomong….GIMANA ???
Namanya juga USAHA….Lillahi Ta’ala aja deh..semoga ini bisa jadi cikal bakal reformasi birokrasi..OK
Kalo mau ngobrol2, kirim email aja ke : rezabkd@yahoo.com
Thanks ya Mas Romi…
yang anda katakan itu adalah saya
Untuk mas Rudy,
Thanks commentnya. Dan maaf comment mas Rudy yang berisi comment mas Acwin tidak saya submit lagi karena sudah ada diatas. Silakan baca yang:
acwin said, on July 18th, 2006 at 13:16
Untuk Mr. Romi Satria Wahono (www.romisatriawahono.net)
Itu saja. Thanks.
semua kembali pada individu masing-masing
saya PNS mas, saya masih menempu pendidikan kedinasan Di jatinangor ,saya masuk pns karena niat saya ” MAU MENGABDI ” KEPADA masyarakat terutama masyrakat daerah saya yang berada di pedalaman KAB Lahat SUMSEL.saya adalah anak petani di kampung,jadi PAMONG adalah Cita-cita saya sejak kecil lewat STPDN dan ALhamdulillah cita-cita saya tersebt tercapai insyaallah saya juga akan selesai.
kenapa saya katakan MENGABDI karena NIAT saya cuman untuk itu,saya memang bercita-cita pengen jadi KAYA tapi lewat USAHA yang sudah saya rancang sejak SMP.saya punya prinsip “JANGAN MENCARI KEKAYAAN DENGAN JABATAN TAPI BERIKAN KEKAYAAN MU UNTUK JABATAN(AMANAH) ITU”.
Saya pikir Lewat PNS saya bisa lebih mengabdi kepada masyrakat kecil,
terimakasih, saya sangat tertarik dengan artikel- artike diatas,kalo niat anda ingin mengabdi buang jauh-jauh keinginan mencari kekayaan lewat PNS.kalo niat anda BAIK siap SEDERHANA atau cari solusi dengan USAHA LAIN(sampingan) dengan perencanaan yang matang.
terimakasih………..
Ikutan join pak! mo diskusi(curhat)
Saya bukan PNS dan bekerja di swasta,Kalau bekerja di instansi manapun kayaknya tergantung peminmpin or kepalanya deh, di swasta pun kalau dapat yang patgulipat kita bisa kena arus juga pak (tinggal iman kita sendiri) mo jujur apa gak, Sebenarnya pegangan kita bekerja itu modal JUJUR dan IKHLAS aja dan kita yakin Allah yang akan beri membalas dengan rejeki berlimpah, sukur2 sebagai bawahan kita mulai dari diri kita sendiri terus bisa “menyadarkan” atasan. Terima kasih kepada bapak romi yang masih concern dengan “lingkungan” Indonesia yang emang rusak, dah gelap mata kalo urusan duit. . Intinya pak, PNS is just jenis pekerjaan yang ada baik buruknya sama seperti yang lain. Semoga Allah mengampuni kita semua.
Setuju…………..!!!???
Bahwa temen – temen di komunitas ini lebih membutuhkan kita semoga “menebalkan kulit dan muka” kita untuk tetap jadi PNS
Dear Mas Romi,
Hiks, sepertinya kita senasib-sepenanggungan. Saya juga sering sedih karena institusi saya diajak maju malah maunya mundur. Saya dapat beasiswa S3 untuk sekolah diluar negeri nama pribadi, malah mau dipecat gara2 belum prajabatan kok udah mau sekolah. Padahal, pihak universitas atau negara (whatever lah), belum membayar saya satu sen pun sejak saya mulai bekerja full time 6 bulan yang lalu.
Kalau dibilang negara tidak punya anggaran untuk nggaji; jadi sedih rasanya melihat betapa staf Dikti menghambur2kan uang untuk seminar pembekalan beasiswa yang isinya nyaris nggak mutu sama sekali, dan seharusnya cukup membuat buklet saja; no more than Rp.5000 each, atau malah die-mail saja biar lebih murah lagi. Ini udah ngabisin waktu seharian, dana yang seabreg2, saya masih belum ngerti, cara ngurus bebas fiskal untuk student itu sebenarnya bagaimana ??
BTW, selamat berjuang. Semoga berhasil. GBU.
daisy
Ya begitulah Mas Romi kondisi birokrasi di negeri ini. Tapi bagaimanapun harus ada orang-orang yang mau merubah hal itu. Dari mana lagi kalau tidak dari dalam PNS sendiri. Bagaimana kita bisa menyingkirkan semua itu kalau kita ada di luar, akan lebih sulit. Kita harapkan niat temen-temen pns yang tulus dan ihklas, yang ingin merubah perilaku dan ingin memberi warna dalam birokrasi bisa berhasil. Sudah pasti akan banyak tentangan dan tantangan dari rekan sekerja sesama PNS, tapi hal itu adalah resiko. Kalau kitanya bersih Insya Alloh, kita bisa membersihkan kantor kita dari perilaku yang tidak baik.
mas romi kalo mau hatinye mo trentram abis, jgn ke made wiryana aje, inga..inga Pencipta kite, ye gak coi… ๐
sy pns mas dan yang dikatakan oleh mas romi itu betul. tapi harus diingat birokrasi itu merupakan hal yang “real” dan hidup di lingkungan kita. sehingga kita tidak hanya “mencela” tapi juga harus memberika solusi bagaimana merubah itu semua. Saya juga sering termenung mengapa karakteristik birokrasi di kita seperti itu, apa yg harus saya perbuat. sy merasa ibaratnya harus berhadapan sesuatu yang begitu “kokoh” sulit untuk dirubah. Disinilah peran masyarakat termasuk kita semua untuk turut merubah tatanan birokrasi. salah satu misalnya tidak sekali-kali kasuk-kasuk untuk menyogok ketika tes cpns, atau untuk rekanan / pihak ketiga yang ikut lelang janganlah membuka celah dengan menawarkan sejumlah fee agar menang.tender/lelang dan untuk masyarakt luas cobalah berani untuk tidak memberika uang lelah/tip serta berani untuk mengkritik pelayanan pemerintah.
Heubat bener topik ini ya, dibahas sampe berbulan-bulan. Saya kasih komentar pendek aja : buat mas Romi, apa Anda itu konsultan di brainmatics? dan perush ini adalah penyedia jasa konsultan TI ke pemerintah? krn klo gak salah salah satu portofolio brainmatics adalah SIPANTAU (Sistem Informasi Evaluasi dan Pemantauan) di DInas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Tengah.
Kalo memang bener demikian ya apa bedanya dengan PNS yg Anda sebut di artikel anda itu. Jelas2 di Keppres 80/2003 itu disebut kalo perusah konsultan itu nggak boleh memperkerjakan PNS konsultan
Maaf, klo postingan yang telat ini mengganggu.
Salam,
Koncodhewe.
Diskusi yang sangat menarik, Pak Romi.
Memang sudah sangat lama sekali, namun rasanya koq tetap selalu hangat ya.
Disini saya hanya sebagai orang yang sangat awam, dan mungkin yang ilmu dan pengalamannya paling rendah di forum ini. Walau demikian, saya ingin menyampaikan pendapat saya di forum yang sangat baik ini. Disini saya berpendapat dengan mendasarkan pemikiran saya sebagai seorang muslim biasa.
Saya keinginan untuk menjadi seorang pengajar ( dosen ) di perguruan tinggi. Nah, dalam hal ini saya ingin masuk kembali ke PT tempat dimana saya menimba ilmu. Bukan karena apa-apa, saya punya minat untuk mengajar. Itu saja.
Kebanyakan orang yang saya temui di sekitar lingkungan saya, pola berpikirnya terbalik dari pola pikir saya. Kebanyakan berpikir saya ingin menjadi PNS untuk menjadi dosen. Tapi pemikiran saya sebenarnya kebalikannya, yaitu ingin menjadi dosen tetap disini, yang implikasinya, saya harus masuk melalui PNS. Jadi yang lebih saya utamakan adalah menjadi tenaga pengajarnya ( dosen ), dan bukan menjadi PNS-nya. Kalo memang bisa diterima sebagai PNS, tentu saya akan sangat bersyukur sekali. Logikanya, jika saya mengejar sebagai PNS, belum tentu saya masuk sebagai dosen, tetapi, jika saya bisa masuk sebagai dosen ( di PTN ), maka saya akan menjadi PNS.
Nah, kalau sudah begini, kenapa saya hanya mengejar di PT negeri saja. Kebetulan sekali, saya lulus dari sebuah perguruan tinggi. Sebagai alumni, saya ingin turut berperan serta untuk memajukan almamater saya ( walau mungkin saya cuma anak kemarin sore, meminjam istilah Pak Romi ), tapi hal itu tidak menjadikan halangan bagi saya untuk tetap meraih cita-cita saya dan keinginan saya untuk turut memberikan sumbangsih kepada almamater serta bangsa dan negara kita, sesuai kemampuan yang saya miliki, walaupun sumbangsih dari saya itu, sangat kecil. Hal itu sudah sangat membuat diri saya senang, bahagia, dan tenteram.
Saya sangat sadar dan paham akan keadaan jika kita masuk sebagai PNS. Pak Romi dan bapak-bapak yang lain, yang lebih dulu bergabung di forum ini, telah menjelaskan dengan gaya mereka masing-masing. Bagi warga masyarakat kecil seperti saya, pemikiran saya cukup sederhana :
1. Saya ingin bekerja untuk mencari ridha Allah SWT. Bekerja yang nyaman adalah di tempat dimana kita bisa merasa nyaman di dalamnya dan kita mencintai tempat tersebut.
2. Pak Romi menulis :
“Orang yang tidak suka melihat uang dan anggaran dipermainkan, diputar-putar dan dipatgulipat. Orang yang memandang bahwa permainan anggaran, permainan perencanaan kegiatan adalah kegiatan yang salah, penuh dosa dan akan mendapatkan balasan setimpal di akherat kelak. Perlu dicatat juga bahwa banyak juga รยขรขโยฌยPNS lurusรยขรขโยฌย yang tidak menyadari bahwa beberapa fasilitas dan honor yang diterima adalah hasil subsidi silang dari kesemrawutan anggaran dan realisasinya.”
Sangat mungkin saya akan mengalaminya, jika saya masuk sebagai PNS. Dalam hal ini untuk mengatasinya, saya tidak berpikir jauh-jauh, harta akan saya zakatkan sesuai nisabnya. Bukankah dikatakan dalam agama Islam, zakat digunakan untuk membersihkan harta kita. Saya yakin, walau tak jadi PNS, jika tidak akan bisa memastikan, uang yang kita peroleh benar-benar bebas dari hasil permainan. Itulah, maka agama saya ( Islam ) mengajarkan umatnya untuk berzakat.
3. Kalau dikatakan orang lebih senang mendaftar sebagai PNS dengan berbagai fasilitas “keamanan” nya, say akurang setuju. Semua pekerjaan yang ada di dunia ini tidak ada yang benar-benar 100% free resiko. bahkan tukang lap meja pun menghadapi resiko, jika di meja tersebut ada gelas kesayangan juragan, resikonya kita bisa memecahkan ( tanpa sengaja ) gelas tersebut,dam juragan akan memecat kita. Bukankah hal itu juga mungkin terjadi.
4. Kalaupun saya masuk sebagai PNS, pemikiran saya akan dibelenggu, disepelekan, dan lain sebagainya, saya rasa hal itu juga sangat mungkin terjadi di lapangan kerja non-PNS. Lha wong sama-sama kerja dengan manusia. Walau pemikiran kita dibelenggu, atau apapun lah, saya yakin kita tidak terbelenggu 100%. Ide dan ruhani kita tidak bisa dinalar secara fisik, yang apabila dibelenggu, ya berarti nggak bisa kemana-mana lagi. Dengan berbagai cara ( yang tentunya halal ), saya yakin, kita tetap akan bisa menyampaikan ide dan pemikiran itu tersebut. Jika ada yang mengatakan pemikiran kita dibelenggu, saya mengusulkan untuk diubah, pemikiran kita perlu dipertunjukkan, untuk menunjukkan eksistensi dan bukti pemikiran kita.
5. Jika kita menghadapi resiko berada di tempat kerja sebagai PNS, dimana di tempat ini mungkin banyak terjadi ( maaf ), praktik-praktik menyimpang, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Orang banyak berkata, jaman sekarang jaman edan. Tapi bukan lantas kita ikut-ikutan edan. Kita berusaha untuk tetap beradaptasi dengan lingkungan edan tersebut tapi tidak lantas mengikutinya. Saya ingat ajaran topo ngeli-nya Sunan Kalijaga, bukan berarti beliau ikut-ikutan pola kehidupan masyarakat Jawa waktu itu, tetapi beliau ( Sunan Kalijaga ), saat itu menggunakan pola kehidupan masyarakat Jawa saat itu untuk menyiarkan agama Islam. Usaha beliau ini terbukti berhasil. Dari sini, saya tidak berpikir sebagai seorang jagoan yang bisa seorang merubah orang satu kantor untuk jadi baik, paling tidak kita bisa membentengi diri, dan tetap bergaul dengan baik dengan mereka. Istilahnya tetap menjaga hablum minan naas, tetapi hamblum minallaah tetap wajib dijalankan sebaik-baiknya ( karena kita adalah hamba-Nya ).
6. Jika ada yang berpikiran untuk tidak menjadi PNS, maka saya memandang hal ini sebagai suatu pola pembentukan keseimbangan dalam hidup. Jadi ya sah-sah saja. Lha kalo semua pada mau jadi PNS, siapa yang akan jadi pegawai multicompany? Siapa yang akan jadi wiraswastawan? Begitu pula sebaliknya. Betul kan?
7. Ada yang mengatakan, banyak orang berkeinginan adi PNS karena warisan pemikiran feodal. Kita tidak bisa memukul rata keadaan tersebut. Kalau saya pribadi, menjadi PNS ( nantinya ), adalah sebuah mekanisme yang harus saya ikuti yang diakibatkan oleh cita-cita saya untuk menjadi dosen di PTN. Mungkin bagi saudara-saudara saya yang lain, menjadi PNS bisa jadi dikarenakan karena panggilan hati mengabdi sebagai tenaga medis di lingkungan khusus ( lihat pengertian lingkungan khusus di UU Guru dan Dosen ), lantas diangkat jadi PNS, atau ada yang ingin mengabdikan dirinya sebagai pemandu perjalanan kapal, lantas diangkat jadi PNS karena kedudukannya sebagai pengarah kapal di mercusuar. Tidak semuanya berpikiran jadi PNS dulu agar bisa bekerja dengan santai. Kita semua tentu sadar, apa yang kita peroleh berbanding lurus dengan apa yang kita usahakan.
8. Tentang gaji, saya punya pemikiran bahwa saya ingin menjadi orang yang cukup. Dengan gaji berapapun, jika kita merasa cukup, maka kita akan bersyukur ( semoga saya bisa ). Lha kalo gajinya tetap, kebutuhan terus melambung? Apa itu dikatakan cukup? Dosen saya pernah memberitahun jawabnya, “Tinggal kita mengubah gaya hidup untuk menyesuaikan”.
9. Terakhir, apa sih definisi kerja ( dalam pengertian sehari-hari di masyarakat )?
Ada yang berpendapat, mencari nafkah.
Ada yang berpendapat, berkarir di suatu perusahaan, instansi, atau lembaga.
Ada yang berpendapat, melakukan usaha ( ini biasanya orang Fisika, hehe, cuma bercanda )
Ada yang berpendapat, melakukan pekerjaan untuk mmeperoleh uang dengan tujuan menghidupi diri dan keluarga kita.
Dan pendapat-pendapat lainnnya.
Kalo saya mempunyai pendapat lain….
Bekerja adalah beribadah dan berusaha untuk dapat melayani orang lain sesuai kapasitas kita saat itu dengan sebaik-baiknya.
Cita-cita tambahan saya, insya Allah, saya berharap, bisa menjadi salah satu PNS lurus ( jika saya diterima ), sampai tuntas tugas saya sebagai PNS kelak.
Silakan kembali direnungkan.
Untuk Pak Romi, bapak-bapak, serta ibu-ibu yang telah memberikan komentarnya dalam forum ini, saya mengucapkan terima kasih. Pemikiran saya menjadi semakin terbuka setelah membaca forum ini.
Pak Romi, mohon maaf apabila post saya mengalami duplikasi.
Alhamdulillah meski saya bekerja dilingkungan swasta dan professional, saya sempat juga diberikan sebuah pengalaman (yang bergelimang uang namun nurani ini menangis) bergelut dengan orang2 PNS khususnya DEPDIKNAS. Kalau menurut saya siy cuma satu hal aja :
“100 % Pekerjaan di Institusi2 Pemerintah sekarang sebenarnya dapat dikerjakan oleh 10 % dari jumlah pegawainya sekarang.”
Doa saya untuk Institusi-Institusi Pemerintahan di Republik Indonesia :
“Semoga Allah SWT memperkenankan Ampunan Terbesarnya untuk semua Institusi Pemerintahan RI”
Untuk para PNS :
Silahkan Anda makan uang rakyat di berbagai celah bisnis, tapi tolong jangan makan yang untuk keperluan PENDIDIKAN,
Ada yang bilang :
“Tapi masih banyak yang mau jadi PNS, pertanda apa?”
>> Pertanda bahwa NKRI masih jauh dari kemajuan.
“Tergantung Individunya”
>> Wong KEJAHATAN MASSAL kok bicara individu? Piye toh?!
Mas Romi dari namanya aja “Satria Wahono” – jadi Mas Romi sebagai wahana bagi para ksatria yang berjuang…Ayo!
hikssssss…
apa yang mas romi gambarkan benar-benar saya alami, hanya kuat 1 tahun sebagai calon pegawai sebuah bumn semi swasta akhirnya saya nyerah…
gimana tidak…
-pengalaman kerja selama 8 tahun harus di-reset…huhuhuhu…
-ritme kerja nyantai banget…so jam kerja tubuh mesti ikut di-reset juga…huhuhuhu…
-serasa kerja sendiri, karena mayoritas merasa sudah nyaman dengan keadaan sistem yang ada…nggak ada inovasi gitu lho..bingung sendiri…
semua mungkin berawal dari gaji..jujur aja..saya sendiri pernah disertakan untuk perjalanan dinas yang sebenarnya tidak terlalu perlu…mayan juga sih uang perjalanan dinasnya…mayan dalam arti kasar, bisa nambah buat makan yang layak…huhuhuhuhuhu….
kok jadi curhat yaaa…
mudah-mudahan bumn semi swasta tersebut sekarang sudah lebih baik….aminnn
mas romi yg terhormat,
menarik sekali apa yg anda kemukakan diatas, sy pribadi mengalami sendiri hal tersebut. dimana bekerja didunia birokrasi dan terbentur dengan sistem yg sudah lama sekali terkooptasi dengan budaya suap, korupsi, skandal dan lain sebagainya merupakan hal yang menjemukan dan memuakan buat saya dan mungkin saja buat sebagaian PNS lainnya.
menurut saya, kedepannya kita tidak bisa hanya berdiam diri saja melihat realita yang ada, tapi minimal walaupun kecil, apapun itu, setidak-tidaknya ada yang bisa kita perbuat untuk merubah keadaan agar negara ini bisa lebih baik lagi…
bukankah untuk merubah suatu sistem kita harus berada dalam sistem tersebut, mudah-mudahan jika diberikan kesempatan dan mempunyai otoritas..semua itu bisa terwujud.
saya kok jadi prihatin dengan keluhan temen2 PNS, terutama yang masih baru–sama seperti saya, di forum ini. bahwa budaya kerja PNS masih mengenaskan, itu saya setuju. administrasi yang acak-acakan, itu juga saya setuju. but that’s life, deal with it…
sadar atau tidak, perubahan itu sedang terjadi. di tempat saya bekerja, sudah ada mekanisme kontrol untuk mengawasi pengeluaran unit teknis. terutama yang terkait dengan pembentukan tim. kini unit kerja tidak bisa seenaknya saja bikin tim-tim yang nggak jelas dan kerjaannya sebenernya udah tercakup di tupoksi.
intinya, IT’S DOABLE!!
mungkin pelan-pelan dan sedikit-sedikit, tapi perubahan bukan sesuatu yang mustahil, teman-teman..:D
cheers,
eko widyasmoro
ps. saya jadi tersenyum dan semakin bersemangat setelah baca artikel ini dan komentar-komentarnya. Bayangkan, dengan pemikiran seperti teman-teman ini, 5-10 tahun dari sekarang akan ada lebih dari 20an kepala bagian, direktur, atau bahkan direktur jenderal yang “lurus”..hehehehe…bener-bener luar biasa..
untuk saat ini.. PNS ngga gue banget
chrees ๐
kebetulan aq juga pns
jujur aja aq nggak semangat kerja, setiap berangkat kerja maunya malas2 an, nggak ngerti kenapa………
ufff…..
tapi aq yakin kalau suatu saat ada pekerjaan yg lbh baik aq lepasin deh tu status pns.
mungkin utk yang mau dpt gaji tanpa kerja keras en cari muka d dpn atasan cocok juga.
Tapi kita harus salut sm pns yg melayani masyarakat langsung krn mereka sering juga kena cacian , hinaan masyarakat yang selalu menduga pns mata duitan.
Saya seorang PNS, saya mersa beruntung sih jadi PNS, memang kesan PNS itu KKN, tapi itu tergantung orangnya yang melaksanakan tugas, ada ato tidak ada sanksi semua berpulang ke orangnnya, saya berusaha untuk memenuhi segala tugas saya sebagai PNS, kebetulan jadi guru, saya berusaha semampu saya untuk mengajar.., saya seorang guru matematika namun saya ingin mengambil S2 , yah buat nambah ilmu supaya anak2 SMA yang saya ajar juga bisa tambah ilmunya, saya ingin S2 Komputer.., gmana yah caranya ? ada yang bisa bantu…? please kalo bisa LUar negeri…
hmmm, aku wis pernah nesu (marah). akhirnya kerja apa enaknya, ya spt di atas…PGPN-lah (pinter goblok podho nampanE)
tapi dlm hati paling dalam, gue takut bener akan pertanggungjawaban akan uang yg diterima. wah… kita dituntut jadi tauladan dlm hal ini. ๐
gue jadi kecdil hati jadi PNS, emang sih betul yang katakan mas Romi, PNS susah menelurkan ide dan prestasi karena ruwetnya birokrasi. mendingan nyambi aja. Siang jadi PNS , Malam bisnis man…
been there done that!……
i was ofp student in japan followed by s3 u.s
worked as pns for 4yrs. setelah itu aku merasa bahwa jadi pns yang
spt itu justru susah pertanggungan jawabku ke tuhan.
finally i quited. aku merasa lebih nggak berdosa meskipun 2n+1 ku
sebenarnya masih panjang
seorang kawan dalam sebuah diskusi pernah menanyakan, “kenapa institusi penelitian dan peneliti di Indonesia terasa kurang gregetnya”.
Spontan aku jawab, “karena sistem di negeri ini gak menghargai dan mengakomodir orang pintar dan kreatif”
Sistem rekrutment, penggajian, penilaian kinerja, dll… harusnya dibenahi…kalo perlu dilakukan uji kompetensi secara rutin, agar kompetensi tetap terasah dan hanya mereka yg benar-benar berkualitas yg dipertahankan.
Selamat berjuang, kawan !.
(semoga saja kita gak jadi PNS yg bergaji kecil dan ditambah berdosa banyak, sekedar atas nama pengabdian semata.. Amin)
tanggal 9 desember katanya …. adalah hari antikorupsi…..
kenapa ga berikan dukungan kepada kapeka (komisi pemberantasan korupsi) agar tetap berjuang melawan korupsi di kalangan pe-en-es….
kirimkan ke email
pengaduan@kpk.go.id
Assalamu ‘alaikum wr. wb. Bismillahi rohmani rohiim. Kullu kum ro’in, wa kullu kum mas’ulun ‘an ro’iiyyahtihi (HR Bukhori-Muslim). Kita semua tahu kan Bung Romi, bahwa setiap kita adalah leader, dan pasti akan dimintai pertanggungjawaban akan leadership kita. So, syukur masih ada straight PNSes. Jayalah Indonesia, kalau umara-nya benar-bener amanah. Sy jg PNS yg seringkali hrs “membentur dinding birokrasi institusi”. Tp karena scr DUK sy masih “cepethe”, ya sy lbh sering dianggap pahlawan kesiangan. Tp tak apalah, yg penting buat saya, al’a’malu bi niat, amar ma’ruf nahi munkar. Ayo, teman-teman PNS, luruslah sbg aparatur, fastabiqul khoirot. Tidak peduli, siapapun PNSnya. Tidak terkecuali yang masuknya lewat pintu belakang atau samping atau depan, atau pintu manapun. Tidak ada istilah terlambat untuk kembali ke jalan yang seharusnya. Lihat, betapa sulit kita mendapat status ini. Ingat akhirat, ingat ada pengawasan melekat, ada pengawasan malaikat. Ingat, “…wal akhirotu khoiru laka minal uula,…” La haula wa la quata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim. Walhamdulillahi robbil alamin. (kok kayak da’wah ya, sorry buat semua, yang penting esensinya kan, bung Romi) Wassalam, jreeeeng.
kalu begini terus mas , kapan mau maju sejajar dengan bangsa bangsa yang lain,,,,
mendingan cari kerjaan lain atau paling tidak jangan deh jadi PNS,, AMIT – AMIT
Assalamu’alaikum mas Romi,
Saya juga PNS, alhamdulillah dapat beasiswa seperti mas Romi, dan masuk pns pun tidak menggunakan suap ataupun koneksi.
Saat saya kuliah di Jepang saya belajar bahwa pemerintah betul-betul mendukung industri (sampai negaranya mendapat julukan: Japan Inc) hingga Jepang menjadi salah satu negara industri paling maju di dunia. Salah satu kunci utamanya adalah: birokrasi yg kuat, dan birokrasi disana didukung oleh orang-orang yang pintar (dari sejarah-nya birokrat adalah transformasi dari kelas samurai). Saat ini menjadi pns disana pun menjadi sebuah kebanggaan dengan status sosial yg tinggi. Sebagai orang yang belajar di negara itu sekaligus pns di indonesia, anda saya rasa sudah tahu hal itu.
Mungkin justru itulah latar belakang anda dikirim ke Jepang: untuk mengetahui rahasia kesuksesan mereka dari sisi ke-abdi negara-an anda, dan dapat meng-implementasikannya di negeri sendiri. Ditarik pelajaran dari negara tersebut, anda (dan saya) justru memiliki kans lebih besar untuk mendukung perbaikan di indonesia dari dalam birokrasi.
Karena itu saya sangat tidak setuju dengan pendapat anda bahwa kondisi-kondisi di institusi (yg buruk) diatas tidak cocok untuk orang-orang idealis seperti yang anda gambarkan. Kita sadari bahwa kondisi tersebut memang benar terjadi saat ini, tapi apa jadinya apabila orang-orang idealis tidak pantas dan mau masuk ke birokrasi (jadi pns)? korupsi akan makin merajalela, administrasi semakin amburadul, dan mungkin negara akan bangkrut dijarah oleh orang yang taunya hanya mau mengejar harta yang sudah mereka ‘tanam’ sebelumnya.
Saya mengerti bahwa mas Romi bisa juga menyumbang untuk negara lewat jalur lain, tapi menurut saya, takkan sebesar apabila mas Romi tetap menjadi pns dan syukur-syukur menjadi pejabat yang berpengaruh. Contoh mudah: menjadi ketua panitia rekruitmen pns, hingga bisa meminimalisir jumlah yang masuk menjadi pns bodong :-).
Jangan biarkan orang-orang yang berniat korupsi tetap memegang peran. Lagipula, anda telah dipilih dan amanah telah diberikan kepada anda.
Jujur, jiwa saya pribadi sering bergetar takut menghadapi ‘gelombang’ dan ‘tantangan’ bekerja sebagai pns dan pertanggunjawabannya. Tapi saya mencoba menguatkan diri, lagipula dimana-mana yang diminta adalah sejauh kemampuan kita.
Singkatnya, orang-orang idealis dan memiliki semangat untuk jujur, berjuanglah untuk menjadi PNS! banyak teman anda yang kesepian di dalam menunggu untuk bersama-sama melakukan perubahan untuk negara.
PS. oh ya hampir lupa, bagi rekan-rekan apabila anda khawatirkan ‘mereka yang kuasa’ itu, ingatlah bahwa pejabat juga pensiun :-). Jadi mau berjuang kapan lagi?
begitulah PNS …
ironis memang …
kasian negeri ini, rantai seperti itu harus diputus lalu membuat rantai sistem pemerintahan yang baru lagi.
tampaknya era reformasi yg sekarang harus direformasi lagi.
nasib… nasib!
Gimana yah mau diomongin. SEbenarnya saya juga PNS sich dan apa yang anda nyatakan memang benar. Yang terjadi ini harus ada penyelesaiannya. Tapi gimana???
Mereka adalah suatu sistem berkaitan. Jadi yang mau diperbaiki ini bukan hanya satu sisi atau bagian, tapi seluruh lingkup pemerintahan dari A sampai Z, dari teori sampai praktek, dari kajian sampai penerapan, dari atasan sampai bawahan, dll.
Dikatakan untuk memperbaiki sekarang susah, mentalnya udah terbentuk.
Diperbaiki nanti juga susah, karena sistem yang ada mengikuti yang sekarang. Heran kenapa sistem pemerintahan Indonesia harus mengikuti pimpinan.??? Pimpinan oke (jarang sich) biasanya hasilnya ok, Pimpinannya bobrok hasilnya juga bobrok. Apa tidak bisa dibuat suatu untuk membenahi sistem yang ada dengan pengawasan yang benar, jadi siapapun pimpinannya, sistem itu tetap akan terjaga dan tidak bisa dimanipulasi. Contohnya saja di China, negara Sosialis seperti itu menempatkan 1 atau 2 orang anggota partai komunis yang berkuasa saat itu di Departemen operasional dan Pejabat-pejabat tinggi terutama level direktur ke atas diangkat berdasarkan profesionalisme bukan berdasarkan politik. Jadi mereka mengetahui dengan jelas mau dibawa ka arah mana pemerintahan yang ada. KAgum juga sich. PAntas negara nya mempunyai kemajuan yang besar dari berbagai segi.
Mungkin inilah yang harus dipersiapkan dari sekarang visi perbaikan. Dan bila suatu saat ntah Mas Romi atau siapapun yang ada di atas punya peluang memperbaikinya lakukan dan gandenglah semua pihak.
Ok thanks atas atensinya.
Semoga kita bisa memberikan yang terbaik. Best to U all
Mbak Novi, saya mungkin sudah masuk ke zone dimana kemungkinan kecil untuk sampai diatas. Sudah masuk zone pengasingan soalnya …hihihi
Saya mencoba berkomentar mas romi. Tidak semua tes CPNS itu penuh dengan kecurangan. masih banyak CPNS yang lulus lewat jalan yang benar, kebetulan saya dan istri saya termasuk di dalamnya. Semua tinggal panitia penerimaannya, mau jujur apa tidak. TErima kasih mas romi, mudah-mudahan ini bisa menjadi wacana kita.
Waah… padahal saya baru mau bercita-cita jadi PNS nih…
kira-kira masuk kategori itu ndak yaaa?
๐
Lumayan untuk menaikkan spirit untuk tetap eksis jadi PNS…
Tetap optimis gitu pak ya…
http://syakriji.blogspot.com/2005/03/pns-dan-dpr.html
Walaupun kita sudah bisa berkreativitas melalui jalur swasta, tetap pemerintah (alias PNS) sangat berpengaruh. Bukannya pemerintah membantu, tapi menurutku pemerintah malah menghambat kreativitas swasta. Swasta di Indonesia siap maju, tapi kalo platformnya rapuh, tetep aja ga efektif.
Saya seorang PNS tepatnya seorang guru, saya kbtln diterima thn 2004 dgn jln biasa aja, saya merasa memang menjadi PNS santai aja tapi hasil yang didapat bisa dibilang nggak ada, waktu cuman habis untuk ngobrol ngalur ngidul, tapi klo guru masih mendingan sedikit karena harus mengajar meskipun begitu banyak juga yang bolos, tapi mau apalagi yah beginilah keadaan yang sebenarnya, semoga muncul pembaharu dari dalam maupun yang dari luar agar bangsa tidak terpuruk selamanya.Amin