Hakekat Penelitian
Jujur saja saya agak gelisah dengan kondisi adik-adik mahasiswa di Indonesia yang sedang melakukan penelitian untuk tugas akhirnya. Konsep, teknik dan metode penelitian seharusnya sudah didapatkan di mata kuliah tingkat empat, hanya saya lihat banyak yang kebingungan sendiri ketika mulai bergerak untuk meneliti. Harus mulai dari mana, topiknya apa, masalahnya apa, bagaimana dengan data dan analisa, sampai akhirnya puyeng ketika harus menulisnya. Lho dari hulu ke hilir dong bermasalah 🙁 Hmm, saya sebenarnya sudah memulai seri tulisan penelitian dengan posting tentang hakekat kebenaran. Ya, sudah sifat manusia sebenarnya untuk selalu mencari kebenaran, dan itulah sebenarnya konsep dasar dari penelitian. Ayo kita diskusi tentang masalah penelitian ini.
Penelitian atau riset merupakan terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”. Banyak sekali definisi tentang penelitian yang muncul, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
T. Hillway dalam bukunya berjudul Introduction to Research menambahkan bahwa penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut”. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan gambaran bahwa penelitian adalah “metode menemukan kebenaran yang dilakukan dengan critical thinking (berpikir kritis)”.
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific method). Pencarian kebenaran secara ilmiah dan non-ilmiah sudah saya bahas di artikel berjudul hakekat kebenaran. Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
Ketidakpuasan manusia terhadap cara-cara non-ilmiah (unscientific) membuat manusia menggunakan cara berpikir deduktif atau induktif. Kemudian orang mulai memadukan cara berpikir deduktif dan induktif, dimana perpaduan ini disebut dengan berpikir reflektif (reflective thinking). Diperkenalkan oleh John Dewey, yang akhirnya menjadi dasar metode penelitian ilmiah. Tahapannya adalah:
-
The Felt Need (adanya suatu kebutuhan): Seseorang merasakan adanya suatu kebutuhan yang menggoda perasaanya sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.
-
The Problem (menetapkan masalah): Dari kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt need diatas, diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi permasalahan (kebutuhan). Penemuan terhadap kebutuhan dan masalah boleh dikatakan parameter yang sangat penting dan menentukan kualitas penelitian. Studi literatur, diskusi, dan pembimbingan dilakukan sebenarnya untuk men-define kebutuhan dan masalah yang akan diteliti.
-
The Hypothesis (menyusun hipotesis): Jawaban atau pemecahan masalah sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan misalnya dari pengalaman, teori dan hukum yang ada.
-
Collection of Data as Avidance (merekam data untuk pembuktian): Membuktikan hipotesis dengan eksperimen, pengujian dan merekam data di lapangan. Data-data dihubungkan satu dengan yang lain untuk ditemukan kaitannya. Proses ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis.
-
Concluding Belief (kesimpulan yang diyakini kebenarannya): Berdasarkan analisis yang dilakukan pada tahap ke-4, dibuatlah sebuah kesmpulan yang diyakini mengandung kebenaran, khususnya untuk kasus yang diuji.
-
General Value of the Conclusion (memformulasikan kesimpulan umum): Kesimpulan yang dihasilkan tidak hanya berlaku untuk kasus tertentu, tetapi merupakan kesimpulan (bisa berupa teori, konsep dan metode) yang bisa berlaku secara umum, untuk kasus lain yang memiliki kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan diatas.
Kalau ada pertanyaan untuk apa penelitian perlu dilakukan? Mungkin beberapa jawabannya adalah:
-
Memecahkan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
-
Menemukan, mengembangkan dan memperbaiki teori
-
Menemukan, mengembangkan dan memperbaiki metode kerja
Mungkin untuk sementara itu dulu, saya akan lanjutkan seri tulisan tentang penelitian ini di posting lain.
REFERENSI
-
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media Group, 2005.
-
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Agustus 2003.
-
Sulistyo-Basuki, Metode Penelitian, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, April 2006.
-
I Made Wirartha, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi, 2006.
-
Penelitian, http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian
-
Research, http://en.wikipedia.org/wiki/Research
Tengkyu mas. Sekarang saya kuliah semester 4, lagi ngambil matkul filsafat dan metodologi riset… hehehe… beberapa materi kuliahnya mirip spt yang mas tulis (n_n)
Salam.
-Zulkarnaen Arsi-
permasalahan klasik bagi mahasiswa, bingung tugas akhir mau meneliti apa. mungkin ini sangat terkait dengan skill masing2 individu. kalo skillnya tinggi, mau TA bisa lancar, nah kalo yang pas-pasan, dipastikan agak seret. hemm bner ga ya?
Ya kalau teori dari dulu tahapan seperti diatas, saya tidak akan membahas yang bersifat teoritis, tapi yang bersifat praktis artinya memang ini tidak cukup diajarkan saja, tapi lebih dibudayakan bahwa penelitian merupakan suatu keharusan bagi kaum akademisi (sekali lagi tradisi contoh dasalah satu perguruan tinggi negeri di bandung yang terkemuka- saya tidak sebutkan tapi anda tahulah – tradisi itu dimotori oleh dosen2 mereka sebagai contoh keteladanan misalnya di program insentif -KMNRT mereka yang masuk tahun 2007 sebanyak 100 penelitian, dibandingkan di tempat kita hanya 25 penelitian) apa artinya bahwa disana ditumbuhkan tradisi penelitian, kemudian saya ketemu di berbagai seminar juga gabungan antara dosen + mahasiswanya melakukan penelitian bersama secara terus menerus dan berkesiambungan.
jadi disini buka teori dan pengajaran selesai, tapi dilanjutkan dengan tindakan nyata, contoh keteladanan, program pembimbingan, melaksananakan penelitian bersama, penelitian secara berkesinambungan dan berkelanjutan dengan target adalah:
– masuk ke penelitian dasar atau terapan;
– merebut grant penelitian di luar negeri atau dalam negeri;
– publikasi ilmiah
– masuk di jurnal internasional atau lokal;
– menjadi buku
– prototype
– paten
dsb
Jadi memang ada proses pembinaan dan strategy dalam melaksanakan penelitian, kelemahan lain adalah tidak adanya grand strategy penelitian dalam kurun waktu tertentu baik di PT atau Lembaga penelitian, sehingga terkesan penelitian itu nomor ke sekian dari prioritas program PT misalnya, apalagi kalau sudah kategori PT industri pendidikan, maka penelitian diabaikan atau basa basi aja kalau ada.
Referensi diatas adalah sangat normatif, mungkin baca juga buku blue ocean strategy ( sebagai bahan inspirasi sebelum melakukan penelitian).
salam
b.setiarso
# Arsi: Ok great, selamat belajar 😉
# Nico: Hmmm skill saya pikir kok bukan satu parameter penting keberhasilan penelitian. Penemuan masalah adalah intinya, kalau kita banyak baca literatur, banyak melihat sekeliling, mungkin kita lebih bisa menemukan masalah mana yang harus kita teliti.
# Bse: Thanks pak. Mungkin kondisi sistem di Indonesia yang tidak kondusif juga mendorong ogahnya orang melakukan penelitian. Proposal, reporting dan budgeting penelitian di Indonesia ini agak rumit, bahkan jauh lebih rumit dibandingkan kalau kita mengajukan research grant di Jepang atau negara maju lain 😉 Blue Ocean Strategy saya kebetulan sudah baca pak. Pingin buat rangkumannya belum sempat 🙂
Hakekat Penelititian. Penelitian yang dilakukan secara terus menerus dalam topik yang sama pada hekekatnya adalah mencari ” KEBENARAN yang BENAR BENAR BENAR “, bukan begitu, Oom Romi… 🙂
Lha ” KEBENARAN yang BENAR BENAR BENAR “, itu kebenaran yang mana… mbalik lagi seperti topik yang lalu deh…..
Salam ruwet…
Pak Romi: “Harus mulai dari mana, topiknya apa, masalahnya apa, bagaimana dengan data dan analisa, sampai akhirnya puyeng ketika harus menulisnya.”
————————————————————
Kalau tentang ini, berdasarkan pengalaman tesis saya kemarin, terkadang masih ada 1 hambatan yang perlu ditaklukkan, yaitu minat dosen yang tersedia sebagai pembimbing. Misalkan mahasiswa minatnya berkaitan dengan Balanced Scorecard, ternyata si dosen minatnya sedang ingin membimbing topik lainnya (mungkin terkait dengan misi pencapaian “kum” si dosen ybs hehehe dugaan saya saja). Sedangkan dosen lain mungkin sedang tidak bisa dan/atau tidak mau membimbing topik yang diinginkan mahasiswa. Mahasiswa tsb akhirnya ‘membelokkan’ minatnya demi mendapatkan pembimbing dan demi kelancaran kelulusan
biar ngga bayar SPP perpanjangan semester😀 .*Moga comment-ku bisa masuk*
# Hardi: Kebenaran yang bisa dibuktikan dengan fakta, indera dan logika manusia. Saya pikir itu yang bisa kita diskusikan dan memang ukuran kita cuman sampai disitu. Dan kebenaran manusia tetap relatif, ada parameter waktu, lokasi dan dimensi. Berbeda dengan kebenaran agama (Allah) yang mutlak, bahkan tidak perlu diperdebatkan, cukup dilaksanakan.
# Andra: Poin menarik. Di luar negeri dosen itu fulltime lecture and researcher. Punya lab sendiri dengan tema tertentu dan punya mahasiswa yang dibimbing. Jadi kita milih dosen pembimbing karena topik yang dia kuasai dan project yang sedang dikerjakan. Biasanya ada dua pilihan dari dosen pembimbing: mahasiswa bikin research topik sendiri (selama bidangnya dikuasai dosen) atau ngikuti research project yang sedang dikerjakan. Di Indonesia mungkin karena mekanismenya belum terbentuk, jadi kita milih dosen karena dosennya baik, yang asik atau ngasih nilai baik ke kita 🙂
OK……Great dech pak tapi aku pengen mengulas sedikit tulisan mengenai hal2 dibawah ini:
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific method). Pencarian kebenaran secara ilmiah dan non-ilmiah sudah saya bahas di artikel berjudul hakekat kebenaran. Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
Ketidakpuasan manusia terhadap cara-cara non-ilmiah (unscientific) membuat manusia menggunakan cara berpikir deduktif atau induktif.
lha ini ………….subyek yang menarik mohon hal ini juga di ejahwantahkan terhadap pembimbing saat ini apakah sudah adakah koridor,acuan, sop yang baku dalam membimbing anak didiknya terkadang atau acap kali terpola dengan pemikiran yang mereka inginkan tanpa melihat subyek penelitian tersebut jadi terkadang hal yang sebenarnya baku jadi bias
jadi masalah keruwetan2 yang di tulis bapak bisa dijadikan penelitian antara mahasiswa dan dosen adakah link and match jadi ntar hasilnya gak saling tunjuk dan saling tonjok.
juga hiasi dunia pendidikan ini dengan intelektualitas Imtaq, INGET kita uda tertinggal jauh ama tetangga kalo hanya membahas yang sepele tapi dibesar2kan juga uda waktunya pak mentri DIKNAS jangan doktrin “down to earth” buat pendidikan, tapi realisasi dan implementasi yang nyata program pendidikan buat mahasiswa2 dan siswa-siswi di negara yang kita cintai …………Please dech pak yang wajar dan benar itu yang mana sich kita juga perlu contoh dan suri tauladan pak!!!
Pak Romi: “Di Indonesia mungkin karena mekanismenya belum terbentuk, jadi kita milih dosen karena dosennya baik, yang asik atau ngasih nilai baik ke kita 🙂 ”
———————————————————————-
Saya kemarin pilih pembimbing yang dua-duanya termasuk “killer” hehehe…
saya lagi baca tulisan Pak Farid AM mantan Menkes sekaligus guru besar UI nich,
“… Pada hakikatnya, ‘penelitian adalah pemahaman atau usaha untuk mencari, mendapatkan, sistem (-sistem) yang tersembunyi, atau yang belum tampak oleh alam pikiran kita’… ”
yang mau baca tulisan lengkapnya, klik http://www.agupena.org/moduls.php?op=sis_article&category_id=26&article_id=27
salam
-Zulkarnaen Arsi-
Eh, URL tulisan Pak farid udah berubah jadi http://www.agupena.org/moduls.php?op=sis_article&category_id=30&article_id=28
salam
zulkarnaen arsi
Sedikit menambahkan saja Mbah Romi :
Pada intinya Riset (Penelitian :red) itu boleh dibilang program pemerintah dibidang pendidikan dalam mewujudkan keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara pendidikan dengan dunia usaha.
Sehingga menimbulkan needs baru dalam :
1.Memecahkan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
2.Menemukan, mengembangkan dan memperbaiki teori
3.Menemukan, mengembangkan dan memperbaiki metode kerja
NB : Bagaimana khabar Komunitas kita pak (IKC red) saya ingin
melamar Pak. How do I ??
🙂
TOMMY WILMARK TAMPUBOLON
IT SOLUTION MAN
08174944704
# Tommy: Hmm riset bukan hanya program pemerintah lho 😉 Tapi setiap dalam kehidupan kita, ketika kita mendapat masalah, mencari kebenaran, itu kita melakukan riset 🙂 IKC baik, oh tentu welcome banget. Buat account dulu deh di IlmuKomputer.Com. Thanks.
nah, kalo bagi saya sih…. kesulitan untuk mendapat topik utk meneliti terjadi jika pikiran kita tidak pernah terganggu, ngga pernah bingung. Kok?? Ya soalnya ngga pernah baca sampe paham… Jangan2, untuk menjelaskan makna atau definisi dari nama jurusannya dia sendiri aja masih belepotan… Jadi ketika melihat fenomena lain, dunia lain, ya biasa2 aja, tidak ada Felt Need, apalagi bermasalah (menetapkan masalah)… abis, ngga pernah tau yg salah yang mana… ngga pernah tau fenomena itu bisa dikaitkan ke bidang ilmunya apa ndak….
Bagi mahasiswa yg kesulitan judul, bisa jadi karena masa perkuliahannya tidak difasilitasi dengan metoda pembelajaran yang mendekatkan teori dengan fakta, memaknai kalimat2 konsep, tidak diberi kesempatan untuk berimajinasi… akibatnya, tugas akhir penelitian justru malah penerapan dari salah satu atau dua bab dari buku acuan waktu kita kuliah…. 🙁
# pepie: saya pikir tahapannya ya harus dimulai dari baca 😉 Inti studi literatur itu baca. Universitas di Jepang itu tingkat 4 awal, mahasiswa sudah tidak boleh kuliah, pekerjaan harian mereka ya baca banyak jurnal/proceedings, buku, studi literatur, dsb. Sampai kira-kira 3-4 bulan dan si mahasiswa bisa nentukan topik research untuk thesis atau tugas akhir mereka.
Di posisi mana sikap skeptis berada Pak?
Oya, denger2 dr dosen, dari sekian banyak riset Computer Science (di Indonesia/dunia?) hanya 20%-nya saja yg memberi sumbangsih keilmuan. Tp, tentunya penelitian kan tak hanya untuk hal2 teramat-sangat-canggih ya Pak. Bisa jd di negara lain sdh dikaji, sementara di kita malah dianggap sbg “penerapan” semata. CMIIW.
#Zaki: apa definisi sumbangsih keilmuan? Justru di Indonesia banyak dosen mengarahkan research computer science untuk hal-hal canggih, padahal di luar negeri banyak penelitian mahasiwa yang sederhana. Sekali lagi konsep research adalah adanya “kebutuhan” atau “masalah”
thanks…
tulisan mas ini akan saya teruskan ke dosen saya
Pak, buat sebagian besar mahasiswa, penelitian merupakan hal yang rumit dan sulit. Bagi sebagian kecil yang lain, penelitian dijadikan proyek untuk menangguk untung. Bahkan, tidak jarang demi uang proyek, melakukan plagiarism juga dilakukan.
Bagaimana dengan plagiarism itu? Mungkin Pak Romi bisa membuat satu tulisan sendiri mengenai hal itu. Pak Romi kan dari LIPI. Ada nggak plagiarism yang dilakukan orang-orang LIPI?
# MAW: Bener om kombor, dunia penelitian kita penuh dengan plagiarism. Hebatnya banyak yang plagiarism terhadap karyanya sendiri 🙂 Atau kata lain, tahun ini diajukan untuk dapat grant penelitian, tahun depan diajukan lagi dengan judul dan abstrak diubah-ubah dikit, tapi isinya sama 🙂 Saya perlu banyak data untuk menulisnya secara lengkap, belum bisa sekarang …
Nah, mohon izin untuk ikutan nimbrung Pak Romi …
Misalnya begini : Jika kita melakukan penelitian terhadap sebuah perusahaan, dan didapat fakta berikut ini, tahun 2002 rugi, tahun 2003 masih rugi, tahun 2004 rugi, tahun 2005 juga rugi, tahun 2006 juga merugi, lalu dilakukan regresi linier, maka kesimpulannya tahun 2007 juga akan rugi, bahkan jangan-jangan 2008 juga akan rugi ! Apakah memang demikian ? Linierisasi memang membuat berbagai reduksi terhadap fakta atau kenyataan yang sebenarnya di dunia nyata. Ini tentu sangat melecehkan kita sebagai eksekutif perusahaan, seakan-akan sudah divonis berdasarkan statistik peramalam bahwa dua tahun ke depan akan rugi.
Apakah memang begitu hakekat penelitian ? Apakah itu yang disebut ilmiah ?
Apakah kita tidak bisa melakukan inovasi ? Artinya mematahkan kurva linier tadi, sehingga membuat terobosan dan perusahaan menjadi profit ? Pada kenyataannya di dunia bisnis nyata ini bisa dilakukan. Saya ingat dengan kurva patah yang dibuat oleh Jim Collins dalam buku Good to Great bagaimana good company berubah menjadi great company. Paradigma linierisasi pasti tidak bisa mengakomodasi kurva patah seperti ini. Makanya, metodologi empiris atau asumsi yang mengatakan bahwa masa depan adalah releksi dari masa lalu tidak selamanya benar. Mungkin metode ini benar untuk ilmu alam, yang sering dipergunakan dalam paradigma positivism dalam riset.
Para akademisi kemudian mencoba untuk mengembangkan berbagai metode untuk penelitian yang sifatnya untuk keperluan sintesis (bukan untuk analisis, di mana alat untuk analisis yang paling ampuh sudah ada, yaitu statistik dan logika). Sehingga muncul berbagai metodologi, antara lain general system theory (GST), yang merupakan kombinasi dari fungsi matematika, operasi logika, dan sebagainya, yanag sering dikenal juga dengan istilah black box system. Metode GST ini dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu hard system theory (HST) serta soft system theory (SST).
mengenai epistemology yaitu mengenai asal suatu teori dalam ilmu pengetahuan. Dalam epistemology kita mengenal aliran positivism serta anti-positivism.
Pada aliran positivism, dikenal prinsip it is possible to observe the empirical world in a netral manner through the accumulation of objective sense-data. Pada aliran ini, kita bisa bertindak dengan netral dan objektif mengamati sekumpulan data (bahkan dalam bentuk sampel) dan bisa melakukan generalisasi kesimpulan (external validity).
Ciri khas dari aliran ini adalah tersedianya sophisticated tools seperti regresi statistik, multi-regresi, sampai dengan SEM (structured equation modelling), bahkan penelitian kualitatif pun bisa tergolong aliran ini jika dia berupaya untuk menggeneralisasi kesimpulan dari sekumpulan sampel.
Aliran positivism sebetulnya berkembang untuk riset di bidang ilmu alam. Dengan menggunakan sampel di beberapa tempat belahan bumi ini, akhirnya orang bisa menyimpulkan teori gravitasi yang berlaku di belahan bumi manapun.
Tetapi pertanyaannya adalah, apakah paradigma berpikir seperti ini juga berlaku di ilmu sosial ? termasuk dalam manajemen organisasi ? Banyak pihak yang menolak paradigma positivism dalam melakukan riset di ilmu sosial, karena terdapat perbedaan budaya, serta setumpuk perbedaan lainnya. Untuk itu, mencullah aliran anti-positivism dengan prinsip there is no netral grounds for knowledge since all observation is value and theory-laden.
Jadi tulisan Mas Romi di atas kayaknya memiliki paradigma positivism dan analitis … cirinya adalah step nomor 6 .. yaitu mencari general value of conclusions.
Nah, menarik nih membahas mengenai paradigma penelitian .. dengan berbagai perangkat metodologinya.
Silakan lihat tulisan saya mengenai hal ini di sini … serta di sini ….
Mudah2an bisa sedikit memberikan kontribusi Mas … he he he ..
Terima kasih Bos Romi !
# Riri: Om Riri memang selalu bermutu heheheh. Kalau menurutku gampangnya gini, hakekat penelitian itu untuk memecahkan masalah. Jadi kalau ada data perusahaan yang secara time-series menunjukkan ada kerugian, berarti itu baru sampai pada tahap masalah. Kita membuat approach, model dan solusi untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian kita implementasikan ke perusahaan. Setahun kemudian data diambil lagi, dengan beberapa parameter yang kita tentukan kita bisa cek seberapa efektif approach, model dan solusi kita. Nah seperti itulah penelitian. Kalau hanya sampai ke pengambilan data dan tidak ada solusi, itu belum selesai penelitian, mungkin baru level problem identification.
wekks.. penelitian.. jadi ingat akan sesuatu.. penelitianku gmn nasibnya y?? :d
thx atas infonya.. berguna banget..
lagi bingung nih,
gue kan kul di PS sistem informasi. tema-tema TA tempat gue itu ya pokoknya asal ngembangin sistem informasi di organisasi .. ya macem-macem spt sisfo penggajian, sisfo inventori, sisfo akademik, DSS, GIS lah dll. Bingungnya tu begini, TA kan -katanya- ditujukan untuk berlatih meneliti. Tapi rasa-2 nya kok gue ga merasa neliti tapi perasaan cuman buat/ngerjain proyek sisfo doang. Topik saya ini penelitian atau proyek ?
Lebih rancu lagi ni, di laporan TA gue kan ada sub bab Metodologi Penelitian nya, gue harus tulis Metodologi Pengembangan Sistem atau Metodologi Penelitian ya ? Taruhlah saat ini saya lagi nyiapin TA saya begini “Pengembangan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Titik-titik Reklame Jalan Raya di Kota X”. Untuk merealisasi, saya pilih metodologi yg klasik saja deh, semisal pake pendekatan Waterfall. Salah pilih metodologi ga ya ? mroyek apa meneliti ni ? nurut pak romi bigimana ? sudah tepat belum ni persepsi saya.
Terus … di bagian latar belakang kan sudah saya tulis fakta-fakta saat ini seperti belum adanya media yang dapat digunakan secara efisien oleh pengelola reklame (Pemkot) untuk memantau titik-titik reklame mana yang sudah kedaluarsa, yang belum dipakai, sudah bayar pajak belum, spesifikasi reklame masing-masing titik dll. Bagi calon pemasang reklame juga kesulitan mengakses informasi seputar spesifikasi reklame tiap-tiap titik spt lokasi, tarif, ukuran, posisi dll. Terus gimana saya harus menuliskan yang namanya Perumusan Masalah ?.
Ada saran temen nulis begini : “Bagaimana rancangan sistem informasi geografis pemetaan titik-titik reklame yang dapat mengatasi bla bla bla”. Ada juga yang menyarankan untuk membuat list masalah (resume latar belakang). Kira-kira bunyinya begini : Masalah dalam penelitian ini adalah belum adanya media informasi yang dapat bla bla bla. Ada juga yang kasih saran model perumusan masalah yang berbau hipotesis yang bunyinya begini … 1. SIG Pemetaan titik-titik reklame dapat meningkatkan kinerja sistem pengelolaan reklame bagi pengelola (efisiensi, akurasi, uptodate). 2. SIG Pemetaan titik-titik reklame dapat mempermudah akses dan layanan informasi bagi calon pemasang reklame (usability). Yang ini nanti harus ada uji hipotesisnya (-katanya-). Selain ngembangin SIG juga harus menguji apakah implementasi SIG memang dapat menjawab hipotesis-2 tadi begitu (observasi pasca implementasi).
Help me nih … gimana cara menuliskan perumusan masalah dengan baik. Kasih contoh dehhhhhh. Satu lagi, apa setiap penelitian itu perlu hipotesis ?Pekerjaan proyek begituan apa juga bisa disebut penelitian? Di bagian manakah kita menunjukkan letak penelitiannya dalam TA itu?
Thanks atas kesempatannya, kalau tidak keberatan .. tanggapi lewat email ya hehehehe.
waah mengenai TA, emang membingungkan pada saat awalnya. apalagi kalo harus menginterpretasikan sejumlah ide yang ada dikepala tapi ngga tau “how to write”… sama aja kayak pergi ke bogor tapi ngga tau harus naik apa… susah mencari jurnal yang sesuai dengan apa yang ada dikepala.. gmana ada yang bisa bantu gmana caranya mendapatkan jurnal penulisan secara mudah dan murah (gratis)???
AsS…
Salam kenal pak…
sukses selalu..
terima kasih atas tulisan menganai Research.. kebetulan sekarang lagi belajar meneliti (sekarang baru semester 4 T. Sipi..)
# Indiarto: Sekali lagi asal mengikuti pola tahapan penelitian, ya itu memang penelitian. Kalaupun kita mengambil tema “membangun sistem X …” tetap pasti ada motivasi (background) kenapa sistem itu perlu dibuat. Nah ini yang disebut MASALAH. Penelitian selalu dimulai adanya suatu masalah, dan tujuan penelitian untuk memecahkan masalah tersebut.
# Hardy: Sudah coba doaj.org, scholar.google.com dan citeseer.ist.psu.edu ?
Diskusi soal penelitian memang asyik banget…rasanya bermanfaat banget ada di web ini. Saya mhsw PS dengan program kekhususan PERENCANAAN PENDIDIKAN dan kebetulan juga lagi mau ngerjakan TA, Btw yang diobrolkan diatas bisa jadi masukkan banget..tapi melakukan penelitian memang nggak segampang teorinya. Pak Romi said that “Penelitian selalu dimulai adanya suatu masalah, dan tujuan penelitian untuk memecahkan masalah tersebut”. Masalahnya nih pak…kadang yang kita anggap masalah dan mau kita teliti ternyata setelah di discuss lagi ma pembimbingnya bisa jadi bukan suatu masalah. Misalkan ada data seperti ini pak (outlinenya aja)…TEMA TA :
Mengembangkan potensi daerah melalui peningkatan mutu pendidikan
RENCANA JUDUL :
Pengembangan Sektor Perdagangan dan Jasa Melalui Peningkatan Mutu Pendidikan pada Jenjang SMK di Kota X.
LATAR BELAKANG :
Potensi Kota X :
a. Potensi Daerah :
– Posisi kota yang strategis sebagai sentra daerah hinterland dan ditetapkan sebagai kota SWP Jawa Timur bagian barat
– Letak yang strategis tersebut memberikan peran Kota X sebagai pengatur arus barang dan jasa serta sebagai penyedia fasilitas-fasilitas pelayanan dalam skala SWP
– Terdapat sektor industri besar seperti industri kereta api yang memberikan kontribusi besar tehadap PDRB
– Menjadi pusat pengembangan ekonomi pada sektor perdagangan dan jasa, serta pendidikan:
– Sektor perdagangan disini adalah pusat perbelanjaan, perdagangan skala besar, perdagangan grosir dan sentra-sentra produksi
– Adanya setor-sektor informal (industri sedang dan kecil) sebagai penyerap tenaga kerja
b. Potensi Pendidikan :
– Jumlah sarana dan prasarana yang memadai
– Tingginya minat sekolah masyarakat Kota X dan juga daerah hinterland Kota X
– Untuk bidang pendidikan, Kota X sebagai pusat pendidikan bagi wilayah Jawa Timur bagian barat.
PERMASALAHAN:
– Belum tersedianya kajian daerah hinterland sebagai potensi pasar dan sumber daya
– Belum adanya penataan dan pemberdayaan sektor-sektor informal
– Masih rendahnya daya saing produk unggulan
– Rendahnya alokasi anggaran untuk peningkatan SDM guru
– Tuntutan atas kualitas lulusan sekolah makin tinggi di era globalisasi
Nah, menurut Pak Romi…Rencana judul diatas sudah sesuai dan memuat permasalahan yang ada di Kota X tersebut atau belum? Ditanggapi ya pak… syukur-syukur bias diulas and diberi masukan via email jadi bisa menambah wawasan saya lagi. Terimakasih.
Ada ga metode penelitian yang tidak ilmiah? klo ada contohnya apa? lalu Contoh-contoh penelitian dasar dan terapan ?Tq….
Bagaimana penelitian bisnis bisa dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan …???( contoh kasusn2 minimal ya…) tq
Waduuuh…bahasannya berat nih. Mengapa ada penelitian ya’? Mungkin jawabannya adalah biar kita tidak menelan mentah-mentah informasi (apa aja) yang tiap detik, menit, jam selalu berubah. Sehingga dicari kebenaran apakah informasi itu shohih atau tidak dengan melakukan “research”. Mungkin research bisa disamakan dengan “ijtihad” ya Mas Romi?. Bersunguh-sunguh mengeluarkan (mencurahkan) segala daya dan upaya untuk mencari kebenaran sebuah berita, pemahaman, dan permasalahan yang telah, sedang, dan akan berlaku.
Apa pun hasil dari penelitian itu harus dihargai dan dihormati.
Weleh, ikut nimbrung aja ya Mas Romi?
saya kuliah semester 6 ngmbil D3 manajemen infomatika. saat ini sya sedang mengerjakan tugas akhir. saya sedang meneliti pertumbuhan penduduk dikab,bangkalan. saya sangat butuh banyak literatiur mengenai regresi linier karna saya menggunakan metode itu.
mahasiswa saat sekarang ini sangat disayangkan karna banyak yang ingin cepat tamat kuliah dia mencoba untuk membuatkan tugas akhirnya ma orang lain. alasannya malas… gmn ne para penerus bangsa… ingat lo apa yang kita lakukan nantinya dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. majunya sebuah nega tergantung kepada qt lo… rusaknya negara qt jgn salahkan pemerintah dulu. lihat diri qt. bagaimana qt kuliah? bagaimana kita belajar? bagaimana qt bergaul sesuaikah sebagai mahasiswa?? nah qt mulai dari diri qt, keluarga qt, masyarakat di sekitar qt dan nantinya negara qt. qt berusaha untuk lebhbaik lagi. insyaalloh.. semangat u semua mahasiswa…
ketika penelitian yang asli sulit untuk terselesaikan
maka yang instan-pun jadi pilihan..
Menarik nich Mas tulisannya..
Benar sekali sekarang ini banyak mahasiswa yang masih belum memahami apa yang harus dikerjakan dalam proyek penelitiannya, padahal secara teori mereka sudah mendapatkan materinya cukup lengkap.
Kira-kira ada masalah dimana yach?
Mudah-mudahan ada cara lain yang bisa dilakukan agar para mahasiswa bisa mengerjakan penelitian-penelitiannya dan mungkin bahkan bisa berkarya di tingkat yang lebih tinggi…
TENGKYU ya om Ono… tulisannya sangat menarik. ada tanggapan dan komentar om yang juga menarik buat saya.
1. “…sebagian besar mahasiswa, penelitian merupakan hal yang rumit dan sulit. Bagi sebagian kecil yang lain, penelitian dijadikan proyek untuk menangguk untung. Bahkan, tidak jarang demi uang proyek, melakukan plagiarism juga dilakukan…”
2. “….banyak yang plagiarism terhadap karyanya sendiri Atau kata lain, tahun ini diajukan untuk dapat grant penelitian, tahun depan diajukan lagi dengan judul dan abstrak diubah-ubah dikit, tapi isinya sama”
Hal itu sering terjadi lho om… saya kerja di Balitbang om, banyak pendapat yang mengatakan hasil penelitian tidak memberi kontribusi dan tidak memiliki nilai jual. Padahal sudah sangat banyak anggaran yang dikeluarkan. Kalau saya kira-kira nih om… Saya melihat ketidakmampuan SDM penelitiannya, bahkan ya om jangankan memanfaatkan internet sebagai bahan referansi penelitian mereka, ada peneliti yang gak bisa pake komputer. Memprihatinkan ya om Ono!!??. Kebetulan nih saya lagi mo nyusun tugas akhir, rencana tema yang saya angkat tentang pemanfaatan internet sebagai sumber informasi guna menunjang karya ilmiah di Balitbang. Bisa bantu saya ya om, tentang jurnal, teori pendukungnya. Saya perlu masukan atau pendapat Om Ono.
Sampai tahap konsep rekomendasi pehasil penelitian kita sangat piawai sekali. Masalahnya adalah berapa persen hasil penelitian yang telah dilakukan dan menelan biaya sampai ratusan miliar tersebut yang mampu kita imlementasikan bagi kesejahteraan rakyat.
Artikel nya sangat seru-seru ya semoga lebih banyak edisi nya lagi ya,,,,,,,,,,
Tetapi nggak semua penelitian butuh hipotesa pak, tgantung paradigma/perspektifnya… jika positivistik, mmg harus pnya hipotesa,sebab met penelitian kuantitaf… tetapi jika met penelitian kualitatif, induktif seperti halnya fenomenologi maka yang dibutuhkan adalah sisi emic dan epicnya… Qualitative research methode -Hennink 2011 – http://www.uk.sagepub.com/books/Book229185 *baru belajar smester ini
assalamualaikum. saya mahasiswa jurusan bahasa inggris di iaian gorontalo fakultas tarbiyah. saya mau meneliti tentang kesulitan guru dalam mengimplementasi pak, diawal saya obserfasi memang banyak kesulitan yang saya dapat dari pengimplementasian k13 ttapi seiring waktu berjalan ternyata k13 revisi telah di berlalkukan di daerah saya meneliti dan k13 revisi itu telah menyelesaikan maslaah yg sebelumnya ada di k13 versi lama. ini membuat saya bingung entah bagaimana saya melanjutkan penelitian saya. apakah jalan satun-satunya saya harus ganti judu?