Beberapa waktu yang lalu saya diundang teman-teman dari Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia untuk memberi materi seminar dengan tema solusi teknologi informasi untuk dunia perpustakaan. Kebetulan event ini dibarengkan dengan Munas ke-2 tahun 2006Â Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia tersebut. Pesertanya adalah para guru dan pustakawan pengelola perpustakaan di tingkat SD sampai SMA dan sederajad. Dunia perpustakaan semakin hari semakin berkembang dan bergerak ke depan. Perkembangan dunia perpustakaan ini didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatannya yang telah merambah ke berbagai bidang. Hingga saat ini tercatat beberapa masalah di dunia perpustakaan yang dicoba didekati dengan menggunakan teknologi informasi. Dari segi data dan dokumen yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian muncul perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog (index). Katalog mengalami metamorfosa menjadi katalog elektronik yang lebih mudah dan cepat dalam pencarian kembali koleksi yang disimpan di perpustakaan. Koleksi perpustakaan juga mulai dialihmediakan ke bentuk elektronik yang lebih tidak memakan tempat dan mudah ditemukan kembali. Ini adalah perkembangan mutakhir dari perpustakaan, yaitu dengan munculnya perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalam penelusuran informasi dan data yang lebih cepat dan mudah karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet). Di sisi lain, dari segi manajemen (teknik pengelolaan), dengan semakin kompleksnya koleksi perpustakaan, data peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi perpustakaan, saat ini muncul kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi untuk otomatisasi business process di perpustakaan. Sistem yang dikembangkan dengan pemikiran dasar bagaimana kita melakukan otomatisasi terhadap berbagai business process di perpustakaan, kemudian terkenal dengan sebutan sistem otomasi perpustakaan (library automation system). Artikel lengkap dalam format PDF:...
Migrasi Selesai, Klaim Artikel Anda !
Migrasi artikel IlmuKomputer.Com telah selesai dilakukan. Para pemigrasi artikel yang telah berdjoeang siang dan malam memigrasi lebih dari 600 artikel adalah: Slamet Riyanto, Yadi Syahid, Alex Budiyanto, Ahmad Aminudin, dan M. Chaeruddin. Thanks untuk semuanya 🙂 Tugas berikutnya adalah mencari para penulis IlmuKomputer.Com supaya mereka bersedia meluangkan waktu untuk membuat account di IlmuKomputer.Org dan mengklaim tulisan mereka. Selama tidak diklaim, atribut artikel akan mengarah ke Administrator. Ikuti prosedur klaim untuk mempermudah dan mempercepat proses klaim terhadap artikel. Saat ini tercatat ada 609 artikel yang telah dimigrasi. Penulis yang telah membuat account ada sebanyak 122 penulis, dan telah mendapatkan 51 komentar. Penulis yang sudah mengklaim artikel sebanyak 16 orang. Statistik lengkap tersedia di sini. Thanks juga untuk Abe, yang boleh dikatakan salah satu pedjoeang awal IlmuKomputer.Com, yang sudah bikin heboh masalah migrasi ini lewat blognya 😉 Sekali lagi, silakan klaim artikel anda 🙂 Terima...
IlmuKomputer.Com Goes Blog
Saya mengubah disain dan sistem di IlmuKomputer.Com menjadi model blog, dengan Content Management System (CMS) menggunakan WordPress. Intinya kita ingin supaya proses editing dan reviewing artikel oleh para editor lebih cepat. Dan artikel dari para penulis lebih cepat terpublish di IlmuKomputer.Com. Alasan lain mungkin untuk penyegaran 😉 Petunjuk pengiriman artikel, termasuk template yang harus digunakan ada di: http://www.ilmukomputer.org/prosedur-pengiriman-tulisan/ Saat ini dengan dibantu teman-teman pengurus (yadi, slamet, alex, dsb), kita sedang dalam proses migrasi artikel. Implikasi dari mekanisme ini, penulis adalah pemilik account di IlmuKomputer.Com dan otomatis penulis sendirilah yang akan mengupload file artikel. Nah untuk rekan-rekan yang sebelumnya telah menulis artikel di IlmuKomputer.Com, saya mohon membuat account di IlmuKomputer.Com dan mengklaim artikel yang ditulis. Saat ini artikel yang belum diklaim oleh penulis akan beratribut ADMINISTRATOR. Prosedur klaim artikel ada di: http://www.ilmukomputer.org/klaim/ Apabila migrasi artikel sudah selesai, nama domain IlmuKomputer.Org akan menjadi IlmuKomputer.Com. Jadi selama proses migrasi ini, mohon aktifitas penulisan, dsb mengikuti yang ada di IlmuKomputer.Org, karena toh nantinya akan kita move juga ke IlmuKomputer.Com. Demikian juga untuk distributor CD (ISO terbaru akan keluar pertengahan september 2006), saya akan reset daftarnya. Jadi untuk rekan-rekan distributor CD IlmuKomputer.Com, silakan membuat account di IlmuKomputer.Org, mengisi data-data lengkap, dan tolong kirimkan email ke romi@romisatriawahono.net, nanti akan saya link ke list distributor CD IlmuKomputer.Com yang kita...
Petunjuk yang Tidak Memberi Petunjuk
Papan petunjuk sesuai namanya adalah untuk memberi petunjuk dan informasi kepada orang lain sehingga tidak salah dalam berjalan atau bergerak. Sayangnya di Indonesia ini, banyak papan petunjuk atau papan informasi yang tidak memberi petunjuk. Kebetulan 1 September 2006 kemarin, saya terbang ke Banjarmasin karena diundang teman-teman STMIK Indonesia untuk mengisi seminar tentang Opensource di sana. Setelah check-in di Bandara Soekarno Hatta, dan seperti biasa nyari buku untuk di baca-baca 😉 , saya menuju Gate (Gate 4) sesuai dengan yang tertera di boarding pass. Sesampai di Gate 4, saya tidak menemukan nomor pesawat yang akan saya naiki (BTV 361). Iseng saya baca papan neonbox di Gate lain (Gate 3), olala … pesawat yang saya naiki ternyata tertulis di Gate 3 tersebut. Dengan penuh percaya diri saya masuk Gate 3 dan menuju meja informasi, sampai di sana ternyata saya kecele. Sang petugas dengan gagahnya mengatakan, “Pesawat ke banjarmasin silakan ke Gate 4 pak”. Saya mengatakan bahwa di papan neonbox tertulis ke Gate 3. Sekali lagi, kali ini dengan suara agak keras, sang petugas mengatakan, “Bapak ikuti saja apa yang tertulis di boarding pass, bukan di papan petunjuk!”. Whalah … 😉 Papan petunjuk buatan manusia belum tentu bisa memberi petunjuk yang benar dan malah bisa membawa kita ke kesesatan. Yang pasti, ikutilah petunjuk dari Sang Maha Pemberi Petunjuk, Sang Pencipta Alam semesta....
Kemerdekaan Teknologi
17 Agustus bagi anak bangsa memiliki arti yang sangat penting, suatu tanggal bersejarah dimana republik ini menyatakan kemerdekaan. Pernyataan merdeka mengandung makna bahwa telah bebas, bebas bukan hanya dari satu penjajah, tapi juga seluruh penjajah yang telah, sedang dan akan menjajah republik kita. Bebas memilih partner dan teman, bebas dalam bekerjasama dengan bangsa apapun di dunia ini. Meskipun secara formal republik sudah merdeka, secara informal republik ini belum bebas. Belum bebas memilih partner dan bekerjasama dengan bangsa lain. Masih banyak tekanan dan paksaan dari bangsa yang lebih kuat dari segi ekonomi, politik maupun militer yang membuat kita sulit bergerak. Ini yang sering disebut oleh para pengamat politik sebagai kita belum merdeka 😉 Kemerdekaan dalam sudut pandang teknologi memiliki konsep yang sama dengan kemerdekaan berbangsa, meskipun sedikit berbeda dalam penerapan. Kemerdekaan bagi seorang teknolog, engineer atau profesional adalah kebebasan dalam menggunakan teknologi, metodologi dan approach apapun dalam menyelesaikan masalah. Teknologi, metodologi dan approach bukanlah agama yang perlu difanatikkan, dia bukanlah sesuatu yang kekal hidup di dunia ini. Mereka itu adalah ciptaan manusia yang bisa dihapuskan, bisa diganti, dan bisa diperbaiki ketika mungkin sudah tidak efektif dan efisien dalam penyelesaian masalah. Ketika 15 tahun lalu pertama kali menggunakan PC dengan sistem operasi MS DOS dengan dosshellnya yang canggih, saya berpikir bahwa dengan menguasainya saya bisa memecahkan banyak masalah (menulis, berhitung, bermain game, dsb). Tapi tiga tahun kemudian Windows 3.1 datang dan ini memungkinkan pemecahan masalah dengan lebih baik lagi. Demikian juga tahun 1995 muncul satu sistem operasi buatan Microsoft yang lebih baik lagi yaitu Windows 95. Dan saya berpikir bahwa cukup dengan itu saya bisa melakukan banyak hal, mengerjakan laporan, berhitung, manipulasi image, dsb. Tapi lagi-lagi meleset. Masuk kampus di Saitama University, semua berbasis Unix (Sun Microsystem). Saya harus mengerjakan semua tugas dengan text editor bernama...
Smart Teacher: Guru Menulis Dapat Rp. 400.000!
Sebagai progress report dari kegiatan Smart Teacher yang sudah kita launch bulan Juni 2006, saat ini di panitia telah terkumpul puluhan tulisan dan beberapa media pembelajaran, hasil karya guru-guru di seluruh pelosok tanah air. Beberapa karya yang baik dan layak muat sudah ditampilkan di detikinet.com, khususnya di kolom Smart Teacher. Saya ingin mengajak kembali rekan-rekan guru, baik dari tingkat pendidikan TK, SD, SMP dan SMA untuk mencoba mengirimkan karya berupa tulisan atau media pembelajaran. Petunjuk pengiriman karya ada di kolom Smart Teacher di IlmuKomputer.Com. Dan bagi rekan guru yang karyanya layak dimuat di detikinet.com, akan mendapatkan hadiah sebagai berikut: Untuk karya berupa Tulisan, sebesar Rp. 400.000,- Untuk karya Media Pembelajaran, sebesar Rp. 700.000,- Mumpung karya berupa artikel dan media pembelajaran masih belum banyak masuk, kemungkinan memenangkan dua hadiah diatas besar sekali. Kami tunggu partisipasinya. Terima...
Teknik Menerima Pembayaran Lewat Internet
Banyak pertanyaan ke saya baik lewat YM maupun email tentang bagaimana cara menerima pembayaran kartu kredit di Internet. Artinya ketika kita menjual barang di Internet, bagaimana sang pembeli barang kita (customer) dapat mengirimkan pembayaran kita, baik menggunakan kartu kredit (credit card) maupun alat pembayaran yang lain. Selain bekerjasama langsung dengan Bank (acquirer) untuk bisa mencharge kartu kredit pelanggan, kita juga bisa menggunakan third party company yang memiliki layanan untuk mencharge kartu kredit. Layanan ini sering disebut dengan Payment Gateway. Saya coba rangkumkan tips dan triknya, termasuk payment gateway mana yang bisa diterapkan untuk bisnis berbasis Internet (ecommerce) di Indonesia. Teknik menarik kartu kredit langsung dari pembeli (tanpa perusahaan payment gateway) secara prinsip bisa dilakukan, tapi secara praktek sulit dilakukan. Yang pertama bahwa memerlukan biaya besar dan waktu yang lama untuk mengurus permohonan menjadi merchant di bank acquirer. Yang kedua resiko terlalu besar, baik dipihak pembeli (trust) maupun penjual (carding fraud). Jadi kesimpulannya untuk bisnis skala kecil, teknik ini tidak dianjurkan. Dengan bahasa lain, silakan gunakan payment gateway yang sesuai dengan model bisnis kita. Di dunia ini sangat banyak perusahaan payment gateway, sayangnya sedikit yang mendukung kartu kredit Indonesia, baik sebagai pembeli maupun sebagai penjual (merchant). Saya akan menjelaskan tentang beberapa Payment Gateway ini, dengan harapan bahwa para pebisnis Internet di Indonesia bisa mulai memikirkan untuk menyediakan layanan pembayaran melalui kartu kredit. PAYPAL.COM Mungkin saat ini PayPal adalah payment gateway yang paling populer di dunia. Proses registrasi cepat dan tidak perlu membuat program yang sulit untuk menghubungkan barang yang dijual ke pemrosesan paypal. Asal ada form html yang berisi nama dan harga barang (bisa generate otomatis dari PayPal), PayPal akan memproses secara otomatis termasuk menyediakan shopping cartnya. Tampilan juga bisa diatur sesuai dengan tampilan situs jualan kita. Yang menarik lagi, tidak ada biaya setup, bulanan, maintenance, sehingga costnya...
Kado Ultah LIPI dari Jusuf Kalla di Harteknas 2006
LIPI lebih terkenal dengan pandangan politik dan kritiknya terhadap pemerintah, daripada hasil penelitiannya. LIPI lebih tepat disebut Lembaga Ilmu Politik Indonesia. Itu mungkin kado spesial Jusuf Kalla (JK) untuk LIPI di peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) ke-11 di Istana Wapres, Jakarta, 10 Agustus 2006. Saya yakin kritikan JK ini akan menimbulkan sedikit prokontra di internal LIPI. Tapi bisa juga pendapat saya meleset, karena ternyata tidak terjadi prokontra, alias LIPI sudah terlalu terbiasa dengan kritikan semacam ini? 😉 Saya sendiri menganggap kritikan ini positif dan harus direnungkan bersama, khususnya untuk para peneliti LIPI yang sedang merayakan ulang tahun LIPI ke-39, dan juga secara umum untuk para peneliti di Indonesia. LIPI yang lahir 39 tahun lalu, dengan diawali lahirnya MIPI, memiliki misi dan cita-cita luhur untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat (Kepres No 128 Tahun 1967). Menarik bahwa ternyata kado ulang tahun yang diberikan JK kepada LIPI adalah mempertanyakan kembali bagaimana LIPI berperan di pemanfaatan iptek untuk masyarakat sesuai dengan fungsi pendirian LIPI di tahun 1967. Kalau mau secara komprehensif mengamati semua hasil penelitian LIPI, sebenarnya peneliti LIPI dari berbagai kedeputian sudah cukup produktif menghasilkan berbagai hasil penelitian, baik dari penelitian dasar maupun penelitian terapan. Secara kualitas sumber daya manusia (SDM), saya pikir tidak perlu dipertanyakan lagi. Kita bisa temukan berbagai produk LIPI seperti mobil marlip, wc ramah lingkungan, kecap bebas kanker, alat pelacak pencemar, dsb. Lalu mengapa kok hasil penelitian dari para peneliti LIPI ini seperti mampet, seperti selesai di publikasi dan tidak berlanjut ke tahapan yang lebih tinggi (sosialisasi, politisasi, produksi, penelitian lanjut, kerjasama industri, dsb)? Saya melihat ada beberapa permasalahan dalam dunia penelitian kita yang harus diperbaiki, baik dari segi penelitinya sendiri maupun sistem dan struktur organisasi. Tentu ini pendapat pribadi dan masih diperlukan pengujian lebih lanjut...
Gaji Profesor = Gaji Helpdesk Analyst ?
Menarik sekali membaca dan mengamati Peraturan Pemerintah dan Presiden berhubungan dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) tahun 2006. Tahun 2006 ini ada 5 Peraturan Pemerintah dan 58 Peraturan Presiden baru berkaitan dengan PNS. Peraturan Pemerintah (No: 15, 16, 17, 18, 25) kebanyakan mengatur tentang tunjangan untuk para veteran, perintis pergerakan, pensiunan dan masalah gaji ke 13. Sedangkan Peraturan Presiden (No: 1-64) berhubungan dengan gaji pokok PNS, tunjangan struktural (eselon 1-5) dan fungsional (dosen, peneliti, widyaiswara, dsb). Sebenarnya banyak terjadi perubahan pada peraturan PNS 2006 ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, khususnya tentang masalah struktur gaji dan tunjangan, meskipun secara kuantitatif jumlah kenaikan belum terlalu signifikan. Yang pertama, bahwa menurut peraturan presiden no 1 2006, ada kenaikan gaji pokok PNS sebesar Rp. 90.000-200.000 (tergantung golongan). Gaji pokok terendah adalah golongan Ia (masa kerja 0 tahun) sebesar Rp. 661.300 (sebelumnya Rp. 575.500), sedangkan gaji pokok tertinggi adalah golongan IVe (masa kerja 32 tahun) sebesar Rp. 2.070.000 (sebelumnya Rp. 1.800.000). Kemudian sedikit perubahan pada tunjangan jabatan struktural, eselon I (setingkat dirjen) menerima Rp. 4.500.000, eselon II (setingkat kepala pusat) menerima Rp. 2.500.000, eselon III (setingkat kepala bidang) menerima Rp. 900.000, dan eselon IV (setingkat kepala subbidang atau seksi) menerima Rp. 360.000. Berita menarik untuk PNS yang tidak memiliki jabatan fungsional maupun struktural, ada tunjangan baru yang disebut tunjangan umum sesuai dengan Peraturan Presiden No 12 2006, besarnya adalah Rp. 175.000-190.000 (sesuai golongan). Meskipun sering disindir sebagai tunjangan pengangguran 😉 saya pikir di satu sisi tunjangan umum ini positif untuk mengurangi kecemburuan sesama PNS. Dan alangkah lebih bijaknya apabila ini hanya diberikan untuk golongan I dan II, karena golongan III keatas sebenarnya bisa secara aktif mengurus jabatan fungsional sesuai dengan kompetensi unit kerja masing-masing. Bagaimana dengan tunjangan jabatan fungsional? Supaya gampang dipahami saya ambilkan dua jabatan fungsional saja yaitu peneliti dan dosen. Untuk peneliti, Peneliti Pertama (golongan...
Diklat Peneliti, Siapa Takut?
Bagi Pegawai Negeri Sipil(PNS) yang menginginkan masuk ke fungsional peneliti, PusbindiklatLIPI menetapkan syarat baru yaitu harus mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional peneliti. Nah pada artikel kali ini saya mencoba memberikan tips dan trik dalam mengikuti diklat fungsional peneliti tingkat pertama, berdasarkan pengalaman mengikuti Diklat Fungsional Peneliti Angkatan 26, 2-22 Juli 2006 di Graha Insan Cita, Depok. Untuk angkatan 27 dan seterusnya, diklat peneliti akan dilaksanakan di Cibinong Science Center, LIPI. Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bekal yang baik untuk rekan-rekan kandidat peneliti baik yang CPNS maupun yang pindah dari fungsional lain. Perlu diketahui bahwa dalam struktur PNS dikenal 2 jabatan, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Sesuai dengan PP No. 16 tahun 1994, ada 97 jabatan fungsional di lingkungan institusi pemerintah, diantaranya adalah peneliti, dosen, perencana, pustakawan, pranata komputer, dsb. Untuk jabatan fungsional peneliti, sesuai dengan Keputusan MENPAN KEP/128/M.PAN/9/2004 (Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya), LIPI ditunjuk sebagai instansi pembina. Sebagai implementasinya LIPI membentuk Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan (Pusbindiklat) Peneliti setingkat eselon 2 untuk mengemban tugas tersebut (Keputusan Kepala LIPI No. 3212/M/2004). Jenjang jabatan fungsional peneliti adalah, pertama, muda, madya dan utama. Kurikulum diklat fungsional peneliti tingkat pertama terdiri dari 3 mata diklat utama, dengan materi-materinya sbb: Internalisasi semangat pengabdian, yang terdiri dari pembinaan karir PNS peneliti dan etika peneliti, konsep teknologi dan pengembangan potensi individu Pengembangan pengetahuan dan keterampilan, yang terdiri dari pengantar penelitian, penelusuran informasi, usulan penelitian, rancangan penelitian, sumber dan koleksi data, pengeolahan dan analisis data, teknik dan praktek pengumpulan data lapangan, teknik penulisan ilmiah, teknk presentasi Lain-lain, yang terdiri dari dampak ekonomi penelitian, hak kekayaan intelektual, outbound, test awal dan akhir Ok, berikutnya saya akan bercerita bagaimana kehidupan diklat selama 3 minggu itu. Sebelumnya, ada beberapa tips dan trik penting supaya sukses dalam mengikuti diklat peneliti adalah: Anggap...
Menengok Arah Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi di Indonesia...
Sejak akhir tahun 2005, kebetulan saya diminta membantu Kementrian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) dalam kegiatan pembuatan buku putih penelitian dan pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia. Sebenarnya kegiatan KNRT untuk pembuatan buku putih tidak hanya dalam bidang TIK, tetapi juga beberapa bidang lain yang disebut dengan 6 bidang prioritas pembangunan Iptek 2005-2025, yang terdiri dari: Teknologi Ketahanan Pangan dan Pertanian Teknologi Energi: Energi Alternatif dan Terbarukan Teknologi Transportasi Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi Kesehatan dan Obat-Obatan Teknologi Pertahanan Dan pada tanggal 26 Juli 2006 diadakan acara penyempurnaan draft final buku putih untuk ke 6 bidang diatas, dimana Menristek (pak Kusmayanto Kadiman) dalam keynote speechnya memaparkan beberapa panduan dan filosofi kenapa buku putih harus ada. Tentu dalam tulisan ini saya tidak akan mengupas isi buku putih ke 5 bidang lain selain TIK, karena tugas saya memang hanya di buku putih TIK. Ada satu catatan menarik bahwa sedikit perdebatan hangat terjadi pada pertemuan tanggal 26 Juli 2006, khususnya tentang posisi buku putih ini sendiri. Pak Kusmayanto menyebut bahwa muara kerangka pikir buku putih berasal dari Jakstranas Iptek 2005-2009 dan Agenda Riset Nasional (ARN) . Sedangkan pemikiran rekan-rekan penyusun ARN, bahwa justru ARN yang seharusnya disusun berdasarkan Buku Putih, karena lingkup tahun buku putih yang lebih panjang yaitu 2005-2025. Well, kedua pemikiran ini berlandaskan pada dokumen yang resmi, meskipun saya sendiri kurang jelas, mana madzab yang lebih shohih 😉 Penyusunan buku putih yang lengkapnya bernama “Buku Putih Penelitian Pengembangan dan Penerapan Iptek Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi tahun 2005-2025â€, sempat tertatih-tatih dan mengalami beberapa pergantian tim nara sumber. Saya mengikuti beberapa pertemuan yang diadakan di Jakarta akhir tahun 2005 dan kemudian camp selama 2 hari di Bandung di awal tahun 2006. Tim yang terdiri dari 22 orang, cukup lengkap dan berimbang karena ada wakil...
PNS Tidak Cocok Untuk …
Menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), bagi sebagian orang Indonesia adalah sebuah dambaan, meskipun bagi sebagian lagi yang lain mungkin keengganan. Menjadi dambaan banyak orang sehingga antrean pengambil formulir pendaftaran CPNS selalu membludak setiap tahun. Orang merelakan apapun yang dia miliki untuk menjadi seorang PNS, baik uang puluhan juta rupiah, harga diri, dsb. Meskipun sudah ada upaya dari pemerintah untuk memperbaiki masalah rekrutmen PNS, baik melalui hukuman dan perbaikan sistem, tapi tetap saja masalah sogok, suap, atau apalah namanya adalah fakta yang terjadi di masyarakat. Alhamdulillah saya tidak perlu melewati itu semua, karena kebetulan saya menjadi PNS bukan lewat jalur penerimaan biasa, tapi lewat beasiswa sekolah luar negeri dalam program STAID (sebelumnya bernama OFP dan STMDP) yang diinisiasi pak Habibie. Well, meskipun saya tidak pernah bercita-cita menjadi PNS, saya harus ikhlas melaksanakan perjanjian yang dulu saya buat sebelum berangkat ke Jepang. Dan secara dewasa saya harus mengakui bahwa ini adalah jalur jalan kehidupan saya, paling tidak sampai ikatan dinas 2n+1 saya berakhir 😉 Jujur, saat ini saya merasa fatique, penat dan bosan dengan kehidupan saya sebagai PNS. Mohon maaf bagi rekan-rekan saya sesama PNS, sekali lagi saya tidak bermasalah dengan anda semua, saya cinta anda semua dan sedang berdjoeang seperti anda-anda semua 😉 Yang saya penatkan adalah behavior, sistem dan birokrasi yang ada di dalam institusi pemerintah. Biasanya yang menentramkan saya adalah sahabat saya yang lagi nongkrong di jerman, yaitu Made Wiryana yang sering mengatakan bahwa, yang paling gampang itu memang kalau kita memilih berdjoeang di luar, bebas dan tidak terikat. Penghargaan yang besar kepada rekan-rekan yang memilih berdjoeang di dalam institusi pemerintah, membuat inovasi serta perbaikan dari dalam. Nah saya ingin menshare suatu ide, pandangan dan referensi sebelum saudara-saudara saya tercinta di seluruh Indonesia memilih untuk menjadi PNS. Tentu yang saya sampaikan ini masih bersifat subjektif, masih hanya analisa di satu atau dua institusi pemerintah, dan perlu satu...
Aspek Rekayasa Perangkat Lunak dalam Media Pembelajaran
“Waduh kok softwarenya nggak mau jalan …” “Lho kok proses instalasinya sulit sekali …” Itu mungkin keluhan yang sering kita dengar ketika kita menggunakan sebuah software atau perangkat lunak di komputer kita. Dan bukan sesuatu yang mustahil, kemungkinan besar terjadi juga di perangkat lunak media pembelajaran yang kita kembangkan. Jangan dilupakan bahwa media pembelajaran yang terdiri dari media presentasi pembelajaran (alat batu guru untuk mengajar) dan software pembelajaran mandiri (alat bantu siswa belajar mandiri) adalah juga suatu perangkat lunak. Baik tidaknya sebuah perangkat lunak, biasanya menunjukkan bagaimana kualitas perangkat lunak tersebut, hal ini sudah kita kupas tuntas di artikel tentang pengukuran perangkat lunak. Nah, media pembelajaran yang baik adalah yang memenuhi parameter-parameter berdasarkan disiplin ilmu rekayasa perangkat lunak, seperti pada contoh diatas (efisiensi, reliabilitas, usabilitas, dsb). Setelah aspek dan penilaian media pembelajaran kita bahas, artikel ini akan fokus di satu sisi penilaian yaitu aspek rekayasa perangkat lunak. Bagaimanapun juga saya tetap bersandar ke standard pengukuran perangkat lunak (baik ISO standard maupun best practice) pada saat menyusun kriteria-kriteria penilaian. Saya modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan supaya lebih mudah dipahami oleh peserta lomba. Kriteria penilaian dalam aspek rekayasa perangkat lunak yang akhirnya disetujui dalam diskusi di tim penyusun (LIPI, Pustekkom, IlmuKomputer.Com) adalah seperti di bawah: 1. Efektif dan Efisien dalam Pengembangan Maupun Penggunaan Media Pembelajaran “Kok lambat yach?” “Petunjuk Pemakaian: matikan seluruh program lain, karena program ini perlu memory 1GB untuk dapat dijalankan” “Program besar sekali, menghabiskan space di komputer!” Seringkali sebuah program yang sepertinya berukuran kecil dan memiliki fitur yang tidak terlalu rumit, tetapi berjalan sangat lamban. Kalau seandainya saja setiap komputer memiliki kecepatan yang tidak terbatas dan memory (RAM) yang bebas tidak terbatas, maka tentu tidak akan menjadi masalah. Tetapi setiap komputer memiliki kecepatan terbatas, memory (RAM) terbatas dan kapasitas penyimpanan tetap (hardisk) terbatas. Oleh karena...
Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran
Diskusi menarik terjadi di acara penyusunan kriteria penilaian lomba pembuatan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk SMA dan sederajat yang diselenggarakan Dikmenum. Tujuan diskusi sebenarnya adalah menentukan aspek dan kriteria apa yang akan digunakan untuk menilai sebuah media pembelajaran. Dalam bidang rekayasa perangkat lunak sebenarnya sudah ada teknik pengukuran perangkat lunak yang telah saya bahas di artikel sebelumnya. Tapi karena media pembelajaran termasuk jenis perangkat lunak yang melingkupi berbagai disiplin ilmu (pembelajaran, desain, komunikasi, dsb), maka pendapat dari berbagai domain expert menjadi wacana yang menyegarkan. Saya mengusulkan modifikasi aspek penilaian dari tahun sebelumnya yang terdiri dari 4-5 aspek menjadi hanya 3 aspek, yaitu aspek rekayasa perangkat lunak, aspek instructional design (desain pembelajaran) dan aspek komunikasi visual. Kriteria penilaian termasuk mekanisme penjurian tidak digabungkan menjadi satu, tetapi dipisah dan tiap aspek dinilai oleh orang yang kompeten di aspek tersebut. Saya beserta beberapa rekan dari LIPI, IlmuKomputer.Com, dan Pustekkom kemudian menyusun kriteria penilaian dalam aspek rekayasa perangkat lunak. Untuk aspek instructional design (desain pembelajaran), rekan-rekan dari bidang pembelajaran dan pendidikan yang berperan, diantaranya ada mas Ridwan dan mas Uwes dari UNJ, dsb. Sedangkan aspek komunikasi visual dimanage oleh beberapa rekan dari ITB fakultas seni rupa, khususnya program studi desain dan komunikasi visual, diantaranya mas Indarsjah dan mas Agung. Hasil dari penyusunan dan diskusi tentang aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran saya share di bawah. Penjelasan lengkap tentang aspek yang susun akan saya tulis di artikel terpisah. Mudah-mudahan bisa menjadi acuan dan persiapan bagi rekan-rekan guru SMA di seluruh Indonesia yang ingin mengikuti lomba pembuatan media pembelajaran yang diselenggarakan Dikmenum tahun 2006 ini. Kriteria ini rencananya akan kita gunakan juga untuk menilai karya yang masuk pada program Smart Teacher yang baru saja kita launching. Aspek Rekayasa Perangkat Lunak Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran Reliable (handal)...
Smart Teacher: Kompetisi untuk Para Guru
Tiga tahun terakhir (2004, 2005, 2006) kebetulan saya terlibat aktif menjadi perumus dan juri untuk lomba pembuatan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi yang diselenggarakan oleh Depdiknas, tepatnya di Dikmenum. Peserta lomba adalah guru-guru SMA dan sederajad di seluruh Indonesia. Dari pengalaman itu saya melihat bahwa guru-guru di Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam bidang Teknologi Informasi dan pemanfaatannya untuk dunia pendidikan. Ini yang menginspirasi saya untuk membuat lomba serupa yang sifatnya lebih kontinyu dan mudah diikuti oleh para guru dari berbagai tingkat pendidikan (TK, SD, SMP, SMA dan sederajad). Kebetulan ide ini diamini dan didukung oleh sahabat saya Donny B Utoyo (Koordinator ICT Watch dan DetikINET). Sehinga berlanjutlah menjadi satu event untuk para guru berupa Kompetisi Menulis Artikel dan Membuat Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi. Kegiatan ini kita beri nama “Smart Teacher”, dengan official sitenya adalah http://ilmukomputer.com/smartteacher.php. Kegiatan diselenggarakan oleh IlmuKomputer.Com dengan didukung secara penuh oleh DetikINET, Partner in Learning, MediaPembelajaran.Com, ICTWatch, Brainmatics, dan beberapa institusi pendidikan. Yang kita lakukan tidak muluk-muluk, intinya kita ingin meng-encourage guru-guru untuk mengenal Teknologi Informasi dan lebih jauh lagi bagaimana memanfaatkan Teknologi Informasi dalam membantu kegiatan belajar mengajar. Jadi yang kita kompetisikan adalah: 2 kategori karya yang akan dikompetisikan yaitu: Artikel Media Pembelajaran Setiap minggunya kita akan memilih artikel dan media pembelajaran terbaik, dan menampilkannya di DetikINET pada kolom khusus bernama Smart Teacher. Yang berhasil tampil akan mendapatkan kompensasi berupa uang tunai dan kesempatan mengikuti event di luar negeri yang akan kita tentukan kemudian. Untuk menyemarakkan kegiatan ini, kita juga membuat komunitas milis bernama smartteacher@yahoogroups.com. Milis ini bersifat terbuka, bisa diikuti peserta kompetisi maupun yang hanya ingin berdiskusi tentang teknologi informasi dan pemanfaatannya di dunia pendidikan. Persyaratan lomba, hasil karya dan mekanisme lengkap program dapat diketahui dengan mengklik http://ilmukomputer.com/smartteacher.php Untuk para guru dimanapun berada, selamat berdjoeang, kami tunggu karya anda !...
Teknik Pengukuran Kualitas Perangkat Lunak
Deras masuknya produk perangkat lunak dari luar negeri di satu sisi menguntungkan pengguna karena banyaknya pilihan produk dan harga. Namun di sisi lain cukup mengkhawatirkan karena di Indonesia tidak ada institusi yang secara aktif bertugas membuat standard dalam pengukuran kualitas perangkat lunak yang masuk ke Indonesia. Demikian juga dengan produk-produk perangkat lunak lokal, tentu akan semakin meningkat daya saing internasionalnya apabila pengembang dan software house di Indonesia mulai memperhatikan masalah kualitas perangkat lunak ini. Kualitas perangkat lunak (software quality) adalah tema kajian dan penelitian turun temurun dalam sejarah ilmu rekayasa perangkat lunak (software engineering). Kajian dimulai dari apa yang akan diukur (apakah proses atau produk), apakah memang perangkat lunak bisa diukur, sudut pandang pengukur dan bagaimana menentukan parameter pengukuran kualitas perangkat lunak. Bagaimanapun juga mengukur kualitas perangkat lunak memang bukan pekerjaan mudah. Ketika seseorang memberi nilai sangat baik terhadap sebuah perangkat lunak, orang lain belum tentu mengatakan hal yang sama. Sudut pandang seseorang tersebut mungkin berorientasi ke satu sisi masalah (misalnya tentang reliabilitas dan efisiensi perangkat lunak), sedangkan orang lain yang menyatakan bahwa perangkat lunak itu buruk menggunakan sudut pandang yang lain lagi (usabilitas dan aspek desain). APA YANG DIUKUR? Pertanyaan pertama yang muncul ketika membahas pengukuran kualitas perangkat lunak, adalah apa yang sebenarnya mau kita ukur. Kualitas perangkat lunak dapat dilihat dari sudut pandang proses pengembangan perangkat lunak (process) dan hasil produk yang dihasilkan (product). Dan penilaian ini tentu berorientasi akhir ke bagaimana suatu perangkat lunak dapat dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Hal ini berangkat dari pengertian kualitas (quality) menurut IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology [3] yang dikatakan sebagai: The degree to which a system, component, or process meets customer or user needs or expectation Dari sudut pandang produk, pengukuran kualitas perangkat lunak dapat menggunakan standard dari ISO 9126...
Meluruskan Salah Kaprah Rekayasa Perangkat Lunak
Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering), sedikit mengalami pergeseran makna di realita dunia industri, bisnis, pendidikan maupun kurikulum Teknologi Informasi (TI) di tanah air. Di industri, para tester, debugger dan programmer sering salah kaprah menyandang gelar Software Engineer. SMK di Indonesia juga latah dengan membuka jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, meskipun secara kurikulum hanya mengajari bahasa C atau Pascal (mungkin lebih pas disebut jurusan pemrograman komputer) 😉 Tulisan ini berusaha meluruskan salah kaprah yang terjadi tentang Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) berdasarkan kesepakatan, acuan, dan standard yang ada di dunia internasional. Sejarah munculnya Rekayasa Perangkat Lunak sebenarnya dilatarbelakangi oleh adanya krisis perangkat lunak (software crisis) di era tahun 1960-an. Krisis perangkat lunak merupakan akibat langsung dari lahirnya komputer generasi ke 3 yang canggih, ditandai dengan penggunaan Integrated Circuit (IC) untuk komputer. Performansi hardware yang meningkat, membuat adanya kebutuhan untuk memproduksi perangkat lunak yang lebih baik. Akibatnya perangkat lunak yang dihasilkan menjadi menjadi beberapa kali lebih besar dan kompleks. Pendekatan informal yang digunakan pada waktu itu dalam pengembangan perangkat lunak, menjadi tidak cukup efektif (secara cost, waktu dan kualitas). Biaya hardware mulai jatuh dan biaya perangkat lunak menjadi naik cepat. Karena itulah muncul pemikiran untuk menggunakan pendekatan engineering yang lebih pasti, efektif, standard dan terukur dalam pengembangan perangkat lunak. Dari berbagai literatur, kita dapat menyimpulkan bahwa Rekayasa Perangkat Lunak adalah: Suatu disiplin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal requirement capturing (analisa kebutuhan pengguna), specification (menentukan spesifikasi dari kebutuhan pengguna), desain, coding, testing sampai pemeliharaan sistem setelah digunakan. Kalimat “seluruh aspek produksi perangkat lunak” membawa implikasi bahwa bahwa Rekayasa Perangkat Lunak tidak hanya berhubungan dengan masalah teknis pengembangan perangkat lunak tetapi juga kegiatan strategis seperti manajemen proyek perangkat lunak, penentuan metode dan proses pengembangan, serta aspek teoritis, yang kesemuanya untuk mendukung terjadinya...
Menyegarkan Kembali Pemahaman tentang Requirement Engineering...
Requirements engineering adalah fase terdepan dari proses rekayasa perangkat lunak (software engineering), dimana software requirements (kebutuhan) dari user (pengguna) dan customer (pelanggan) dikumpulkan, dipahami dan ditetapkan. Para pakar software engineering sepakat bahwa requirements engineering adalah suatu pekerjaan yang sangat penting. Fakta membuktikan bahwa kebanyakan kegagalan pengembangan software disebabkan karena adaya ketidakkonsistenan (inconsistent), ketidaklengkapan (incomplete), maupun ketidakbenaran (incorrect) dari requirements specification (spesifikasi kebutuhan). Banyak definisi yang diungkapkan oleh para peneliti tentang requirements engineering. Satu definisi yang cukup jelas dan diterima secara umum adalah yang diuraikan oleh Pamela Zave [Zave-97]: Requirements engineering adalah cabang dari software engineering yang mengurusi masalah yang berhubungan dengan: tujuan (dunia nyata), fungsi, dan batasan-batasan pada sistem software. Termasuk hubungan faktor-faktor tersebut dalam menetapkan spesifikasi yang tepat dari suatu software, proses evolusinya baik berhubungan dengan masalah waktu maupun dengan software lain (dalam satu famili). Studi di The Standish Group mencatat bahwa prosentase akumulatif kegagalan sebuah project pengembangan software sebagian besar disebabkan oleh masalah requirements dan spesifikasinya [Standish-94]. Untuk merangkum masalah yang ingin dipecahkan dalam cabang ilmu requirements engineering, kebanyakan pakar mengamini ungkapan Ed Yourdon dalam foreword yang ditulisnya untuk buku Managing Software Requirements – A Unified Approach karya Dean Leffingwell [Leffingwell-00]. Ed Yourdon menggunakan istilah “the rock problem (masalah batu) sebagai diskusi dasar masalah yang selalu muncul dalam proses pengerjaan proyek software. Customer (pelanggan) yang datang kepada kita untuk mengerjakan sebuah proyek pengembangan software, adalah ibarat seseorang yang mengatakan kepada kita, “Tolong buatkan saya batu”. Ketika kita memberikan kepadanya sebuah batu, dia akan melihatnya sebentar dan mengatakan kepada kita, “Ya terima kasih, tapi sebenarnya yang saya inginkan adalah sebuah batu kecil berwarna biru”. Dan ketika kita bawakan untuknya batu kecil berwarna biru, dia mengatakan bahwa yang diinginkan adalah yang “bentuknya bulat”. Demikian seterusnya proses iterasi (iteration) terjadi berulangkali sampai akhirnya kita dapatkan yang...
Konflik Dunia, Perang dan Gap Sosial
Konflik dan perang telah terjadi dimana-mana di seluruh dunia ini. Bumi yang terkotak-kotak menjadi 192 negara dimana lebih dari 6 milyar manusia hidup didalamnya, ternyata penuh dengan konflik. Konflik antar manusia, antar golongan, antar etnis dan antar negara. Steven D. Strauss dalam bukunya menyatakan bahwa dalam setengah abad terakhir, tidak ada dari 192 negara di dunia ini yang tidak pernah terlibat konflik. Setiap negara pernah mengalami konflik baik dalam negeri maupun luar negeri, satu kali atau bahkan lebih. Konflik politik di Rwanda tahun 1994 telah menyebabkan 1 juta penduduk etnis Tutsi tewas mengenaskan karena dibantai lawan politiknya yang beretnis Hutu. Di belahan bumi yang lain lagi, konflik di Korea juga menyebabkan jutaan orang tewas. Lebih dahsyatnya lagi, konflik ini menyebabkan terbelahnya Korea (yang sama sekali sama dalam bahasa, budaya, geografi dan agrikultur) menjadi dua negara (Korea Utara dan Korea Selatan). Kalau ditanya negara manakah yang paling banyak terlibat dalam masalah konflik luar negeri setengah abad terakhir ini. Tidak mengejutkan bahwa jawabannya adalah Amerika Serikat. Disamping terlibat dalam 5 konflik dan peperangan penting abad ini, antara lain dalam perang di Korea, Vietnam, Perang Dingin, Irak dan Afganistan. Amerika juga terlibat dalam 3 invasi dan serangan mendadak ke negara lain yaitu ke Laos, Kamboja dan Libya. Kemudian juga terlibat dalam paling tidak 6 operasi keamanan, yaitu ke Dominika, Lebanon, Somalia, Kosovo, dan beberapa negara teluk. Terlibat dalam 2 misi penyelamatan di Iran dan Mayagues, dan juga misi pengusiran pemerintah nasional di Panama. Negara berikut setelah Amerika, yang banyak terlibat dalam masalah konflik antar negara adalah Israel. Setelah perang dunia kedua selesai, paling tidak Israel terlibat dalam 6 peperangan dan konflik. Yaitu perang kemerdekaaan (1948), perang Suez (1956), perang 6 hari (1967), perang Atrisi (1967-1970), perang Yom Kippur (1973), perang Lebanon (1982), dan yang sampai belum terpecahkan...
Teknik Mengadopsi CCNA ke Kurikulum Pendidikan
Artikel ini saya tulis untuk menjawab beberapa pertanyaan yang datang dari guru, dosen, dan kepala jurusan di SMK dan Universitas tentang bagaimana cara mengadopsi kurikulum CCNA (Cisco Certified Network Associate) ke dalam kurikulum pendidikan kita. Pertanyaan ini muncul seiring dengan keinginan banyak lembaga pendidikan yang membuka jurusan teknologi informasi atau jaringan (SMK, Akademi, Universitas), dan ingin memberi nilai lebih kepada (maha)siswanya supaya lulus dengan memiliki sertifikasi internasional. Sedikit berbeda dengan sertifikasi-sertifikasi vendor lain (Microsoft, Novell, dsb), materi sertifikasi Cisco tidak hanya terfokus ke pembahasan produk yang dimilikinya (Internetwork Operating System (IOS) atau hardware). Tetapi juga memberi landasan konsep dan teori yang matang untuk Networking, Internetworking, Internet Protocol, TCP/IP, dsb. Hal ini yang membuat menarik dunia akademisi karena materi-materi itu sebenarnya juga diajarkan (telah eksis) dalam kurikulum jaringan komputer. Jadi bagaimana supaya bisa digabungkan, atau ditambahkan, atau diadopsi? Yang menarik, Cisco Systems memiliki program jalur akademik, yang terwadahi dalam Cisco Networking Academy Program (CNAP). Kurikulum disusun per-semester (bukan model course seperti lembaga pelatihan), dan sudah tersedia modul interaktif, online assesment, serta manajemen akademi secara online (elearning system). Materi yang tersedia misalnya untuk mempersiapkan ujian sertifikasi CCNA, CCNP, IT Essensial, dsb. Hirarki akademi menurut standard Cisco Systems terbagi menjadi tiga: CATC (Cisco Academy Training Center), RA (Regional Academy) dan LA (Local Academy). CATC memiliki previledge untuk membuat dan mengelola beberapa RA beserta pelatihan untuk instrukturnya, demikian juga RA yang mengelola beberapa LA termasuk pelatihan untuk instruktur LA. Sedangkan LA mempunyai previledge untuk membuka kelas bagi student. Seluruh manajemen dilakukan secara online dalam sistem elearning yang bernama Academy Connection (http://cisco.netacad.net), yang memungkinkan pengelola akademi atau LMC (Legal Main Contact), instruktur, student dan alumni berkolaborasi dalam kegiatan belajar mengajar. Sekali lagi, kurikulum, modul, kuis, ujian online, dan bahkan sertifikat kelulusan (bagi yang lulus) sudah tersedia secara digital. Lembaga pendidikan kita (SMK, Akademi, Universitas, dsb) cukup...