Antara Aku, LIPI dan IlmuKomputer.Com
Pulang ke Indonesia tahun 2004, saya berpikir untuk adem ayem alias tenang mengikuti jalur karir PNS di LIPI. Menikmati dunia penelitian seperti 10 tahun kehidupan saya di Jepang. Karena di LIPI saya ditugaskan di Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII), sebelum pulang saya mempersiapkan berbagai pekerjaan dan penelitian yang berhubungan dengan tugas saya. Dimulai di tahun 1997, saya bersama mas Hendro (LIPI), mas Amin (BBPT) dan mas Suhono (ITB) mengembangkan digital library bernama ISTIB. Yang kemudian pekerjaan ini kita lanjutkan dengan membangun CSPI (Center for Scientific Papers of Indonesia) bersama mas Iko (NTT), dimana kita mengumpulkan paper dan thesis mahasiswa Indonesia yang ada di Jepang. Harapan saya dulu bahwa CSPI bisa jadi satu prototipe untuk digital library di Indonesia dan bisa sebagai kegiatan andalan PDII LIPI dalam mengumpulkan karya ilmiah.
Saya mengerjakan berbagai penelitian tentang digital library dan knowledge management, disamping penelitian utama saya tentang software engineering. Saya melanggan banyak digital library yang sudah established diantaranya adalah IEEE dan ACM, untuk mempelajari business processnya, bagaimana bisa kita terapkan di Indonesia, khususnya di PDII LIPI. Untuk bekal kehidupan di tanah air dan membina core competence, saya juga aktif menulis di berbagai majalah dan media massa. Sudah ratusan artikel yang saya tulis baik dalam bentuk technical paper maupun artikel populer, dan sudah dipublikasikan di berbagai majalah, journal maupun koran bertaraf nasional maupun internasional.
Dari hasil riset dan survey ke komunitas maya di awal tahun 2003, saya kemudian membangun IlmuKomputer.Com, mengumpulkan ribuan aktifis dan kontributor untuk memikirkan bagaimana kita bisa menyediakan literatur dalam bidang teknologi informasi yang gratis untuk masyarakat, gampangnya sistem belajar dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Siapa yang telah menerima ilmu punya kewajiban moral untuk memberi. Metode repositori yang memungkinkan setiap orang dapat mengakses artikel, buku dan tutorial berbahasa Indonesia ini juga bisa jadi satu kegiatan andalan di PDII LIPI. Kegiatan ini terbukti cukup memberikan solusi efektif dan murah, meskipun tanpa bantuan dana dari pemerintah maupun pihak lain, kegiatan tetap berjalan dengan baik sampai saat ini, dan bahkan akhirnya mendapatkan penghargaan dari PBB dalam event World Summit on Information Society (WSIS) 2003 di Jenewa.
Pulang ke Indonesia saya langsung masuk kerja di PDII LIPI, saya usahakan berangkat paling pagi dan pulang paling sore. Terkadang saya nginep supaya bisa mengerjakan banyak pekerjaan. Saya meminta ke kepala pusat untuk bisa mengelola satu lantai di gedung PDII LIPI untuk saya jadikan training center dan business incubator center. Meskipun akhirnya bukan saya yang ditugaskan mengelola, saya sudah cukup senang ide itu terwujud, meskipun implementasinya masih agak tersendat-sendat.
Aktifitas di IlmuKomputer.Com jujur saja mengubah kehidupan saya 180 derajad. Saya yang tadinya berpikir agak individualis dengan adem ayem mengikuti jalur kehidupan PNS di LIPI, sedikit bergeser karena IlmuKomputer.Com membawa banyak manfaat ke masyarakat dan membawa peluang ke dunia industri. Saya sekarang pasti akan merasa sangat berdosa kalau peluang ini dulu tidak saya ambil. Saya bisa membuka lapangan kerja baru untuk teman-teman aktifis IlmuKomputer.Com di berbagai daerah, saya bisa meluangkan waktu untuk melatih teman-teman menulis, melatih teman-teman menjadi pengajar, memberi beasiswa untuk melanjutkan sekolah dan mengembangkan jiwa enterpreneurship.
Dalam perjalanan waktu, kemudian saya sering diundang berbicara dalam berbagai seminar atau workshop tentang teknologi informasi di universitas, akademi, SMA, SMK, pemerintah daerah, berbagai institusi pemerintah (departemen/kementrian) maupun swasta. Meskipun saya jarang sekali diundang atas nama LIPI, saya selalu berusaha membawa dan mensosialisasikan beberapa produk LIPI. Dan akhirnya kewajiban moral inilah yang mengubah style aktifitas saya, mengubah 180 derajad kehidupan dan perdjoeangan saya di tanah air. Kewajiban moral ini sesuai visi di komunitas IlmuKomputer.Com untuk menshare ilmu pengetahuan ke siapapun yang membutuhkan.
Sistem birokrasi di LIPI ternyata tidak memungkinkan mengakomodasi kenyataan ini. Saya juga tidak punya kekuatan untuk mengubah keadaan. Pangkat dan golongan saya terlalu rendah untuk melakukan perubahan sehingga akhirnya banyak ide saya yang berakhir di rapat-rapat. Saya menjadi tidak enjoy dan mengalami kepenatan birokrasi, kekecewaan ini yang saya ungkap di tulisan saya sebelumnya, dan juga surat terbuka ke kepala pusat.
Masalah menjadi kompleks, sampai akhirnya mulai nopember 2007 ini saya sudah tidak menerima gaji saya di LIPI. Tentu ini saya terima dengan ikhlash karena memang kesalahan saya telah menabrak administrasi birokrasi yang tertuang dalam prosedural formal. Saya anggap ini adalah satu sisi kegagalan perdjoeangan saya di republik tercinta ini. Saya kurang sabar, pingin cepat melakukan perubahan dan akhirnya gagal melakukan sinkronisasi dengan sistem kerja di institusi pemerintah. Saya mungkin memang tidak ditakdirkan untuk berdjoeang melalui institusi pemerintah.
Hanya sesuai tekad saya dulu memutuskan pulang ke tanah air, saya tidak akan pernah berhenti berdjoeang, saya tetap berusaha terus belajar dan bekerja keras untuk memberi solusi ke masyarakat. Model kerja saya juga tidak berubah (tetap sampai larut malam … hehehe), waktu tidur saya yang hanya 2-4 jam juga tidak berubah, dan kalau ada yang sebel dengan ringtone handphone saya yang Indonesia Raya, mohon maaf ini juga tidak bisa saya ubah :D. Terakhir, kewajiban kita terlalu banyak dibandingkan dengan waktu yang disediakan oleh Yang Diatas. Ayo kurangi tidur, atur jadwal perdjoeangan dan perbanyak solusi riil untuk masyarakat.
Aku tak pernah dapat memikirkan rencana mendetail tentang apa
yang akan terjadi di masa depan.
Aku hanya mengatakan, Aku akan berjuang.
Siapa yang tahu, Aku akan sampai dimana.
(Richard Stallman)
Tetap dalam perdjoeangan !
kesabaran memberi hikmah 🙂
saya dulu pernah “terjebak” lebih dari 5 tahun di suatu company, karena ada kewajiban ikatan dinas yg harus dipegang teguh. Alhamdulillah, setelah kewajiban tersebut selesai, bisa resign dan terbang bebas untuk mengembangkan diri.
banyak hikmah selama lebih dari 5 tahun di company pertama tsb, antara lain saya belajar menjadi “superman”, hingga mendapatkan pengetahuan komprehensif mulai dari networking, programming, windows, linux, dan ERP system.
Tapi masih PNS kan…apa pensiun dini ? jadi seperti Pak Onno W. Purbo ?
Selamat datang di dunia “nyata” mas… 🙂
Pak Romi, berdjoeang…. diaman-mana bisa dilakukan… dan kadang memang harus, dilakukan dengan cara-cara yang lain2 selamat berdjoeang, dan mari kita berdjoeang untuk negeri yang telah memberikan banyak kepada kita.
Mas Romi,
Ngikuti jejak kang Onno mas. Salut sama mas yang masih punya idealisme dimana saat ini hal itu menjadi hal langka.
tetaplah berjuang mas lewat open source, sebab ilmu yang tidak disebarluaskan ibarat tanaman padi yang tidak berbuah. Indah dan memberi harapan jika dilihat dari namanya, tapi nggak ada gunanya jika tidak ada butiran beras didalamnya.
Tetaplah berjuang dan hidup komunitas open source Indonesia
jadi critanya nih Mas Romi mengundurkan diri dari LIPI?? tetap dalam perjuangan Mas, doa rakyat Indonesia menyertaimu… 🙂 🙂
Sing sabar mas. Perjuangan untuk suatu kebaikan terkadang membutuhkan pengorbanan. Mudah-mudahan dapat memperoleh hikmah dan jalan keluar yang terbaik nantinya. Tetap semangat!
wah mas..,apa karena mas di geser di LIPI jadi akhirnya mungkin LIPI gak mau lagi memakai mas,padahal di negara ini butuh orang yg punya pemikiran maju kedepan dan tindakan,bukan sekedar omong kosong menanggapi orang lain tapi gak ada perbuatan,seperti yg terjadi sekarang,perjuangan jangan pernah berakhir mas,maju terus pantang mundur..,banyak jalan ke roma..,alon alon waton kelakon..,pertama saya tahu ilmukomputer.com,saya berpikir ada juga orang indonesia yg punya pemikiran untuk membuat sesuatu yg berguna( bukan gak ada mungkin kesempatan dan jalan yg blum tahu ),sebenarnya saya ingin ikut aktif di ilkom,cuma karena masalah waktu,walau hanya awal awal waktu itu dengan training training bersama dengan mengumpulkan temen teman yang mau share dan belajar bersama.maju terus mas romi….
Mas Romi yang baik, kebaikan itu tidak akan pernah hilang terbawa angin. Teruslah berjuang untuk bangsa ini, walau memang jalur kita bukan melalui institusi pemerintah………Perjuangan untuk bangsa adalah hak sekaligus kewajiban seluruh anak bangsa……….Yang Paling Atas pasti tahu itu………
Tetap semangat, perjuangan belum berakhir…..
Dimanapun berada kita harus berjuang untuk masyarakat Indonesia walaupun itu sangat kecil dan tidak terlihat oleh siapapun.
Justru itu adalah perjuangan yang luhur.
Orang akan menemukan sukses lain tatkala ada jalan buntu didepannya mas.
Jangan takut, saya yakin mas Romi akan jauh lebih sukses dan berhasil dengan adanya tembok penghalang ini.
LIPI terlalu kecil bagi Mas Romi untuk berjuang, justru butuh tempat yang lebih luas dan nyaman untuk berinovasi dan melakukan perubahan bagi bangsa ini. Sudah pernah ada contoh tokoh IT indonesia ini yang rela meninggalkan status PNS untuk melanglang buana ke seluruh nusantara seperti Om Onno W Purbo, dll. Ternyata setelah keluar ledakannya luar biasa dahsyat sampai seperti sekarang. Siapa tahu dengan lepasnya jabatan institusi sekarang membuat Mas Romi lebih meledak lagi potensinya 🙂
Maju terus pantang mundur, Rakyat Indonesia bersama para pejuang.
Salam Perjuangan
Yadi Syahid
Sabar ya mas Romi,
Insya Allah Allah akan memberikan jalan yang terbaik untuk mas Romi sekeluarga. Tetap semangat membangun masyarakat melek komputer di Indonesia..:)
Pak Romi, saya jadi ingat pertemuan Isnet minggu lalu, disitu saya ketemu dengan kawan sesama jaringan Isnet yaitu Pak Fami Fachrudin. Blognya bisa dibaca di http://masfami.blogspot.com/
Yang mengesankan saya adalah jalan beliau yang lumayan mirip dengan pak Romi, yaitu sama-sama dari LIPI dan lalu keluar dari wadah tersebut :
http://masfami.blogspot.com/2006/04/pilihan-hidup-keluar-dari-lipi.html
Memang mungkin wadah tersebut kebetulan kurang besar untuk beliau, dan setelah berada di luar maka beliau bisa berkontribusi jauh lebih banyak lagi bagi sesama.
Saya yakin juga demikian halnya dengan pak Romi. Saya doakan semoga jalannya dimudahkan, semakin sukses, dan semakin banyak membawa manfaat bagi kita semua, amin.
Terimakasih.
salut bwt mas romi yang berani keluar dari kemapanan demi perjuangan.
Ibarat bersedekah.. sebaiknya kan langsung diberikan aja kepada yang membutuhkan.
Tekad memperjuangkan bangsa dari sisi Sains lebih afdol langsung terjun ke masyarakat aja kali.. Biar masyarakatnya dulu yang pinter. Baru pemerintahnya kan ikutan pinter 🙂
Hemm … kok serasa dejavu deh Mas 🙂
Klo kata beberapa teman saya di LIPI, Mas Romi itu telat lahir, sebab LIPI sekarng tidak seperti dulu lagi .. 🙂
Just kidding, cuman seperti komen di atas, LIPI terlalu kecil buat Mas Romi .. ada seuatu yang lebih dahsyat menunggu di sana
Salute buat Mas Romi,
Memang idealis perlu pengorbanan. Tapi semangat Mas Romi perlu saya acungi jempol. Itu sama dengan kondisi saya yang sampai sekarang pangkat saya sbg PNS biasa saja. Teman2 saya sdh melejit karena dia bikin penelitian, paper yang kadang2 saya pikir risetnya tdk memiliki kontribusi untuk masyarakat sekitar. Memang terlalu oportunis kondisi ini. Saya sekarang ini juga maniak kerja karena aku punya ambisi utk meraih kesuksesan dari hasil kerja kerasku dan bisa bermanfaat untuk orang lain. Selamat berjuang Mas Romi kita tetap selalu sambung silahturohmi diantara kita. Ide-ide Mas Romi ke depan masih banyak orang yang membutuhkan. Dengan semangat 10 Nopember mari kita lakukan perubahan melalui IT.
Sabar Mas Romi, apapun yang terjadi tetap berjuang. Mungkin mas Romi ditakdirkan untuk sesuatu yang besar. Dan LIPI hanyalah “Path” for you to go some place big than before.
Tapi walau Mas Romi akhirnya gak di LIPI, jangan lupa sama kita2 yang di LIPI ya….
Perjoeangan yang luar biasa. semoga jadi ibadah bagi diri, keluarga dan kita semua. Terima kasih atas segala inspirasi dan sharing knowlegde-nya kepada kami semua. Tetatp semangat dalam BERJOEANG !!!!!
saya belum pernah jd PNS, tetapi pernah kerja di perush IT Consultant, yg semua client-nya berasal dari kedinasan….. dan pernah juga ikut2an disuruh ngotak2 RAB oleh boss, aneh juga kita nawarin produk sekian juta, eh malah sm si client disuruh naekin ditambah bbrp ratus juga, lah orang mah biasanya nawar ke yg lebih murah, ini koq ke yg mahal, eh setelah agak lama akhirnya sy tau ternyata sebagian duitnya buat dibagi2 buat mereka
terus terang saja, ini membuat sy miris & cara bisnis-nya juga memuakan, seenak-udelnya mainin uang rakyat, cuma sanggup bertahan 1 tahun di situ (gajinya mayan , pdhl sy fresh graduate), terus pindah ke perush lain yg gajinya lebih kecil…… ah biar saja yg ini mah termasuk halal, soale outsourcing ke swasta, dan terus terang saja , sy lebih bahagia kerja di tempat yg kedua
#adit
kontrak dengan government, walau saya akui tidak luput dari korupsi, juga punya problem dengan pricing. Salah satunya adalah apa yang dipropose sekarang, baru dianggarkan di tahun depan, dan dibayarkan tahun lusanya. Akibatnya jelas, vendor kudu :
1. antisipasi inflasi
2. antisipasi bunga pinjaman
3. antisipasi resource untuk man-days yg makan waktu deployment lama lengkap dengan supportnya.
4. antisipasi policy yang berubah dalam waktu paling tidak 2 tahun tersebut
Dari pengalaman saya, adalah wajar banget jika margin yg direncanakan biasanya menggelembung sampai 100%, believe it or not.
#Romi,
Kalau memang LIPI tidak cocok dengan anda, atau anda tidak cocok dengan LIPI, ya saatnya bercerai. Jangan sampai keterikatan dengan suatu organizasi menjadikan anda terpaksa “bungkam”. Cari tempat yang lebih bisa menyuarakan kreasi anda. I know you are a capable person, make the chance or create your own. Good luck
akhirnya…keluar dari birokrasi “complicated” yang membuat ide senantiasa dipatahkan..
terus berjuang mas..demi edukasi dan masa depan anak-anak muda Indonesia yang “seharusnya” lebih cemerlang.
“”waktu tidur saya yang hanya 2-4 jam juga tidak berubah :)””—>gimana mas caranya, saya dari dulu pengen banget tidur 2-3 jam, tapi tetep gak bisa???
sabar mas doa saya selalu bersama mas semoga terus berjuang untuk memajukan indonesia salam
Yang saya khawatirkan dari tulisan ini cuma satu, yaitu Bang Romi “pulang” ke Jepang, meninggalkan kami yang sedang belajar ini. Kalau itu benar-benar terjadi, hilang satu lagi orang hebat di Indonesia. Ahh, Indonesiaku … ada apa denganmu ? …
Welcome *back* 😀
Inilah “IRONI” sebuah negara yang bernama Indonesia……..
Seharusnya orang seperti mas Romi inilah yang menjadi contoh kalangan BIROKRAT Indonesia. Bukan mau membela tokoh panutan ini, tapi mentalitas BIROKRAT kita yang merasa dirinya TUAN dan bukan PELAYAN MASYARAKAT yang merusak bangsa ini.
Keputusan mas Romi untuk “BERCERAI” atau mungkin “DICERAIKAN” LIPI (saya kok lebih yakin kalau sebetulnya mas Romi yang “DICERAIKAN”) merupakan pukulan telak bagi lembaga PENGETAHUAN bangsa Indonesia. Apalah artinya kepangkatan kalau ternyata pejabat2 itu bagai tong kosong yang nyaring bunyinya???? Seharusnya orang-orang sekaliber mas Romi, Kang Onno Purbo dll yang menduduki posisi-posisi penting di BIROKRAT. Ya…karena JIWA MEREKA adalah untuk MELAYANI……melayani yang tidak mampu (miskin pengetahuan) untuk menjadi mampu (menjadi kaya pengetahuan = pintar).
Ini saya coba menganalisa “kekecewaan” mas Romi terhadap LIPI (seperti yang saya kutip dari tulisan mas Romi diatas):
“Sistem birokrasi di LIPI ternyata tidak memungkinkan mengakomodasi kenyataan ini. Saya juga tidak punya kekuatan untuk mengubah keadaan. Pangkat dan golongan saya terlalu rendah untuk melakukan perubahan sehingga akhirnya banyak ide saya yang berakhir di rapat-rapat. Saya menjadi tidak enjoy dan mengalami kepenatan birokrasi, kekecewaan ini yang saya ungkap di tulisan saya sebelumnya”……..
Harusnya para ABDI (Pelayan) RAKYAT ini memiliki jiwa seperti yang dimiliki oleh mas Romi, jiwa melayani dengan tulus, bukan jiwa MALING dan GARONG seperti yang ditunjukkan oleh para ABDI RAKYAT lainnya.
Wajar saja kondisi bangsa ini urung bangkit dari keterpurukan….. Jika lembaga yang menamakan dirinya Lembaga Ilmu Pengetahuan saja sudah begini…..mending bubarkan saja. Atau mending mas Romi kembangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan yang betul-betul menjalankan visi-misi pengembangan Ilmu Pengetahuan di Indonesia.
Inilah wajah dan realitas bangsa yang penuh ironi….!!!!
Teruskan perdjoeangannya mas Romi, saya yakin semua orang (baik komunitas IKC maupun siapapun yang berorientasi pada kemajuan bangsa ini) akan terus mendukung perdjoeangan ini…..
Perdjoeangan untuk menjadikan bangsa ini lebih pintar, bermartabat, diperhitungkan oleh bangsa lainnya dan yang terpenting menjadi bangsa yang sejahtera.
AMIN…!!!!!
Wah semoga bisa lebih bermanfaat setelah dari LIPI
Apapun keputusannya pasti sudah diambil dengan hati yang mantap. Saya cuma bisa bilang Sukses Boss!! … 🙂
*kalo lebih sukses lagi jangan lupa makan-makan 😛 *ngacirrrr
saya kira semua perlu intropeksi diri jadi semuanya, dalam hal ini ada mispersepsi atau bahkan misinterpretasi karena perubahan zaman dan ada kesenjangan gap yang terlalu jauh antara senior dan junior dimana pola pikirnya dan paradigmanya sudah sangat berbeda — jadi hal ini yang membuat semua merasa tidak nyaman, tidak enjoy dan tidak kondusif,dsb. Jadi jangan lembaganya yang dimarahi apalagi mau dibubarkan juga tidak menjadi jalan keluar atau potong 1 atau2 generasi ini juga belum tentu jadi baik — setahu saya setelah ada kebijakan zero growth di lembaga pemerintah akibatnya baru sekarang dirasakan yaitu ada gap yang sangat jauh antara yang muda dan tua ? ini saya kira akar permasalahannya — jadi sdr Romi juga ada benar dan salahnya begitu juga sikap pimpinan juga ada benar dan salah — jadi perlu terobosan kebijakan dan membangun komunikasi untuk memperkecil gap mis2 an tadi diatas.
Kalau mau total ya reformasi birokrasi dan orang2nya tapi buka lembaganya.
salam
bambang setiarso
pak Romi brarti gak dapat jatah pensiun dong?
tapi anaknya bisa dapat beasiswa dari pemerintah..hmm dilihat dari sisi positif,itu masih tetap menguntungkan after all 🙂
dimana pun perjuangan tetap perjuangan…
saya pernah berharap Pak Romi yang berada dalam lingkaran pemerintahan bisa merubah keruwetan birokrasi pemerintahan [PNS tidak cocok untuk…]
sebuah pilihan… dari pada harus bungkam
[Yang Muda Tidak Dipercaya” dan “Hanya Yang Tua Boleh Bicara]
[iklan mode:On]
apa yang disampaikan Pak MCA dan Pak Bambang juga perlu direnungkan..
dimana pun tempatnya perjuangan tetap perjuangan…
Tetap Berdjoeang dan teroes semangat 🙂
Dlu mas romi di salah satu tulisannya pernah bilang:
“Dan secara dewasa saya harus mengakui bahwa ini adalah jalur jalan kehidupan saya, paling tidak sampai ikatan dinas 2n+1 saya berakhir”
saya aja yang baru 1 tahun sudah jenuh dan penat, apakah saya harus ngikuti jejak mas romi??
Mas kalo boleh tau apa aktifitas dari para periset di LIPI? kenapa dunia ilmiah di indonesia selalu tertinggal tdk seperti di negara lain yang di mana departemen2 pemerintah yang bisa mengahsilkan teknologi(e.g: model layer DOD). Apa konsep yg dihasilkan hanya berujung diatas kertas dan tidak ada yg berujung implementasi?
-best rgrds-
Terkejut juga mendengar pak Romy (salah satu idola saya dibidang IT) berpisah dari LIPI, apakah tidak bisa menunggu pak Romy punya posisi di pemerintah sehingga suatu saat nanti bisa mewujudkan semua impian di bidang IT dengan posisi dan wewenangnya, ya untuk sementara kata pepatah mengalah untuk menang terus gimana nasib bidang IT di Indonesia apakah nggak ada yang peduli ? atau apakah pak Romy nggak sabar menunggu semuanya…? (Maaf sebelumnya)
salam,
Hariyanto
Anda memang pahlawan sejati, mas!
apapun rintangannya, anda pasti berdjoeang lebih keras.
Secara pribadi, saya ikut prihatin dengan kondisi yang dialami mas Romi namun apa mau dikata? Semua yang kita lakukan suatu saat pasti ada pertanggunjawabannya. Mudah-mudahan apa yang ditempuh mas Romi merupakan satu pilihan terbaik di antara jutaan pilihan yang terbaik baik. (best off the one million best)
Memang, sulit juga jika harus memilih apakah menjadi PNS murni ataukah Profesional/Pejuang. Karena keduanya pernah ada dalam diri kita, bahkan kita menjadi sekarang ini berkat kedua faktor tersebut. Perjuangan memang kadang memerlukan pengorbanan tapi alangkah baiknya jika tidak menjadi korban karena perjuangan tersebut.
Sebagai rekan yang pernah mengajak keliling Jakarta dengan Kharisma X punya mas Romi (meskipun motornya saat itu kelebihan beban) mencoba memberikan masukan agar bisa mencontoh para pakar LIPI yang sukses di luar tanpa harus melepas baju LIPI. Siapa yang tak kenal Almarhum Cak Nur? yang bernama lengkap Nurcholis Madjid. Beliau di luar LIPI sangat terkenal dan profesional tapi di LIPI beliau juga masih disegani para pejabat karena pemikiran-pemikirannya, selaih itu beliau juga menjabat sebagai Pimpinan Univ. Paramadina, dan masih banyak lagi jabatan lain. Dewi Fortuna Anwar, pakar Politik dan LIPI. Beliau juga dikenal oleh masyarakat luas tapi, pemikiran-pemikirannya juga bermanfaat bagi bangsa, namun ibu Dewi juga masih aktif sebagai PNS di LIPI. Masih banyak lagi para pakar yang berasal dari LIPI. Dan mas Romi merupakan pakar Teknologi Informasi, yang di lingkungan LIPI sendiri masih sangat sedikit jumlahnya.
Mungin masih banyak lagi PNS-PNS lain di luar LIPI yang juga dikenal oleh masyarakat sebagai profesional, pejuang, dan sebutan-sebutan lain yang intinya membangun demi kemajuan bangsa atas sumbangsih ilmu.
Memang, sangat disayangkan jika mas Romi harus melepaskan baju LIPI karena belum sempat membangun di lingkungannya sendiri. Pemikiran-pemikirannya sangat diperlukan bagi kemajuan bangsa, terutama lingkungan LIPI yang notabene memiliki andil dalam membesarkan beliau sehingga menjadi sekarang ini (terutama body-nya.. 🙂 )
Tidak dapat dipungkiri, gagasan dari seorang staf kadang tidak dipandang sebelah mata meskipun ide tersebut sangat cemerlang. Makanya, jika ingin gagasan dapat diterima tanpa hambatan mungkin harus menjadi pejabat terlebih dulu karena biasanya omongan pejabat dianggap benar meskipun kadang menyesatkan. Kuncinya memang harus sabar dan tawakal
Sepertinya mas Romi sedang diuji oleh Yang Maha Kuasa. Saya yakin, jika berhasil dalam ujian tersebut Insya Allah kita bisa menjadi tokoh yang dihormati dan disegani karena pemikiran-pemikirannya bukan karena omongan yang “membentak” bawahannya.
Bagamanapun semua sudah terjadi, jalan terbaik sudah ditempuh mas Romi. Saya sebagai teman satu kantor dan sesama jenis kelamin, hanya bisa mendoakan semoga setelah melepas baju LIPI bisa mengenakan baju Safari (hanya kiasan saja).
Tetap berdjoeang…. di jalan yang benar
Salam,
Slamet Riyanto
(mencoba bijak tapi tidak taat pajak.. soale pajak motor telat 2 tahun…)
Emang namanya perubahan harus di perdjoeangkan, ketika harus berdjoeang perlu pengorbanan
Dengan kluarnya Pak Romi dari LIPI semoga membawa dampak yang baik untuk kemajuan negeri tercinta ini Amin 🙂
Tetap semangat dan berdjoeang Pak Romi
Maju terus, Bung! Aku justru selalu berpikir bahwa LIPI terlalu kecil untuk menampung KEBESARANMU.
Aku dulu berpikir bahwa LIPI pasti hebat, penuh dengan peneliti-peneliti hebat. Akan tetapi, ternyata lembaga itu tidak sehebat yang aku kira. Sama saja dengan lembaga yang lain, pejabatnya bukan lagi berpikir sebagai peneliti melainkan birokrat.
Kita tahulah, birokrat itu kerjanya mempersulit apa yang mudah.
Selamat berdjoeang tanpa baju LIPI!
saya dari sisi enaknya …..
ambil saja enaknya kerja di LIPI atau di pemerintahan, ambil beasiswa, ambil kesempatan nimba ilmu di LN kalau sudah nggak mendukung maka tinggalkanlah ambil yang terbaik buat hidup.
Semoga ksatria dengan mengemballikan (kalau masih ada) semua biaya, dan janganlah menjelekkan LIPI yang notabene membesarkan, mengurus segala urusan selama sekolah, seperti kata seorang ibu yang membesarkan anaknya yang menurut ustad walau kulit anaknya dilepasin semua masih nggak bisa membalas kebaikan ibunya.
banyak yang akan menyusul dari LIPI hanya belum dan masih siap2 keluar.
Akan tetapi masih banyak di LIPI dan melalui LIPI yang dapat berkiprah di Nasional…. hanya mas Romi saja yang tidak melalui LIPI
Selamat berkarya…….
Pedjoeang romi=new Pedjoeang();
if ( ! romi.isInLipi() ) {
romi.setStillOk(true);
out.print(‘ maju terus om romi ‘);
}
Lembaga lipi = new Lembaga();
lipi.setAttitude(‘bad’);
😀
“Siapa yang telah menerima ilmu punya kewajiban moral untuk memberi.”
keren banget kata2nya
RSW: YES. IKC:YES. LIPI: BIG NO NO!!!!
Pak…Romi, sejak kemaren aku buka web ini sehari mungkin lebih dari 5x kalo2 Pak Romi kasih …command , biasanya rajin…..eh blum juga nongol 🙁
Thanks untuk semua rekan-rekan yang sudah memberi komentar. Pingin jawab satu persatu seperti biasanya, cuman kok ya sudah 44 komentar berdesakan 🙂
Intinya sekali lagi, saya tidak menyalahkan LIPI. Yang salah adalah saya karena menabrak beberapa rule birokrasi formal di institusi pemerintah. Jadi ya punishment harus dijalankan 🙂
Tetap dalam perdjoeangan !
isti’jal?
duh, bapak …. satria nusantara banget sih, berhasil deh tu sekolahan 😀
tetap berjuang pak. saya aja yg masih baru dah berniat nabrak2 juga nih….. ga sesuai hati nurani sih….
lega…rasanya Pak Romi… kasih…com 1 🙂
# Agus: Hehehe ok thanks mas 🙂
# Winy: jangan banyak nabrak, ntar sakit 🙂
# xrvel: Wah menarik mas, gimana kalau versi proseduralnya …hehehe
# Hariyanto: I’ll be back ..hahaha
# Johan: Om kita satu ini saya seneng semangatnya … bisa bikin salatiga bangun tuh hehehe
# MCA: Thanks om …
# Kemas: Amiin
# Merry: Padahal dah dibilangin sama om Wandi, jangan curhat ke wartawan …hehehe
# MAW: Thanks bos …
# Slamet: Thanks juga ke om kita satu ini yang terus istiqomah 🙂
Bentar aku cek lagi, reply komentar yang lain menyusul 🙂
Assalamu’alaikum
Seperti kata teman2, memang ini takdir Yang Maha Berkehendak
bahwa tempat berkiprah hambanya yang namanya Romi bukan
di birokrasi. Semoga bisa tetap sabar dan istiqomah.
Mumpung ada waktu luang (mungkin), bagaimana
kalau menyempatkan diri naik haji Rom ?
Kalau ONH Plus masih ada yang kosong kali ya.
Dari KMII Jepang juga masih ada jatah tuh 😀