10 Resep Sukses Bangsa Jepang
Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak terkena bom atom sekutu (Amerika), Jepang pelan tapi pasti berhasil bangkit. Mau tidak mau harus diakui saat ini Jepang bersama China dan Korea Selatan sudah menjelma menjadi macan Asia dalam bidang teknologi dan ekonomi. Alhamdulillah saya mendapat kesempatan 10 tahun tinggal di Jepang untuk menempuh studi saya. Dalam artikel sebelumnya saya mencoba memotret Jepang dari satu sisi. Kali ini, saya mencoba merumuskan 10 resep yang membuat bangsa Jepang bisa sukses seperti sekarang. Tentu rumusan ini di beberapa sisi agak subyektif, hanya dari pengalaman hidup, studi, bisnis dan bergaul dengan orang Jepang di sekitar perfecture Saitama, Tokyo, Chiba, Yokohama. Intinya kita mencoba belajar sisi Jepang yang baik yang bisa diambil untuk membangun republik ini. Kalau ditanya apakah semua sisi bangsa Jepang selalu baik, tentu jawabannya tidak. Banyak juga budaya negatif yang tidak harus kita contoh 😉
1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ;)), membuat mahasiswa nggak enak pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau 30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Termasuk saya dulu sempat berpikir kenapa pemanas ruangan menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi, padahal sudah cukup dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu, minyak tanah lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswanya.
4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan. Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.
5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar. Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan “maneshita” (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat rotinya. Inovasi dan ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang berinisiatif untuk meniru teknik pembuatan roti dari sheef di Osaka International Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk Matsushita yang terkenal itu.
6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita 🙂 Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini 🙂
7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Saya biasa membeli buku literatur terjemahan bahasa Jepang karena harganya lebih murah daripada buku asli (bahasa inggris).
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang 😉 Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.
Tetap dalam perdjoeangan !
sebenarnya bangsa kita lebih hebat dari bangsa Jepang
kerenn.n.n.n.n.n.n.n.n.n.n abiz.z.z.z.z.z
pak, cara menulis buku yang baik dan benar.
gimana pak ??
paper saya kacau pak …
kirim caranya ke email saya ya pak …
thanks
agussss…. agusss…
kapan Indonesia bisa gitu ..?
salam kenal,
semoga saya bisa mengikuti langkah sukses Bapak dalam dunia perbloggeran dan perinternetan ..
🙂
Keren…….!!
sudah saatnya bangsa kita untuk bangun, bergerak dan bertindak, jangan sampai ada perpecahan karena ras, suku, agama, partai, kelompok dan sebagainya.
menurut saya Bangsa Indonesia nggak maju – maju karena
1.kurang adanya rasa persatuan dan solidaritas
2.pecah belah karena alasan beda partai ketika pemilu, kelompok, ataupun suku.
3.tidak taat pada pemimpinnya.
4.sibuk memikirkan kepentingan sendiri.
5.gila harta,kekuasaan dan kehormatan
6.malas, semangat cuma diawalnya aja.
7.hanya berpikir jangka pendek.
8.cuma ikut – ikutan yang nggak bermanfaat, misal pake pakaian mode ala barat, ala jepang, yang seharusnya ditiru adalah semangat dan kemajuan teknologinya.
9.tidak disiplin, tidak taat peraturan.
yang kesemuanya adalah gara – gara hampir tidak ada pendidik yang mendidik generasi muda nya dengan pendidikan moral dan spiritual. yang kebanyakn dari mereka hanya sebatas mendidik ke arah sifat materialisme dan individualisme.
Kalau ini bisa diaplikasikan secara luas oleh masyarakat Indonesia, maka Indonesia:
1. Gak perlu Ngutang ke negara atau lembaga asing.
2. Gak ada lagi Korupsi.
3. Punya jati diri bangsa yang bisa dibanggakan.
4. Gak ada jalanan macet.
5. Gak ada premanisme, baik preman jalanan maupun preman berdasi.
6. Punya potensi untuk mengalahkan negara Jepang, karena kekayaan alam kita jauh lebih banyak daripada Jepang.
7. Tidak ada lagi kebodohan dan kemiskinan, karena pemerintah bisa menghemat APBN untuk hal-hal yang tidak perlu.
8. Akhirnya bangsa Indonesia menjadi bangsa maju dan diperhitungkan dunia internasional.
Btw, pak romi tapi kayantya yang sering menjangkiti diri pribadi ini rasa males. Gmana ya cara mengatasi rasa males????
Keep fighting (berdjoeang) pak Romi!!! Moga bisa menularkan virus-virus kebaikan untuk membentuk karakter bangsa ini.
Kapan Indonesia bisa seperti Jepang ya…
Tulisannya sangat bagus!!
sungguh inspiratif sekali.
seyogyanya, bangsa kita meniru hal-hal tersebut.
tidak ada yang mustahil selama kita yakin dan mau berbuat demi orang banyak,
kita pasti bisa
jaman mungkin sedikit banyak berubah. entah ini mungkin juga pengaruh lingkungan di jepang yang tidak lagi serempak.
1. kerja keras
teman-teman jepang saya sering mengeluh kalo banyak pekerjaan. tapi dikerjakan juga sih.
2. malu
budaya ini masih sih pak …
3. hidup hemat
temen-teman saya angin2an hematnya. di dekat saya supermarket nya selalu rame. sekarang sepertinya karena resesi ekonomi malah konsumsi dalam negeri sebaiknya diperbesar
4. loyalitas
semakin banyak pegawai baru yang pindah atau berhenti kerja
5. inovasi
masih tetap. mereka mati2an melakukan inovasi.
6. pantang menyerah
mmm … kalo di riset sih sepertinya ganti topik sering juga ya …
7. budaya baca
saya sangat setuju. orang2 jepang maniak buku
8. kerja sama kelompok
mereka suka bekerja sama dengan sesama orang jepang. tapi malas bekerja dengan saya … hiks ..
9. mandiri
masih kok pak …
10. jaga tradisi …
ya pak .. mereka kolot .. 😀
Berkunjung dan baca infonya, mudah-mudahan bermanfaat bagi banyak orang, sukses.
I Like Relationship.
agan romi tulisan ini di copas di kaskus gan
cek aja
aku tetap lebih bangga dengan Indonesiaku kok. Pengen kaya jepang, yang pernah njajah kita? Hi.. corry ya. Kebudayaanku jauh lebih bagus. Hanya…orang-orang yang bnyk belajar ke jepang mpe 10 tahun misal, ke negara-negara barat mpe bertahun-tahun dll. kemudian pulang membawa budaya baru yang merusak. kurikulum di wolak walik sak penak wudele dw. niru cara orang barat cari duitnya nih? sampeyan orang mana to mas, jepang?
@Dihara: Baca basmallah, pahami pelan-pelan dengan hati jernih, supaya outputnya tidak negatif 🙂
Dan supaya tidak keliru persepsi, kurikulum itu bukan budaya, baca tulisanku di posting lain, ada standardnya secara internasional.
Saya, makhluk ciptaan Allah. Hanya wong ndeso lahir dari keluarga petani di Madiun, dan besar di ndeso pedurungan Semarang. Dan saya hanya menginginkan Indonesia lebih baik daripada sekarang 🙂
Ya. Alhamdulillah kita sama-sama wong ndeso Mas. saya juga tinggal di Semarang.
Ini Lho yang saya maksud Mas. Semuane serba standart internasional. Padahal…kalo ga salah lho,bnyak profesor d jepang yang babar blas ga bs bhs inggris. benar ga Mas?
Orang jepang pinter,tapi budayanya utuh. Orang cina pinter dan kaya, tapi budayanya (bahkan di Indonesia) juga tetap terjaga.
Saya kasihan ma generasi kita Mas. urung jowo, ora jowo, ilang jawane. sekali-kali diteliti mas, berapa % anak semarang yang bisa berbahasa jawa dengan benar?! ato malah mereka lebih fasih berbahasa inggris?
Sebenarnya yg ditulis p romi sangat baik u/ menambah wawasan/ cakrawala/ maupun u/ sharing dan bagi-2 info bagi pembacanya. Jadi tergantung tingkat pemahaman dan kedewasaan seseorang dalam memahaminya, tapi sy yakin 100%, pembacanya milisnya p romi pinter-2. Memang bgitulah or jepang etos kerjanya bagus, tapi kita juga ga kalah bagus sayang kita kurang konsisten dengan apa yg kita sepakati ttg komitmen kita. Terutama tuh pemimpin-2 kita kalau yg atas konsisten, percaya deh yg bawah akan segan dan juga ikut istiqomah.
Mas Nonok….
tergantung dengan bergantung sama apa ga ya?
Pembacanya milisnya…tambahi P Rominya dong…
he…he…
Salam kenal ya…
hehehe… salam kenal jg anda org mana ko namanya mambu-2 japanis nama milis ya?
Terus terang aja sy baru baca rsw 2 hari ini, kok lain ya.. dalam dan menarik.. jg gy tulisannya kaya jp 🙂
Saya Indonesia tulen Mas. Kebetulan saja lahir di Jogja. itu memang asli nama saya. anak saya 2, namanya SAILAGA dan SAIKANA. kaya jepang juga kan? kalo RSW mambu-mambu jepang yang jangan heran to Mas, wong dia produk jepang. Orang-orang kita yang kuliah di LN kan hampir smua gitu to mas. Dianggapnya tempatnya belajar adalah yang terbaik. Mas Amien Rois tuh, lulusan amrik..ya idenya jadikan Ind negara federal. ya to? habibie..persis orang jerman to? tapi memang harus diakui..tulisan RSW sangat menarik. menarik untuk di debat maksudnya.
ya ya ya thx sy stuju anda jeli, memang idenya p amin dulu nkri arahnya mau dijdkan negara bagian – negara bagian kira2 bgitu..? AS, Inggris, Jepang etc memang sgt maju dan menarik u/ tpt menimba ilmu dllnya, kalo yg belajar disana selalu menjaga nasionalis/& akhlaknya kemudian fokus belajar sambil m’amati kunci sukses meraka tentu setelah selesai mereka akan kangen dg negeri tercinta, pulang dan berusaha membangun negeri ini dg wawasan yg jauh berbeda, setelah sy baca evolusi-perdjoeanganku rsw, pak rsw adalah salah satunya yg kumaksud, mudah-2an.. Yang habis study dari LN ga balik atau budayanya jdi beda (baca : kebarat-baratan) juga banyak.
O ya Tmk data keluarganya
Ini cerita teman yang habis dari Belanda dia bilang kalo disana orangnya tertib, bersihan. Misal 1)pas antre bis kota mereka ga rebutan tp naik satu persatu tertib, 2)berangkat pulang kerja naik speda pancal sepeda diparkir di terminal kemudian baru naik bis, ka, jadi di terminal spd pancal buanyak sekali dan aman, 3) kebiasaan orang belanda kalau pipis bukan di lantai km mandi tapi di lubang wc!
Nah yg ketiga itu sy terapkan buat kluargaku yg kebetulan kami tggl di kota air harus beli bkn spt di desa yg air melimpah. Jadi km mandi ga bau pesing…tapi lubang wc abis dipake pipis tetap disiram lo!
Loh kok jd cerita cara pipis? Memang pipis yg bener ya di lubang WC lah, masa di lantai?
Menurut saya, apa yang ditulis Pak RSW banyak benarnya. Cara untuk sukses seperti kerja keras, punya rasa malu, hemat, loyal, inovatif, pantang menyerah, senang bekerja sama merupakan resep yg universal. Alias semua bangsa yang maju hrs menerapkannya. Jd menurut saya di sini Pak RSW tidak mengagung-agungkan bangsa lain tempat dia menerima pendidikan seperti tuduhan Dihara Kosu.
Sebelum dijajah Belanda, Negeri ini gak pernah jadi negara kesatuan. Tiap daerah punya pemerintahan sendiri. Yang pernah ada mungkin seperti konfederasi (yg lebih bebas dr federasi Amerika). Misal ketika Sriwijaya atau Majapahit menaklukkan daerah lain. Daerah taklukan hanya perlu membayar upeti kepada sang penakluk. Sistem pemerintahan, budaya, kebijakan tetap dilaksanakan daerah masing-masing.
Jadi kesulitan bangsa Indonesia pertama adalah masyarakatnya heterogen. Yang kedua, karena kelamaan dijajah maka bangsa kita tidak PD. Misal komentar temen saya, Indonesia udah gak mungkin bs bikin mesin mobil. Mesin paling top adalah buatan Jepang, kata temen saya yg menunjukkan bangsa kita memang tidak ada kepercayaan pada produk bangsa sendiri. Misal ada yg bs bikin mesin mobil tp tidak bermutu, bangsa kita kebanyakan tidak mau memakainya.
Bangsa lain, walau produk dlm negerinya sendiri tidak bermutu (karena baru belajar membuat, misalnya) tetep mereka mau membeli sebagai bentuk dukungan agar produk itu bisa ditingkatkan lagi kualitasnya untuk masa mendatang. Tidak usah jauh-jauh, lihat saja Malaysia. Produsen mobil mereka akhirnya bisa bikin mesin sendiri.
Yang ketiga, bangsa kita sekarang berpikiran instan, materialistis dan individualistis. Kalau jadi birokrat bisa lebih kaya daripada jadi peneliti atau guru, mereka pilih jadi birokrat. Kenapa? Karena masyarakat kita sangat menghormati orang yang punya uang banyak, apalagi kalau bisa didapat dengan cepat. Masyarakat kita kurang menghormati orang yang berkantong tipis walau ilmunya banyak. Apalagi kepada peneliti-peneliti yang karyanya baru bisa muncul 20-30 tahun lagi.
Bangsa kita sebenarnya pintar, dilihat dari banyaknya anak-anak yang menang lomba internasional. Tapi karena pintar itulah, masyarakat berpikir mereka pasti bisa segera mendapat uang banyak. Akhirnya anak-anak pintar itu terpaksa jadi birokrat atau pegawai (agar segera menghasilkan uang) padahal di tempat itu otak mereka cuma terpakai seperempatnya saja. Kalau saja masyarakat sabar dan sadar jika menelitipun membutuhkan waktu yang lama, anak-anak pintar ini tidak boleh didesak segera “mengembalikan” investasi orang tuanya yang membayar sekolah (harusnya malah dibantu kehidupannya), saya yakin banyak yang mau jadi peneliti independen yang hasilnya bisa kita dengar, lihat, bahkan dipakai 20-30 tahun dari sekarang. Masalahnya, apakah kita mau menunggu?
salah satu yang paling berpengaruh menurut saya budaya membaca. karena sejarah mencatat nyaris semua orang-orang besar adalah kutu buku kelas berat.
domo arigato gozaimasu…
saya suka dengan artikel2 pak Romi…
sangat mendidik, mudah difahami, dan mendalam…
Disetiap sisi-sisi mempunyai maksud tersendiri, bangsa indonesia tetap harus bisa berlari.
Pak Romi….
saya sangat tertarik dengan aetikel Bapak ini….terima kasih pak….hanya itu yg dapat sy ucapkan….
Asw.
Mas Romi menarik sekali artikelnya…dari siapa saja kita patut belajar ya mas. Saya rasa sebagai bangsa yang ingin besar kita harus menjadi bangsa yang pembelajar. ini adalah sunnatullah yang terbaik adalah yang ingin menjadi terbaik tentunya dengan integritas yang tinggi.
Kalau saja kontibusi kita sebagai kelompok atau bagian dari bangsa ini makin besar untuk bangsa ini, saya rasa kita bisa lebih baik dari Bangsa Jepang atau bangsa manapun di dunia ini.”Teamwork”.
merubah mindset bangsa berarti merubah sebuah komunal tidak bisa dikerjakan sendiri. Di samping pemerintah harus ada kelombok- kelompokbesar dalam masyarakat kita yang berusaha merubah bangsa menjadi lebih baik.
Selamanya kita tidak akan pernah menjadi lebih baik dari bangsa Jepang kalau paradigma kita seperti paradigma orang jepang. Mindset bangsa Indonesia harus kita ubah menjadi Indonesia adalah yang terbaik.Kita adalah bangsa terbaik.
Ini seperti seorang mahasiswa yang bercita-cita “saya harus menjadi mahasiswa terbaik” maka dia akan jadi terbaik atau sekurang-kurangnya baik.Tapi kalau di berpikir “Yang penting saya lulus” ada kemungkinan dia tidak lulus. Ini Mas Romi mental bangsa yang harus kita rubah…secara bersama-sama.
Harus ada kepedulian kita bersama untuk bicara lebih terbuka lagi,…terutama mengingatkan orang-orang yang hari masih tampa disadari oleh masyarakat menjadi “terpilih sebagai wakil rakyat”.Karena memang terpilih, artinya tampa disadari oleh rakyat mereka “terpilih”, ga sengaja memilihnya….Karena rakyat kita belum cerdas memilih.
Sebenarnya kita punya potensi menjadi bangsa besar.Kita memiliki SDM dan SDA yang luar biasa…
Sumber Daya Manusia Unggul tumbuh lebih baik bila ada inkubator-inkubator yang menjadikannya subur. Ini butuh kepedulian kita mas, kalau kita ga jeli melihat peluang ini, kita akan kalah. jangankan dengan Bangsa Jepang…. Sama teroris juga kita akan kalah! Jangan dikira orang yang merakit bom itu bodoh…Salah-salah mungkin ada mahasiswanya Mas Romi…Hehehe… inkubatornya beda.Ayam mesti melahirkan ayam, kuda ga mungkin bertelur ayam…Manusia melahirkan apa? banyak hal diantaranya kecemerlangan, pepatah arab mengatakan “Faqidu syai in la yu’ti” Orang yang ga punya ga bisa memberi.
Jadi kalau kita ingin menciptakan bangsa yang lebih besar dari Bangsa Jepang kita harus bikin Inkubatornya, sarana dan prasarananya, the best inkubator. Pondasi yang kuat dan kokoh mas, seperti seorang arsitek kalau dia berencana membangun 100 lantai dia siapkan pondasinya untuk 100 lantai dan dia ga mungkin membangun 101 lantai mesti 100 atau kurang dari 100.
Kapan-kapan boleh ya mas kami undang di lembaga sosial kami Kuntum, Komunitas Training Usaha Mahasiswa…
Murid terbaik adalah murid yang berusaha mencari guru terbaik dan berusaha menjadikan dirinya juga GURU TERBAIK…..
Sangat brtrima ksih buat om romi. .plus yg nickna. .belajar wordpress yg komentarnya -…”maka begitulah bangsa ini di mata anda”!!
Bagus Banget Pencerahannya, mungkin juga mereka itu telah memiliki budaya yang menyatu dengan jiwa mereka sejak nenek moyang mereka, karena konon ceritanya tanah mereka tidak begitu baik untuk pertanian, sehingga kakek/nenek mereka harus sangat kerja keras/sangat rajin untuk bertahan hidup, dan menjadi kebiasaan dan terakhir menjadi karakter dan membudaya.
Tapi Negara kita tercinta, kan sangat subur, tongkat kayu dan batu jadi tanaman, kaya akan sumber daya alam, sehingga bisa jadi malas-malas pun masih bisa hidup, dan inipun jadi kebiasaan dan membudaya.
Tapi di jaman sekarang tidak bisa lagi seperti itu kan? karena jaman sudah berubah bukan lagi jaman pertanian, sudah jaman teknologi yang canggih, perjuangan tidak lagi sekedar bertahan hidup. sudah pada tahap perjuangan peradaban dan harga diri baik pribadi maupun harga diri bangsa.
Waw, nice post Mas Romi, memang Indonesia perlu banyak belajar “hal positif” dari negara maju tanpa melupakan jati diri.
walau tidak seratus persen orang jepang melakukan hal-hal tersebut di atas, tapi sebagian besar memang demikian, entah melaksanakan semua hal di atas atau sebagian saja. teman-teman Jepang di lab belajar sangat keras tiap hari, minimal 10 jam perhari dihabiskan di lab. Pernah juga sepeda yang saya kendarai hampir menabrak ibu2, eh…. dianya yang minta maaf duluan. de el el intinya sepakat sama isi artikel pak romy, jika ada nilai positif yang perlu dipelajari dari bangsa lain agar bangsa indonesia maju kenapa tidak?
salam dari tokyo, Jepang 🙂
Salut dengan bangsa jepang, luas negara yang tidak lebih besar dari indonesia ini bisa sangat maju. Agarnya masyarakat indonesia meniru point positif yang dianut oleh bangsa Jepang untuk meningkatkan mutu / kualitas hidup mereka.
Ayo semangat.
Sebagai bangsa indonesia kita harus meniru sikap kerja keras dan pantang menyerah yang dimiliki oleh jepang karena nantinya hal tersebut akan berguna bagi kemajuan bangsa kita di berbagai aspek.
sesuai awal tulisannya ambil yang baik tinggalkan yang jelek.
sukses
hebat sekali ya pak, bangsa jepang memang ras pejuang, aku ingin mewarisi semangat bushido
Hebat, Mentalitas Kerja Keras Bangsa Jepang Memang Sudah Di Awali Dari Para Pimpinan Mereka Yang Perlahan-Lahan Mulai Menular Kepada Rakyatnya, Dan Secara Turun Temurun Di Wariskan kepada Penerusnya Selama Ratusan Tahun…
Ini Patut Kita Tiru . . .
pak g mana kalo mau kuliah di jepang…
Lagi menjelajah dunia maya, eh ketemu dgn Pak Romi. Senang dan bahagia melihat Pak Romi pulang ke Indonesia menyebarkan ide lewat tulisan, ceramah, maupun kuliah-kuliahnya. Maju terus Pak Romi.
Btw, Irsyad sekarang sudah kelas berapa? Tulisan Pak Romi brings back memory of life at Saitama….time indeed flies.
Lagi menjelajah dunia maya, eh ketemu dgn Pak Romi. Senang dan bahagia melihat Pak Romi pulang ke Indonesia menyebarkan ide lewat tulisan, ceramah, maupun kuliah-kuliahnya. Maju terus Pak Romi.
Subhanallah skliiiii, mdh2n bangsa qta juga bisa sukes,, mlebhi jpg tntunya… hehehe, sukses truz Pak!
harus di contoh ini budaya orang jepang!
Dahsyat dan insiratif.