Hari Jumat, 21 Nopember 2008 yang lalu, saya diundang PT Excelcomindo Pratama alias XL untuk mengisi materi pada seri Knowledge Explore yang sudah rutin diadakan oleh XL. Tema yang dipilih oleh XL agak bombastis, Blogging: Cara Pintar Menjadi Pakar. Tapi intinya, saya menguraikan bagaimana blogging alias kegiatan ngeblog dapat digunakan untuk mendukung karir dan pekerjaan, khususnya dalam aspek personal branding. Diskusi saya buka dengan sajian tentang fenomena penting dunia IT yang sering luput kita perhatikan, diantaranya adalah: Internet dengan WWW sebagai garda depannya, membuat dunia ini semakin datar. Pendapat ini disampaikan oleh Thomas L. Friedman dalam buku best seller-nya The World is Flat. Perlu dicatat bahwa jumlah pengguna Internet dunia menembus ke angka 1,3 miliar. Menurut InternetWorldStats.Com, Indonesia mencatatkan diri pada urutan no 14 dunia, mengalahkan spanyol dan beberapa negara maju lainnya secara jumlah pengguna Internet. Isu bahwa jumlah pengguna Internet di Indonesia adalah kecil dan tidak perlu dipikirkan adalah konspirasi tingkat tinggi untuk menjauhkan masyarakat dari kekuatan dan magic bernama Internet. Mesin pencari adalah kultur baru pencarian pada masyarakat dunia ini. Era yellow pages, papan pengumuman, informasi di surat kabar dan bahkan nomor ajaib 108, sudah semakin tergerus oleh Internet. Pencarian di Internet melebar ke arah pencarian pekerjaan, nara sumber, pembicara, dosen, travel agent , toko, gedung perkantoran, alamat dan no telepon seseorang, dsb. Kultur inilah yang saya gunakan dalam ketika memutuskan mencoba jalur personal branding lewat blogging supaya bisa mendukung karir dan pekerjaan saya. Jalan inilah yang juga dibidik oleh Boeing dan Sun Microsystem, yang mencoba menggunakan model corporate blogging, dengan meminta Randy Baseler dan Jonathan untuk memimpin blogging culture di perusahaan mereka. Datarnya dunia membuat perubahan bisa dilakukan oleh individu atau kelompok kecil, di manapun berada. Dunia bergeser dan terjadi perubahan trend para pelopor dan perubah (agent of change), yang bukan dari negara besar, bukan dari perusahaan besar dan juga...
Ketika Cinta Ini Membunuhmu …
Mas Romi, saya seorang mahasiswa di Malang, saya mendapatkan penolakan cinta dari pujaan hati saya di kampus. Rasa ini membuat saya agak terseok-seok, dan akhirnya nilai mata kuliah saya jadi hancur lebur. Bantu saya keluar dari masalah ini mas. (Anwar, Malang) Masalah klasik para pemuda sang pengejar cinta, dan para pemudi sang penunggu cinta 🙁 “Cinta ini membunuhku”, itu bahasa D’Masiv 🙂 “Wahai kematian, datanglah cepat kemari, hisap dan dekap tubuhku yang penuh cinta ini”, kalau yang ini kata William Shakespeare dalam Romeo and Juliet. Kahlil Gibran mengungkapkan dalam syairnya, “Bila cinta memanggilmu, ikutlah dengannya meski jalan yang kalian tempuh terjal dan mendaki”. Kisah cinta datang dan pergi dari masa ke masa, menyuarakan hal yang sama dengan redaksi berbeda. Silih berganti dari Layla Majnun, Tristan und Isolde, Roro Mendut dan Pronocitro, sampai Romeo and Juliet. Cerita cinta selalu meggebu dan indah, meskipun ketika kita pandang jauh dari sisi lain, kadang buta, tidak nyata dan fatamorgana. Ya benar, kita sering bingung dalam memaknai cinta. Lauren Slater dalam National Geographic edisi 2006 mengatakan, “Sulit untuk memisahkan pembicaraan antara cinta dan penyakit mental”. Maria dalam Ayat-Ayat Cinta mengatakan dengan redaksi yang berbeda, “Cinta adalah siksaaan yang manis”. Apakah cinta, mencintai dan dicintai adalah salah? Jawabannya adalah tidak. Cinta itu indah, cinta itu semangat dan cinta itu adalah kebahagiaan. Bahkan mungkin kekuatan kita untuk mencintai adalah titik tertinggi dari hakekat cinta (halah) 🙂 Hanya permasalahan utama dari para pemuda dan pemudi yang kebetulan sedang jatuh, menjatuhi atau dijatuhi cinta adalah ada di dua hal: salah meletakkan posisi hati dan salah mendefinisikan cinta. 1. LETAKKAN POSISI HATI DENGAN BENAR Cinta berhubungan dengan hati, itu pasti, karena di dalam hati ada unsur keindahan, semangat dan kebahagiaan, maka 3 hal ini ada kemungkinan besar berhubungan dengan cinta. Banyak dari kita yang meletakkan posisi kebersamaan dan penerimaan cinta sebagai titik tertinggi dari...
Menang di e-Learning Award 2008 Kategori Blog Edukatif
Sekedar menyampaikan kabar gembira 🙂 , alhamdulillah RomiSatriaWahono.Net mendapatkan penghargaan dari Depdiknas (Pustekkom) pada event e-Learning Award 2008, khususnya untuk kategori Blog Edukatif. Acara penganugerahan dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2008 di Gedung Pewayangan, Taman Mini Indonesia Indah, yang dihadiri oleh Menteri Pendidikan Nasional (Bambang Sudibyo) dan Menteri Riset dan Teknologi (Kusmayanto Kadiman). Pada proses penjurian, saya menyampaikan presentasi tentang dua layanan utama yang saya kembangkan, yaitu: Personal Blog Edukatif (RomiSatriaWahono.Net) dan eUniversity eLearning System (University.RomiSatriaWahono.Net). Objective utama dari RomiSatriaWahono.Net, sesuai dengan yang saya tulis di header blog ini, adalah untuk learning, researching, writing, teaching, motivating and inspiring people. Tema bahasan adalah bidang yang saya geluti selama ini, yaitu: software engineering, game technology, eLearning, research methodology, entrepreneurship, open source movement, knowledge management, internet marketing. Uniqueness yang saya tonjolkan adalah, bagaimana saya dengan menggunakan bahasa sederhana alias bahasa manusia bisa mencerahkan orang lain, menyebarkan ilmu pengetahuan, meng-inspirasi dan me-motivasi orang lain supaya produktif menghasilkan hal yang bermanfaat untuk masyarakat. Statistik dari layanan juga saya sampaikan secara lengkap yang saya ambil dari Webalizer dan Google Analytics. Daily hits yang mencapai 150.000 perhari dengan size download mencapai 60GB perbulan adalah hasil sementara dari layanan yang mulai saya garap serius sejak awal tahun 2006. Penghargaan e-Learning Award dari Depdiknas sebenarnya bukan hal baru bagi aktifis IlmuKomputer.Com, karena di tahun 2006, Brainmatics juga pernah mendapatkan penghargaan e-Learning Award 2006 untuk kategori e-Learning provider. Daftar lengkap pemenang untuk seluruh kategori adalah seperti di bawah: Kategori Blog Edukatif: https://romisatriawahono.net/ (Romi Satria Wahono) http://www.chem-is-try.org/ (Soetrisno) http://istiyanto.com/ (Heribertus Heri Istiyanto) Kategori Corporate: http://www.telkom.co.id/ (PT. Telkom) http://www.indosat.com/ (PT. Indosat Tbk.) http://www.bii.co.id/ (Bank Internasional Indonesia) Kategori Pengembang Konten dan Software E-Learning: http://www.bamboomedia.net/ (PT.Bamboomedia Cipta Persada) http://www.invir.com/ (Indonesian Virtual Company) http://www.binus.ac.id/ (Universitas Bina Nusantara) Kategori: e-Learning Pendidikan Tinggi: http://fe.unibraw.ac.id/ (Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya) http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/ikon (Institut Pertanian Bogor) http://mathematics.its.ac.id/ (Jurusan Matematika FMIPA ITS) Mungkin perlu saya beri catatan,...
Cara Lugu Menyikapi Gap Akademi-Industri
Menyikapi gap akademi-industri adalah tema yang saya angkat, ketika diminta menjadi keynote speaker di Seminar Nasional Sistem dan Teknologi Informasi (SNASTI) 2008 yang diadakan STIKOMP Surabaya pada tanggal 22 Oktober 2008. Karena saya tidak punya success story mengatasi gap akademi dan industri dengan strategi tingkat tinggi plus menggunakan berbagai model kebijakan yang penuh dengan teori, ya saya pilih judul diatas. Saya hanya punya cara lugu, cara kutu kupret plus katrok nan deso ala wong pedurungan Semarang, yang kian hari kian tergerus oleh roda-roda kapitalisme (halah :)) Tertarik ngikuti cara lugu saya dalam menyikapi gap akademi-industri? Ikuti terus artikel ini … Gap akademi-industri adalah masalah turun temurun yang memang tidak begitu mudah dipecahkan. Negara-negara maju dengan level penelitian tingkat tinggi seperti Jepang dan Amerika-pun tetap menganggap ini sebagai isu penting, yang kalau diperdebatkan bisa tanpa akhir, never ending story 🙂 Sempat menjadi topik hangat di berbagai jurnal internasional, dipanas-panasin oleh Research Policy terbitan Elsevier Science, dikupas tuntas oleh Journal of Higher Education, dan dinyanyikan dengan indah oleh National Science Board (NSF) yang menyusun paper menarik berjudul University-Industry Research Relationships di tahun 1986. Sebenarnya gap akademi-industri terlahir karena memang sudut pandang, pola pikir dan karakter yang berbeda antar keduanya. Di beberapa sisi mungkin bisa disatukan, meskipun di sisi lain ada beberapa karakter yang embedded dan sulit untuk disatukan. Perbedaan sudut pandang tersebut saya rangkumkan di bawah. Dari tabel diatas bisa kita analisa, orientasi tugas para akademisi yang mengajarkan pengetahuan dan bukan memproduksi produk atau layanan, membawa efek samping para peneliti dan dosen di universitas relatif lebih berkarakter teoritis. Sebaliknya industri lebih praktis dan pragmatis ke arah how to sell a good product or service, karena dari situlah profit datang. Arah pendidikan di universitas juga lebih luas, lengkap dan komprehensif, meskipun tidak dalam. Akademisi bertugas di wilayah pengembangan mental, peningkatan kemampuan konseptual, kecerdasan analisa dan skill teknis...
Arah Pergerakan Mahasiswa di Era Dunia Datar
Teriakan berantas kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut mahasiswa bodoh! Mahasiswa pemalas yang tidak bebas dari penyakit finansial, absurd ketika berteriak bebaskan rakyat dari kemiskinan! Mahasiswa koruptor jam kuliah, tidak pantas berteriak anti-korupsi! Adalah tiga kalimat pembuka dari diskusi yang saya sampaikan, ketika diminta mengisi acara halal bihalal KAMMI Pusat, sekaligus launching KAMMI Online di Senayan, Jakarta, pada hari Sabtu, 18 Oktober 2008. Kebetulan acara ini juga dihadiri pengurus berbagai organisasi mahasiswa lain. Jadi saya gunakan kesempatan ini untuk melakukan diskusi, kritik dan sekaligus membuka wacana teman-teman mahasiswa aktifis organisasi pergerakan mahasiswa bahwa era sudah berubah. Perlu kita pahami bersama bahwa masyarakat sudah sangat resistence dengan teriakan-teriakan idealis tanpa pelaksanaan yang sering mahasiswa lakukan. Rakyat perlu teladan, rakyat perlu studi kasus, rakyat perlu success story, dan rakyat perlu know-how yang kita milikia. Dengan memanfaatkan berbagai solusi praktis dan nyata yang kita dapatkan dari bangku kuliah maupun pengalaman lapangan, diharapkan dapat membantu masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang semakin menumpuk. Pergerakan mahasiswa di era dunia datar harus lebih cerdas, lebih efektif, sehingga energi dan biaya yang kita miliki tidak mubadzir dan bisa dialokasikan untuk berbagai kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Teknologi informasi khususnya Internet dengan jumlah pengguna yang semakin besar di Indonesia bisa menjadi satu alternatif teknologi pendukung pergerakan mahasiswa. Saya sebenarnya tidak berbicara muluk-muluk, tapi hanya sharing pengalaman, bagaimana kehidupan saya semasa menjadi aktifis mahasiswa. Saya sempat meniti karir di kepengurusan Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang (PPI Jepang) dari level komisariat, komda, sampai menjadi ketua umum PPI Jepang tahun 2001-2003. Di sisi lain, saya juga bergerak di sisi keilmuwan dengan menjadi ketua umum asosiasi ilmiah yang dibuat mahasiswa Indonesia bernama IECI di tahun yang sama. Selain bergerak di darat, era dunia datar membuat saya juga harus bergerak di dunia maya, menciptakan usaha kreatif, menjalin kerjasama dengan...
Buku Pelajaran dan Multimedia Pembelajaran Gratis Karya Para Gerilyawan...
Mulai awal oktober 2008 ini, Jenderal Eko Purwanto, salah satu aktifis IlmuKomputer.Com yang memimpin para gerilyawan IT di wilayah Medan, membuat strategi perang gaya baru. Musuh dan penjajah yang kita perangi tentu masih sama, kebodohan dan kemunduran republik ini 🙂 Strategi perang yang dipilih sang CEO Webmedia Training Center kali ini adalah dengan membuat buku pelajaran sekolah dan multimedia pembelajaran yang disebarkan secara gratis untuk masyarakat. Bagi saya, mas Eko Purwanto adalah sahabat, partner, guru dan pedjoeang IlmuKomputer.Com generasi awal yang tetap komitmen berdjoeang sampai saat ini. Termasuk penganut garis keras alias fanatik kelas kakap madzab open content, dan sahabat yang paling memahami konsep saya mengapa harus membagi ilmu pengetahuan kepada masyarakat secara bebas dan gratis. Sekali lagi, kebebasan yang hakiki adalah ketika kita berhasil membebaskan orang lain dari kebodohan dan ketergantungan. Workshop dan seminar gratis, tutorial gratis, multimedia pembelajaran gratis, dsb adalah sumbangan besar beliau bagi republik ini. Pengetahuan yang kita miliki adalah pinjaman dari rakyat, dan harus kita kembalikan kepada rakyat, itulah slogan penting kami berdua 🙂 Ketika Depdiknas harus ngos-ngosan mengeluarkan miliaran rupiah dana APBN untuk membeli royalti penulis buku pelajaran sekolah. Mas Eko beserta laskar pelanginya alias Tim Webmedia Training Center 🙂 membuktikan bahwa cara gerilya dan swadaya tanpa tergantung APBN, adalah salah satu cara efektif dan efisien, dalam perdjoeangan menggratiskan buku pelajaran sekolah untuk masyarakat. Buku pelajaran dan multimedia pembelajaran gratis bisa didownload dari IlmuKomputer.Com dan VideoBelajar.Com. Khusus untuk multimedia pembelajaran, di IlmuKomputer.Com sudah kita buatkan kategori khusus yaitu kategori Multimedia Pembelajaran. Selamat kepada Jenderal Eko Purwanto yang sudah memimpin kita dalam peperangan gerilya untuk memberikan solusi buku pelajaran gratis untuk rakyat. Saya yakin, akan datang suatu masa dimana kita bisa kumpulkan dan sinergikan gerakan laskar pelangi kita masing-masing untuk masa depan republik yang lebih baik. Insya Allah. Dan dimulailah revolusi ini...
Senandung Laskar Pelangi di Tiga Puluh Empat yang Suci
Hari yang suci, lebaran kedua, 2 Syawal 1429 H alias 2 Oktober 2008, menjadi saksi bisu bergesernya umurku menjadi 34 tahun. Ulang tahun? Hmm bahasa manusia yang biasa menjadi kata penghibur seolah-olah hidup kita bisa kembali berulang 🙂 Padahal hakekat bertambahnya umur adalah peringatan keras dari yang Diatas bahwa kita semakin tua, semakin bertambah dosa dan semakin banyak beban yang harus kita pikul dalam perdjoeangan mewarnai republik ini, itulah persepsiku tentang hakekat dari hari ini. Ulang tahun, milad, mendapat amanah dan jabatan baru seharusnya diikuti dengan istighfaran dan bukan malah syukuran apalagi dangdutan, karena memang nikmatnya tidak sebanding dengan tuntutan beban yang harus diemban 🙁 Menengok ke belakang, 34 tahun hidup, sepertinya lebih banyak dosa dan kesalahan yang aku perbuat daripada pahala yang aku kumpulkan. Aku juga merasa masih lebih banyak menerima dari orang lain dibandingkan memberi manfaat kepada orang lain. Hutangku kepada rakyat menggunung, rakyat di republik inilah yang telah membuatku pintar, menyekolahkanku dan memberi beasiswa sejak dari SMA Taruna Nusantara dan berangkat ke Jepang untuk lima tahun pertamaku mengambil sekolah bahasa dan program bachelor. Membaca novel dan melihat film Laskar Pelangi memberi tamparan keras di pipiku. Manusia jenius didikan alam semacam Lintang-lah yang seharusnya mendapat kesempatan untuk disekolahkan oleh rakyat, dan bukanlah aku. Aku merasa semakin berdosa ketika menyaksikan guru muda yang dahsyat dan ikhlas semacam Bu Mus. Ya merekalah yang sebenarnya lebih berhak untuk mendapat kesempatan menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Ucapan Pak Harfan, kepala sekolah SD Muhammadiyah Gantong, Belitong juga menjadi cambuk dan motivasi penting dalam perdjoeanganku. Hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya dan bukan menerima sebanyak-banyaknya! Evolusi perdjoeanganku mungkin tidak seelok Ikal, Syahdan, dan Kucai yang mengadu nasib ke Jakarta lepas SMA. Juga ujian yang datang belumlah seberat Lintang, sang jenius didikan alam yang harus menyerah karena keadaan alam. Juga sangat ecek-ecek jika dibandingkan dengan dahsyat...
Evolusi Perdjoeanganku
Memulai perdjoeangan di SMA Taruna Nusantara Magelang tahun 1990-1993. Proses membentuk fisik, mental dan akal. Otot kawat tulang besi adalah badanku, logika dan juara adalah parameter kecerdasanku, kepemimpinan adalah warna hari-hariku, Indonesia Raya adalah mars wajib berjalanku, wajah beringas dan suara menggema adalah brandingku. Melanjutkan perdjoeangan di Department of Computer Science, Saitama University, Jepang tahun 1994-2004. Proses membentuk kekuatan technical, spiritual, verbal dan entrepreneurship. Coding adalah sarapan pagiku, mengkaji quran dan hadits adalah menu utamaku, menghindari zina dan menikah muda adalah jalan cintaku, public speaking dan memimpin massa adalah karakterku, dan kadang bisnis adalah mainan besarku 🙂 Menapaki jalan perdjoeangan yang sebenarnya di Indonesia tahun 2004-sekarang. Proses membentuk karakter kebebasan, kebebasan finansial, kebebasan verbal, kebebasan akal, dan kebebasan ketergantungan dari pihak lain. Kebebasan yang hakiki adalah kebebasan yang bisa membebaskan orang lain. Culture shock dan pembekuan gaji PNS di LIPI adalah batu loncatan perdjoeanganku. Bukan uang yang aku cari di Indonesia, sebab kalau itu yang aku cari aku tidak akan pulang. Bukan pula jabatan, pangkat, atau gelar profesor yang aku kejar, karena aku sudah melupakan semua cita-cita jahiliyah itu. Aku hanya ingin berusaha mengatakan kebenaran, meskipun kadang pahit dan sangat pahit. Aku hanya ingin mengajak sahabat-sahabatku untuk memikirkan kembali kenapa hidup di dunia yang fana ini dan kenapa juga kita harus berdjoeang di republik tercinta ini. Dan yang pasti aku ingin mengajak para sahabat PNSku, supaya tidak tergelincir masuk ke neraka jahanam karena mempermainkan uang APBN. Aku ingin mendidik lebih banyak orang, menyadarkan banyak orang bahwa revolusi di Indonesia belum selesai!. Perlu pengorbanan waktu, tenaga, biaya dan nyawa kita untuk mengeluarkan republik ini dari permasalahan yang semakin lama semakin kompleks. Mengurangi tidur dan berlaku professional dalam segala jenis pekerjaan adalah dasar madzabku. Mendidik anak-anak muda belasan tahun dengan tanganku sendiri, memberi mereka beasiswa untuk melanjutkan kuliah, mengajak para serdaduku...
Wahai Dosen, Berbicaralah dengan Bahasa Manusia!
Itulah teriakan para mahasiswa kepada dosennya, yang mungkin nggak pernah tersampaikan, dan saya yakin akan menjadi blunder kalau diungkapkan. Kecuali bagi para mahasiswa yang memiliki kebebasan nilai IPK, kebebasan pola pikir, kebebasan penelitian, kebebasan finansial dan kebebasan ketergantungan serta ketaatan kecuali kepada satu yang Diatas. Mahasiswa pedjoeang yang tetap mau mengatakan kebenaran meskipun itu sangat sulit, pahit dan sakit. Tidak saya rekomendasikan, karena ungkapan semacam “Sensei no jugyo wa sonna naiyo deshitara, i-me-ru de okutta hou ga yoi dewanai deshouka?” (kalau isi kuliahnya kayak gitu, lebih baik kalau anda kirimkan ke saya lewat email saja prof) :), saya jamin akan membuat nilai kita jadi Fuka alias tidak lulus. Jangan dilakukan, cukup saya yang jadi korban harus mengambil mata kuliah yang sama selama tiga tahun berturut-turut, sampai akhirnya harus puas mendapatkan nilai Ka alias C dari sang Professor. Professorku yang akhirnya jadi sahabatku dan membimbing penelitianku, meskipun tetap tidak bisa menghilangkan cacat nilaiku 😀 Mungkin itu salah satu tema diskusi ketika bertemu dengan teman-teman dosen di Puskom UNS Solo. Workshop, meskipun dengan undangan mendadak, tapi bak wangsit yang memberi tanda ke insting saya bahwa acara ini wajib saya datangi. Bukan hanya karena telepon mbak Jatu yang merdu yang meminta saya untuk sekalian mabid sambil ngisi liqo di UNS Solo hehehe, atau karena kesabaran mas Kurnia yang ngejar kereta saya dari Boyolali dengan motor bututnya, dan akhirnya berhasil menjemput saya jam dua pagi di Stasiun Balapan Solo, dan juga bukan karena sodoran kertas untuk tanda tangan dari mbak Asih 🙂 Saya merasa perlu mengajak bapak ibu dosen untuk kembali memperhatikan mahasiswa kita. Saya sebenarnya dalam keadaan kepenatan yang luar biasa pada waktu itu. Dua hari di Yogyakarta, hari Selasa (19 Agustus 2008) di STMIK Amikom untuk memberi materi tentang kesiapan kerja wisudawan dan Rabu (20 Agustus...
Kebebasan Yang Membebaskan
Sahabat saya, mas Nurul Hidayat, mulai semester ini memimpin Program Studi (Prodi) Teknik Informatika di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Saya diundang untuk mengisi satu sesi acara Grand Opening Prodi tersebut, hari ini tanggal 21 Agustus 2008, bareng pak Eko Indrajit (Aptikom) dan pak Gatot (Seamolec). Saya ingin menghadiahkan sebuah essay kecil untuk mas Nurul, yang merupakan modifikasi dari tulisan lama saya yang sengaja saya susun untuk para mahasiswa. Essay ini menceritakan perdjoeangan saya dalam mencari hakekat kehidupan selepas SMA (halah) 😉 Secara filosofis, essay ini adalah gambaran pemikiran dan konsep saya tentang open movement, sekaligus ingin memberi argumentasi bahwa karya-karya besar, ide-ide besar dan teknologi-teknologi besar lahir dari konsep open movement. Keberadaan open source, open content dan open standard adalah sebagai implementasi nyata dari open movement. Open movement juga memberi manfaat ke dunia pendidikan, memperkuat kualitasnya, memberikan kebebasan berpikir kepada sivitas akademikanya. Ya, open movement adalah sebuah proklamasi kemerdekaan dan pernyataan kebebasan dari ketergantungan. Ya, bebas dari ketergantungan fungsi, ketergantungan pola pikir, ketergantungan terhadap suatu teknologi, tool, produk dan platform, serta ketergantungan finansial. Dengan kebebasan dan kemerdekaan itu, diharapkan kita dapat membebaskan orang lain, dengan cara menshare ide dan ilmu kepada orang lain, mendidik orang lain, membuka wawasan dan wacana ke orang lain, memberikan solusi untuk orang lain, serta membuka lapangan kerja baru. Semuanya dapat dirangkum dalam satu kalimat besar “jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain“. Itulah arti kebebasan dan makna kemerdekaan yang sesungguhnya, paling tidak menurut saya dan itulah yang saya maksud dengan kebebasan yang membebaskan. Diantara ritualitas lomba makan kerupuk, lomba panjat pinang, dan pentas panggung menyambut 17 Agustus 2008, mudah-mudahan kita tidak lupa bahwa hakekat kemerdekaan adalah kebebasan, dan tingkatan tertinggi dari kemerdekaan adalah ketika dengan kemerdekaan dan kebebasan yang kita miliki, kita dapat membebaskan orang lain dari ketergantungan dan permasalahan. Essay sepanjang 11 halaman ini agak sulit saya tulis di posting blog, jadi silakan...