Science 2.0 dan Paradigma Baru Research Life Cycle
Science 2.0? makhluk apalagi nih? ๐ Ini adalah tema bahasan yang saya angkat untuk seminar yang diadakan oleh Pusat Penelitian Politik (P2P), Lembaga Ilmu Pengetahuan indonesia (LIPI) tanggal 10 Desember 2009. Seminar mengambil tema Dilema Antara Hak Kekayaan Intelektual dan Penyebaran Ilmu Pengetahuan. Saya sempatkan menyusun makalah ilmiah secara lengkapย untuk memberikan gambaran komprehensif tentang Science 2.0. Makalah lengkapย bisa didownload lewat link di bagian akhir tulisan ini.
Web 1.0 bergerak menjadi Web 2.0, yang intinya memberi hak pengguna untuk berpartisipasi aktifย (OReilly, 2004) (OReilly, 2005). Perkembangan Web 2.0 ternyata kemudian memberi pengaruh ke bidang lain selain bidang computing dan Internet. Hal ini ditandai dengan kemunculan berbagai movement di bidang lain yang membawa ruh dan karakteristik Web 2.0. Identity 2.0, Library 2.0, Law 2.0, Media 2.0, Advertising 2.0, Democracy 2.0, Diplomacy 2.0, dan Government 2.0 (Hinchcliffe, 2006) (Wahono, 2008).
Dion Hinchcliffe (Hinchcliffe, 2006) dalam analisanya tidak secara eksplisit menyebutkan istilah Science 2.0. Akan tetapi kita bisa melihat suatu fenomena dimana peneliti semakin banyak yang mempublikasikan tulisan ilmiah, berkolaborasi ide penelitian, melakukan webinar dengan menggunakan fasilitas Web 2.0. Dan inilah yang disebut dengan Science 2.0 (Waldrop, 2008, January). Ilustrasi menarik datang dari Barret (Barret, 2008), yang menggambarkan Science 2.0 seperti pada gambar di awal tulisan ini.
Konsep utama dan permasalahan ide dari Science 2.0, seperti yang dijelaskan oleh Waldrop (Waldrop, 2008, May) adalah sebagai berikut:
-
Science 2.0 secara umum merefer ke praktek baru para peneliti yang mempublikasikan hasil eksperimen yang relatif belum matang, teori baru, klaim suatu penemuan dan draft makalah ilmiah melalui Web, blog atau jalur protokol lain (Science 2.0, 2007), supaya bisa dikomentari dengan cepat oleh peneliti lain. Hal ini berbeda dengan konsep Science 1.0 yang mengandalkan kegiatan conference untuk mendapatkan respon dan komentar peneliti lain.
-
Pendukung Science 2.0 sepakat bahwa praktek keterbukaan akses (open access) membuat perkembangan dunia sains lebih kolaboratif dan akhirnya peneliti menjadi lebih produktif
-
Pengkritik Science 2.0 mengatakan bahwa mempublikasikan online penemuan awal dari sebuah penelitian membawa resiko terjadinya plagiat ide dan pelanggaran hak kekayaan intelektual (hak cipta, paten, dsb)
Di luar masalah pro dan kontra, Science 2.0 mulai tumbuh dengan pesat. Kebutuhan perkembangan ilmu pengetahuan, percepatan proses research life cycle (problem finding, discussion, research, and publication) dirasakan oleh para peneliti lebih penting daripada memikirkan administratif legal formal dan hak kekayaan intelektual. Mengapa proses dan siklus penelitian ilmiah (research life cycle) yang ada saat ini dirasakan bermasalah? Jawaban dari pertanyaan ini ada pada beberapa pemikiran di bawah:
-
Model publikasi ilmiah yang ada saat ini sangat-sangat lambat. Paper dari journal ilmiah terbaru yang ada saat ini boleh dikatakan telah berumur setengah sampai dua tahun. Hal ini karena proses research life cycle yang tidak lancar.
-
Hanya ada satu level diseminasi informasi, yaitu peer-reviewed alias proses review dari makalah untuk jurnal ilmiah atau conference. Proses review ini sangat memakan waktu, terlebih lagi untuk jurnal ilmiah dan conference yang memiliki impact factor tinggi
-
Pendekatan publikasi yang ada saat ini tidak mendorong adanya feedback terbuka dan review hasil penelitian
-
Makalah yang dipublikasikan di jurnal dan conference, sering tidak memiliki kelengkapan informasi yang memadai, sehingga hasil penelitian tidak bisa digunakan kembali oleh pihak lain
-
Makalah di jurnal ilmiah diperbaiki dan ditentukan formatnya dengan tujuan untuk dicetak.
-
Penyebaran informasi lewat jalur darat (offline) tidak memungkinkan lagi apabila kita ingin mendapatkan hasil yang maksimal, menjangkau wilayah luas dengan biaya yang murah
Terlepas dari pro dan kontra yang terjadi, apabila kita analisa dari berbagai pengalaman penerapan Science 2.0 yang disajikan pada makalah ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa proses penelitian secara alami akan menuju ke Science 2.0. Masalah pelanggaran hak kekayaan intelektual tentu harus tetap diperhatikan, meskipun kita bisa gunakan berbagai teknologi dan strategi untuk mencegah dan memberi punishment terhadap pelaku pelanggaran hak kekayaan intelektual. Manfaat besar yang dirasakan peneliti ketika menerapkan konsep Science 2.0, khususnya berhubungan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, akan membuat Science 2.0 adalah pilihan terbaik bagi peneliti.
DOWNLOAD
Untuk membaca lengkap makalah ini, silakanย gunakan link download di bawah. Untuk berdiskusi lebih lanjut, silakan ikuti Seminar di P2P LIPI tanggal 10 Desember 2009 ๐
Download Artikel Lengkap: romi-science2.0-lipi-10desember2009
REFERENSI
Barrett, R. (2008). Science 2.0: You Say You Want A Revolution. Howard Hughes Medical Institute (HMMI) Bulletin .
Hinchcliffe, D. (2006). The Web 2.0 Revolution Spawns Offshoots… Social Computing Journal .
OReilly, T. (2005). What is Web 2.0: Design Patterns and Business Models for the Next Generation of Software. OReilly Media (http://oreilly.com/web2/archive/what-is-web-20.html).
O’Reilly, T., & Battelle, J. (2004). Opening Welcome: State of the Internet Industry. Web 2.0 Conference. San Francisco: Media Live International and O’Reilly Media.
Science 2.0. (2007, 10 30). Retrieved 12 3, 2009, from Open Wet Ware – Share Your Science: http://openwetware.org/wiki/Science_2.0/Brainstorming
Wahono, R. S. (2009). eContent, HKI dan eCheating. IDLN Meeting 2009. Bandung: Institut Teknologi Bandung (ITB).
Wahono, R. S. (2008). Pengelolaan Konten di Era Web 2.0. Seminar Pengelolaan Konten dan Sharing Informasi. Jakarta: Kementrian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK).
Waldrop, M. (2008, January). Science 2.0 – Great New Tool, or Great Risk? Scientific American Magazine .
Waldrop, M. (2008, May). Science 2.0 – Is Open Access Science the Future? Scientific American Magazine .
hmm, sepertinya sekarang bukan dunia IT aja yang sudah mulai OpenSource ๐
web 2.0 emang amazing..
ini ada produk anak negeri yang sedang menggeliat http://www.koprol.com
Wah mantap nih, hanya apakah sumber daya manusia di Indonesia sudah mendukung?
info yang menyegarkan.
Wuiih!! Akhirnya update juga, setelah sekian lama kutunggu..
Setuju banget, yang pinter2 jangan pelit2.. ๐
setelah sekian lama tidak muncul,
akhirnya yang ditunggu datang juga…
๐
liat gambar ilustrasi dan judul sempet mikir dulu beberapa menit,,
lalu makin bingung ajah,,
๐
mending download aja dulu dech,,
nice post gan,,
memang, sering terjadi dilema antara penyebaran iptek dan pengetahuan sains dengan resiko plagiat.. tapi klo kita ikhlas, insyaAllah kita telah melakukan hal yang benar.
wow kalau memang para ilmuwan bisa berkolaborasi online tentu penelitian akan lebih cepat
walaupun saya sendiri agak khawatir tentang masalah hak kekayaan intelektualnya… mungkin bang romi ada saran bagaimana menjaga hak cipta di science 2.0 ini?
anyway, science 2.0 ini sudah berjalan atau baru konsep saja bang? kalau belum berjalan dimana kendalanya?
dari beberapa kunjungan baru kali ini ngisi komentar. Era terus berlanjut, pengetahuan berkembang dengan sarana dan prasarana yang tersedia. Tapi konsekwensinya muncul banyak dilema nantinya yang harus diantisipasi segera. Salam sukses
Sebelumnya, salam kenal Pak Romi dan juga rekan-rekan sekalian. Saya sudah sering baca-baca tulisan Pak Romi yang sangat inspiratif dan penuh ilmu, tapi baru kali ini mencoba berkomentar.
Komentar saya: saya sangat setuju dengan science 2.0 (bahkan sangat saya harap-harapkan). Bukan hanya hasil penelitiannya yang dipublikasikan secara online dan bebas tapi juga prosesnya. Menurut saya, ini akan mengurangi redudansi penelitian sehingga tidak mubazir. Sementara dari segi prosesnya, saya sebagai mahasiswa yang masih sangat awam dalam bidang penelitian bisa belajar bagaimana proses penelitan dilakukan oleh para pakar secara profesional (belajar dari para ahli).
Mudah-mudahan science 2.0 ini bisa dimanage dengan baik sehingga tidak tercecer ke mana-mana seperti jurnal-jurnal elektornik di Indonesia. Kalau perlu, cukup 1 situs saja yang mengelolanya.
Di kedokteran ada openmedicine.ca–peer-reviewed, independent, open-access journal. ๐
@dani: Seperti dilihat dari referensi diatas, penerap Science 2.0 memang justru kebanyakan dari dunia kesehatan dan kedokteran ๐
hahaha akhirnya artikel terbaru muncul juga,,
mantablah kang Romin
wah jadi pengen ikut seminarnya ^^
keren2,,jdi ga sabar ikut seminarnya
wow, mantab gan.
btw Pak Romi, saya termasuk tipe orang yang punya prinsip “knowledge is for share”, jadi ga mempertimbangkan hak paten dari penyebaran jurnal/artikel pengetahuan di internet.tapi entah deh kalo itu salah. soalnya buat dapet beberapa disiplin ilmu pengetahuan di Indonesia (atau yang berbahasa Indonesia) masih jarang, ntar kalo dibiarin kapan berkembangnya nih indonesia?
wallahu alam
btw,keep posting gan! ๐
@Learn Computer Science: Kalau masalah pintar, sudah. Sekarang dibudayakan (lagi) mau berbagi, dan yang baru, menghormati sebuah karya sebagai milik bersama.
update blog yg sdh lama ditunggu!
semoga WEB2.0 semakin bermanfaat bagi masyarakat ๐ ๐
ok pintar punya
orng penting
baca dulu, pak. mendukung untuk health 2.0
@Pak Romi: kalo ngga salah, yang formal, kebanyakan librarian-nya yang aktif. Kalo sekadar health 2.0+, medicine 2.0+, itu baru dokternya yang blusukan. ๐
Dengan science 2.0+, terbayang satu set data penelitian dipakai untuk penelitian lain di pelbagai negara dengan terbuka.
Akhirnya update juga.. selalu menunggu bahasan2nya yg menarik pak romi
Moga aja di Indonesia juga semakin maju dengan adanya Web 2.0 ini ya pak
Semoga di Indonesia science 2.0 bisa berkembang dengan baik dan masalah hak cipta mugkin bisa di atasi dengan LAW ITE.
Nice article!!!
akhirnya…
diupdate juga setelah lama sekali tak diupdate
Subhanalloh, gimana kalo sudah web 3.0 ya..
Wah harus smakin mengejar ketinggalan…ini bukti bahwa kita bangsa Indonesia harus slalu blajar blajar dan blajar…karena inilah globalisasi sebenarnya…
Akhirnya, saya bisa bertatap muka langsung dengan Pak Romi, setelah bertahun2 hanya tahu di dunia maya.
Kebetulan saya menjadi panitia untuk acara yang di maksud di atas.
Pak Romi, banyak sekali yang komentar soal acara tadi. Dan salah satunya, ada yang bertanya, Berapa bulan untuk bisa mendatangkan Pak Romi? Karena beliau sangat sibuk sekali.
Yang pasti, acara tadi sangat mencerahkan saya, dan peneliti2 di P2P LIPI.
Kang romi saya cuma mau bilang ” I love you full kang” thanks banget kang terutama alamat jurnal ilmiah itu wah untuk update perkembangan ilmiah bukan hal sulit lagi..hahahahahaaaaa
mantab kang!! lanjutkan perjuangan!!
Makasih kang artikelnya,,, yang pasti berguna banget ni
wah, penggunaan konsep web 2.0 pada dunia riset belum terpikir oleh saya sebelumnya.. dan nampaknya menarik.
apakah sekarang ini sudah ada web/peneliti yang menggunakan konsep ini? jika ada, boleh di-share pak ๐
saya ada ide juga,, untuk mengantisipasi faktor kontra seperti plagirism dll sebaiknya ada lembaga formal yg memfasilitasi proses kolaborasi tsb, jadi ide2 yg muncul mendapat pengakuan scr formal. Dan menurut saya LIPI (sebagai lembaga penelitian pemerintah) bisa mengambil peran strategis itu.
Memang akhirnya semua mengarah ke konsep 2.0
Sudah siapkah kita menghadapinya?
secara lansung konsep science 2.0 ini menerapkan TIK sehingga ini dapat lbh mendorong penyebarluasan informasi ilmiah ke berbagai kalangan. yang saya perhatikan jurnal ilmiah yg ada sekarang ini umumnya sudah “basi” dan tentunya dengan akses yg terbatas pula,mnurut saya, ini menyebabkan banyak mahasiswa “males” membaca jurnal ilmiah atau paling kalau perlu saja :). jadi, Go science 2.0>> selamatkan bangsa dengan konsep ini mas romy. //setidaknya ini membuat mahasiswa/pelajar/generasi mudah mendapatkan informasi yg sangat bagus dengan sajian yang menarik.
terima kasih atas ruang tanggapannya:)>
ane menunggu dengan Sangat ni wejangan dari MASTER ROMI ni..ALHAMDULILLAH…,science 2.0 sebuah PERUBAHAN BESAR DARI KERJA BESAR..HE..HE
JAZAKALLAH PAK ROMI
SALAM ACTION
ALHIJR ADWITIYA
pa romi kapan main lagi ke stmik banisaleh bekasi
Assalammu’alaikum pak romi,
Dunia science 2.0 benar2 membawa banyak manfaat,makasih pak artikelnya dah nambah wawasan ๐
Salam SUKSES,
Satriawan Wijaya
assalamualaikum wr wb
tapi sepertinya scientist masih menganggap submit ato publikasi lewat jurnal lebih diakui di kalangan internasional..
dan kenyataannya memang begitu, hehe
Artikelnya selalu bagus
pelajaran di kmpus saya jg nih pak.. SDLC- system development live cycle.. ๐
wah ilu sudah berkembang..perlu banyak belajar nih..
makasih artikelnya bagus ๐
harus banyak belajar di blog ini biar aku nggak gaptek
Go … Web bassed ….
Go … Web bassed ….
He..he..
Saat ini bisa dikatakan bahwa arahan programming lebih banyak berbasiskan web (maaf kalo sok tau, he..he..) (bahkan beberapa aplikasi desktop telah banyak disulap menjadi “web bassed application”)
Salut buat Artikelnya Mas..
YUp! era infomasi memang luarbiasa.. menggiring orang untuk lebih kreatif, efisien, dan sangat uptodate! go.. go.. 2.0 ๐
Pak Satria yang cerdas, Saya sedang belajar web 2.0 khususnya untuk gov 2.0, kebetulan saya juga sedang research gov 2.0. saya juga mohon ijin copy paste artikel bapak tentang science 2.0 di blog saya. saya akan posting tulisan bapak jika saya sudah mendapatkan ijin. terima kasih..
ternyata bisa kuliah gratis di blog ini ๐ dari pada bayar mahal2 untuk kuliah mendingan sering2 berkunjung ke sini