PNS Tidak Cocok Untuk …
Menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), bagi sebagian orang Indonesia adalah sebuah dambaan, meskipun bagi sebagian lagi yang lain mungkin keengganan. Menjadi dambaan banyak orang sehingga antrean pengambil formulir pendaftaran CPNS selalu membludak setiap tahun. Orang merelakan apapun yang dia miliki untuk menjadi seorang PNS, baik uang puluhan juta rupiah, harga diri, dsb. Meskipun sudah ada upaya dari pemerintah untuk memperbaiki masalah rekrutmen PNS, baik melalui hukuman dan perbaikan sistem, tapi tetap saja masalah sogok, suap, atau apalah namanya adalah fakta yang terjadi di masyarakat.
Alhamdulillah saya tidak perlu melewati itu semua, karena kebetulan saya menjadi PNS bukan lewat jalur penerimaan biasa, tapi lewat beasiswa sekolah luar negeri dalam program STAID (sebelumnya bernama OFP dan STMDP) yang diinisiasi pak Habibie. Well, meskipun saya tidak pernah bercita-cita menjadi PNS, saya harus ikhlas melaksanakan perjanjian yang dulu saya buat sebelum berangkat ke Jepang. Dan secara dewasa saya harus mengakui bahwa ini adalah jalur jalan kehidupan saya, paling tidak sampai ikatan dinas 2n+1 saya berakhir 😉
Jujur, saat ini saya merasa fatique, penat dan bosan dengan kehidupan saya sebagai PNS. Mohon maaf bagi rekan-rekan saya sesama PNS, sekali lagi saya tidak bermasalah dengan anda semua, saya cinta anda semua dan sedang berdjoeang seperti anda-anda semua 😉 Yang saya penatkan adalah behavior, sistem dan birokrasi yang ada di dalam institusi pemerintah. Biasanya yang menentramkan saya adalah sahabat saya yang lagi nongkrong di jerman, yaitu Made Wiryana yang sering mengatakan bahwa, yang paling gampang itu memang kalau kita memilih berdjoeang di luar, bebas dan tidak terikat. Penghargaan yang besar kepada rekan-rekan yang memilih berdjoeang di dalam institusi pemerintah, membuat inovasi serta perbaikan dari dalam.
Nah saya ingin menshare suatu ide, pandangan dan referensi sebelum saudara-saudara saya tercinta di seluruh Indonesia memilih untuk menjadi PNS. Tentu yang saya sampaikan ini masih bersifat subjektif, masih hanya analisa di satu atau dua institusi pemerintah, dan perlu satu langkah diskusi, survey atau penelitian yang komprehensif sebagai upaya objetifikasi ide. Poin-poin yang saya sampaikan di bawah juga masih bisa ditambahi, dikurangi, dihapus atau bahkan diturunkan kalau muncul desakan di sana sini 😉 Mudah-mudahan ide ini bisa jadi gambaran sehingga tidak ada lagi orang yang salah jalan menempuh jalan terjal dan mendaki menjadi PNS, padahal itu sebenarnya tidak cocok untuk dirinya.
Jadi menurut saya, sekali lagi “menurut saya”, PNS tidak cocok untuk orang-orang seperti di bawah:
-
Orang yang ingin melakukan perubahan, perbaikan, membuat inovasi baru dan berharap itu akan terimplementasikan dalam waktu cepat. Perubahan, perbaikan berjalan lambat karena sistem (baik dalam konotasi baik maupun buruk 😉 ) sudah berjalan sangat lama dan turun temurun. Anda mau nekat? anak kemarin sore dan pahlawan kesiangan adalah gelar abadi anda 🙁
-
Orang yang tidak suka melihat uang dan anggaran dipermainkan, diputar-putar dan dipatgulipat. Orang yang memandang bahwa permainan anggaran, permainan perencanaan kegiatan adalah kegiatan yang salah, penuh dosa dan akan mendapatkan balasan setimpal di akherat kelak. Perlu dicatat juga bahwa banyak juga “PNS lurus” yang tidak menyadari bahwa beberapa fasilitas dan honor yang diterima adalah hasil subsidi silang dari kesemrawutan anggaran dan realisasinya.
-
Orang yang tidak suka sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana atau anggaran yang jauh-jauh hari telah ditetapkan. Dalam rencana anggaran tertulis beli komputer Rp. 20 juta, ternyata harga sebenarnya hanya Rp. 5 juta, dan akhirnya sisanya dipakai untuk keperluan lain yang di luar rencana (honor, tunjangan, beras atau minyak goreng untuk karyawan).
-
Orang yang tidak tega memalak teman-temannya yang menjadi rekanan bisnis institusinya, dengan meminta kuitansi seharga Rp. 50 juta, padahal nilai pengadaan barang/jasa sebenarnya hanya seharga Rp. 25 juta. Si rekanan bisnis ini karena marginnya kecil, jadi ngemplang pajak, karena memang dia tidak menerima duwit sebesar itu. Perusahaannya bangkrut karena nggak kuat bayar pajak, akhirnya dia buat perusahaan lagi dan ngurus jadi rekanan lagi. Muter-muter terus coi … 🙁
-
Anak muda yang cerdas, berwawasan dan bisa mengeluarkan dan merangkumkan ide (pendapat) yang lebih brilian dan strategis daripada eselon diatasnya (eselon 4, 3, 2, 1) atau bahkan seorang menteri. Si anak muda ini ketika bertemu dengan bos yang tidak tepat akan disebut bahwa idenya terlalu strategis dan kurang tepat dengan golongannya yang rendah dan cocok untuk permasalahan teknis 😉
-
Orang yang tidak suka dirinya dan hasil kerjanya dinilai hanya dari absensi. Atau lebih lagi bagi orang yang tidak bisa kerja kalau sebelum kerja harus njeglok mesin absensi 😉 Apa yang anda perbuat, membuat proposal setebal kamus oxford, kerja lembur sampai subuh, membuat kerjasama dengan institusi atau organisasi di luar negeri, atau mengharumkan nama institusi karena anda berprestasi di luar, semua tidak akan dipandang kalau absensi anda jeblog. Kalau anda protes, maka anda akan diminta membaca UU No 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan PP No 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Kalau perlu bacanya sambil nyungsep di laut saja mas … 🙁
-
Orang yang merasa kurang apabila bekerja sehari hanya 4 jam. Karena kemungkinan anda akan datang jam 8 pagi, njeglok absen, sarapan pagi sambil ngobrol sampai jam 10. Istirahat siang jam 12, kembali ke kantor jam 13:15, dan adzan sholat ashar jam 15:15 merupakan bel pulang kantor.
-
Orang yang memiliki jiwa enterpreneur dan selalu melihat segala peluang sebagai peluang yang kemungkinan bisa menjadi bisnis. Ketika jiwa enterpreneur ini diimplementasikan di tempat yang tepat hasilnya akan positif, tetapi apabila diimplementasikan di institusi pemerintah tempat bekerja, bisa jadi sumber korupsi yang maha dahsyat dan mengerikan. Orang ini diharapkan ketika melihat berjubelnya pendaftaran PNS dan mendengar keluhan 4 juta PNS di Indonesia tentang gaji mereka yang rendah selalu berpikir untuk mempunyai perusahaan dan bisa membuka lapangan kerja baru bagi 4 juta orang di Indonesia. Mungkin posisi itu lebih tepat.
Saya yakin bahwa sebagai anak bangsa, baik posisi kita ada di dalam maupun di luar institusi pemerintah, kita ingin dan sama-sama berdjoeang membuat republik kita ini lebih baik, lebih maju, lebih sejahtera dan disegani bangsa-bangsa lain. Seperti yang sudah saya sitir diatas, kadang PNS bukanlah pelaku, tetapi sebenarnya juga menjadi korban. Masih banyak “PNS-PNS lurus” yang siap melakukan perbaikan di negeri ini. Mari kita melakukan perbaikan semampu kita, baik dengan lisan, hati maupun dengan tangan. Dan jangan lupa untuk mensyukuri segala nikmat dan keadaan yang sudah Allah berikan kepada kita.
Wallahualam bisshawab.
bagus…intinya qt mang harus berjoeang u/ kebenaran baik dari dalam maupun dari luar kepemerintahan ..toh ini juga negri qta kan..saya pribadi support selalu point-point yg disebutkan mas romi di atas..yang jelas ..gimana qta harus berjuang dari dalam sesuai dengan syariat..(kebenaran) hakiki..kalo tak ada yang memulai dari dalam..terima kasih Mr Romi..Salam Bt keluarga..
mungkin karena poin ke 2,3 4 itulah yang membuat banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi PNS, sudah menjadi rahasia umum kalo penghasilan pegawai negeri itu gak cukup untuk hidup, makanya mereka melakukan hal tarsebut, dan hal tersebut akhirnya menjadi tradisi.
bukan nya mau sok alim atau suci, tapi hal hal semacam itu lah membuat aku dari dulu tidak pernah ada minat untuk jadi PNS, selain itu saya juga gak mau merasakan seperti yang dirasakan Mas Romi, penat dan bosan, serta menjalani rutinitas yang sama setiap harinya
hmm..OOT nee..kok kemaren ga bisa di akses yaa, https://romisatriawahono.net/ nya?
Ya memang begitulah kira2 gambaran dunia birokrasi di negeri kita. Tidak hanya PNS ‘biasa’, pejabat dan anggota2 parlemen-nya malah tambah “parah”! Saya tidak tahu, mau jadi apa negeri ini nantinya kalau ‘budaya’ seperti itu terus dilestarikan.
Salam reformasi !
Untuk mas Izoel, sorry mas tanggal 12 Juni server romisatriawahono.net sempat down. Mohon maaf.
Untuk bung Coi, mas Dede, sahabat saya mas Epna, mas Aribowo, dan mas Kaisar, intinya yang sudah ada didalam silakan tetap berdjoeang dalam batas kemampuan, berusaha melakukan perbaikan dengan strategi yang baik dan tentu saja halal 😉 Dan tidak ada dikotomi antara yang berdjoeang di dalam dan di luar, sama-sama anak bangsa yang harus terus berdjoeang untuk memperbaiki republik ini. Terima kasih semuanya.
ngomong2…bulan oktober mo ada penerimaan PNS lagi neh bos…sapa berminat????
hareeee geeneee jadi PNS :)) becanda mas, silakan kalau mau daftar 😉
# mas hajar ada lowongan yak? dimana…..?
BTW mas romi thank, emang bener aku harus berjuang secar murni yak tuk jadi pns :), BTW mas romi kan Di LIPI kapan ada pendaftaran CPNS lagi hee… 🙂 soryy pertanyaanya OOT banget. Yang jelas yang aku bayangin klo jadi PNS itu hidup makmur itu menurut aku sich :p
Saya setuju. Menjadi PNS memang idaman mayoritas penduduk negeri ini. Barangkali ini merupakan mental feodal dan buah dari sindrom inferiority, yang enggan mengambil resiko dan malas untuk going extra mile. Sad. But true. 🙁
Untuk Mr. Romi Satria Wahono (www.romisatriawahono.net)
Well, Mr Romi yang lulusan Jepang saya sudah baca artikel anda melalui sahabat saya Godsoul yang memosting tulisan anda di forum ragam.info. Saya secara pribadi sangat senang dengan wacana yang anda coba ketengahkan (kasarnya-anda propagandakan). Tapi karena menganalisa adalah bukan merupakan dosa maka tidak sepantasnya saya menghakimi tulisan anda maka dengan surat terbuka ini saya mencoba menanggapi analisa seorang lulusan Jepang dengan tanggapan saya seorang PNS lulusan D3 yang dari kapasitas akademik sangat jauh di bawah anda.
Mr Romi wrote :
“Menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), bagi sebagian orang Indonesia adalah sebuah dambaan, meskipun bagi sebagian lagi yang lain mungkin keengganan. Menjadi dambaan banyak orang sehingga antrean pengambil formulir pendaftaran CPNS selalu membludak setiap tahun. Orang merelakan apapun yang dia miliki untuk menjadi seorang PNS, baik uang puluhan juta rupiah, harga diri, dsb. Meskipun sudah ada upaya dari pemerintah untuk memperbaiki masalah rekrutmen PNS, baik melalui hukuman dan perbaikan sistem, tapi tetap saja masalah sogok, suap, atau apalah namanya adalah fakta yang terjadi di masyarakat. Alhamdulillah saya tidak perlu melewati itu semua, karena kebetulan saya menjadi PNS bukan lewat jalur penerimaan biasa, tapi lewat beasiswa sekolah luar negeri dalam program STAID (sebelumnya bernama OFP dan STMDP) yang diinisiasi pak Habibie. Well, meskipun saya tidak pernah bercita-cita menjadi PNS, saya harus ikhlas melaksanakan perjanjian yang dulu saya buat sebelum berangkat ke Jepang. Dan secara dewasa saya harus mengakui bahwa ini adalah jalur jalan kehidupan saya, paling tidak sampai ikatan dinas 2n+1 saya berakhir â€
Saya pribadi setuju jika dikatakan PNS adalah profesi favorit diNKRI. Tapi coba anda lihat latar belakang timbulnya keinginan menjadi PNS dengan lebih arif. 1). Manusia (seperti anda juga) tentu menginginkan hal-hal yang nyaman untuk dirinya, dan sebagian besar masyarakat kita menganggap PNS adalah “kenyamanan†itu. Jadi apa salahnya jika seseorang memilih jadi PNS, dan mengesampingkan profesi lain. Jadi ini semua adalah mengenai pilihan, coba anda renungkan puisi berikut : entah bagaimana/dalam perjalanan kehidupan/kamu belajar tentang dirimu sendiri/dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada/hanyalah penghargaan abadi/atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kau buat. 2). Adakah jaminan “kenyamanan†lain yang lebih baik dari PNS (dengan penilaian yang netral tentunya), adakah perusahaan swasta yang benar-benar memberikan jaminan “kenyamanan†yang sama. Oke, anda punya titel dari Jepang, beasiswa dari pemerintah lagi, tentunya ini akan memudahkan anda untuk mengambil “kesempatan†menimba rupiah di luar PNS. Tapi coba lihat dengan lebih luas untuk saudara-saudaramu yang cuma lulusan SMP,SMA trus jadi honorer trus diangkat jadi PNS apa profesi PNS bukan “hadiah dari Tuhan†untuk mereka? Apalagi mereka tidak punya kesempatan sebagus anda untuk menimba ilmu lebih tinggi, jangankan ke luar negeri untuk masuk SMA aja mereka susah, so PNS adalah jalan pintas merubah nasib mereka dan keturunan mereka. Dan apa hal ini juga yang dahulu mungkin membuat anda menerima “hadiah sekolah ke luar negeri†dari pemerintahan Habibie? Sehingga anda bisa berangkat ke Jepang, bisa meraih titel tertentu yang diingin-inginkan banyak orang? Jadi so what gitu loh??? Mengenai adanya praktik-praktik yang buruk dalam penerimaan PNS ini semua dalam hemat saya adalah proses yang normal dalam kehidupan dan saya punya keyakinan lambat laun akan ada pembenahan menuju model penerimaan PNS yang ideal. Mengenai berakhirnya 2n+1 tugas anda sebagai PNS saya koq melihat aroma bisnis yang kental yang di bawa anak-anak bangsa yang dibiayai dan disekolahkan pemerintah ke luar negeri. Bayangkan pemerintah menyekolahkan ratusan sampai ribuan anak-anak bangsa ke luar negeri dengan harapan anda-anda semua kelak dapat membawa angin perubahan di instansi tempat anda-anda bekerja, tapi apa lacur jika anak-anak bangsa itu menjadi model kapitalistik yang kemudian melihat kesempatan di luar PNS lebih menjanjikan kemudian menanggalkan status PNSnya dan mendapatkan raupan materi yang berlimpah dari luar profesi PNS. Padahal kuliah mereka dan titel yang mereka raih adalah dari dana APBN yang tadinya dialokasikan untuk pembangunan tapi dilimpahkan untuk pendidikan anda-anda sekalian. Apa yang didapat Negara dari proses perdagangan seperti ini? Dan yang lebih ironis lagi serta saya alami sendiri di kantor anak-anak bangsa yang pulang pendidikan di luar negeri sudah dibuai impian untuk segera menduduki posisi tertentu yang strategis juga meminta apresiasi yang begitu tinggi dari instansinya “hanya karena mereka lulusan luar negeri†dan belum menyumbang apapun utnuk negaranya, apa sikap mental ini yang akan trus membudaya? Cobalah lebih tenang dalam membuat pilihan ingat tidak setiap kita harus menjadi kemudi sopir dalam sebuah kendaraan ada kalanya kita harus ikhlas menjadi baut-baut kecil yang menyatukan mesin.
“Jujur, saat ini saya merasa fatique, penat dan bosan dengan kehidupan saya sebagai PNS. Mohon maaf bagi rekan-rekan saya sesama PNS, sekali lagi saya tidak bermasalah dengan anda semua, saya cinta anda semua dan sedang berdjoeang seperti anda-anda semua Yang saya penatkan adalah behavior, sistem dan birokrasi yang ada di dalam institusi pemerintah. Biasanya yang menentramkan saya adalah sahabat saya yang lagi nongkrong di jerman, yaitu Made Wiryana yang sering mengatakan bahwa, yang paling gampang itu memang kalau kita memilih berdjoeang di luar, bebas dan tidak terikat. Penghargaan yang besar kepada rekan-rekan yang memilih berdjoeang di dalam institusi pemerintah, membuat inovasi serta perbaikan dari dalam.â€
“Nah saya ingin menshare suatu ide, pandangan dan referensi sebelum saudara-saudara saya tercinta di seluruh Indonesia memilih untuk menjadi PNS. Tentu yang saya sampaikan ini masih bersifat subjektif, masih hanya analisa di satu atau dua institusi pemerintah, dan perlu satu langkah diskusi, survey atau penelitian yang komprehensif sebagai upaya objetifikasi ide. Poin-poin yang saya sampaikan di bawah juga masih bisa ditambahi, dikurangi, dihapus atau bahkan diturunkan kalau muncul desakan di sana sini Mudah-mudahan ide ini bisa jadi gambaran sehingga tidak ada lagi orang yang salah jalan menempuh jalan terjal dan mendaki menjadi PNS, padahal itu sebenarnya tidak cocok untuk dirinya.â€
Mr Romi perasaan anda sama dengan saya penat dengan behaviour, sistem dan birokrasi yang ada, namun yang saya ingin berikan masukan kepada anda sebagai lulusan luar negeri (apalagi dari Jepang yang etos kerjanya tinggi) adalah dapatlah anda menjadi “role model†untuk suatu perubahan behaviour, sistem dan birokrasi itu sendiri. Saya rasa jika anda mau menjadi “role model atau agent of changing†apalagi posisi anda sebagai lulusan luar negeri, tentu saja orang-orang di sekitar anda tidak akan memandang remeh anda, dan tentu akan memberikan influence tertentu bagi instansi anda daripada anda setiap saat menampilkan di web pribadi anda keinginan tuk keluar dari PNS serta kepenatan anda di dalamnya. Saya sangat mengahargai dan menaruh hormat atas kesediaan anda dikritisi dan membuka wacana diskusi untuk pemikiran anda ini sehingga surat terbuka ini saya layangkan untuk anda.
â€Jadi menurut saya, sekali lagi “menurut sayaâ€, PNS tidak cocok untuk orang-orang seperti di bawah: “
Saya kira pernyataan ini sangat terburu-buru dilabelkan di sini, karena bisa saja orang menafsirkan anda sedang menghakimi bahwa PNS adalah buruk karena etos-etos kerja yang baik yang disebutkan di bawahnya tidak cocok dan tidak pantas untuk PNS. Pernahkan anda punya guru (dari SD hingga Perguruan Tinggi) yang pribadinya begitu memikat anda? Beliau seorang PNS juga, apa beliau tidak cocok dengan kriteria-kriteria yang anda sebutkan di bawah? Coba akan adakah pernyataan maaf saudara untuk guru-guru diseluruh pelosok nusantara yang mengabdi siang dan malam tanpa henti tanpa pernah berpikir apa APRESIASI yang akan mereka dapatkan. Inilah yang “mereka†maknai dengan pengabdian yang entah saya tidak tau apakah anda memaknainya dengan hal yang sama dengan “mereka� Mereka berpikir sederhana tidak serumit dan sekompleks anda sebagai lulusan luar negeri, tetapi jerih payah mereka nyata untuk banga dan Negara ini, coba berapa banyak anak-anak bangsa seperti anda telah dihasilkan oleh tangan-tangan dingin mereka, padahal di detik yang sama mereka juga bingung memikirkan bagaimana uang sekolah anak-anak mereka, cicilan rumah dan motor mereka, bahkan tunggakan pinjaman koperasi mereka. APA YANG MEREKA TUNTUT DARI NEGARA MR ROMI, PADAHAL NEGARA NYARIS TIDAK MEMBERIKAN APA-APA PADA MEREKA TIDAK SEPERTI YANG ANDA DAPATKAN DARI NEGARA???(Maaf saya terbawa emosi). Lihatlah mereka terus berkarya ditengah himpitan hidup yang mendera mereka tanpa banyak bersuara tapi memberikan karya nyata. Apa di Jepang dahulu tidak pernah ilmu ini diajarkan kepada anda? Atau kepergian anda ke Jepang adalah sia-sia? Mari sesekali kita melihat ke bawah jangan melulu melihat ke atas, melihat ke pelosok-pelosok desa di mana para guru dan dokter puskesmas sedang berjuang tanpa lelah tanpa dijanjikan fasilitas maupun beasiswa seperti anda, apakah yang seperti ini juga tidak bisa menentramkan hati anda dan apa hanya Made Wiryana sahabat anda yang lagi nongkrong di Jerman (yang sedang mendapatkan kenyamanan tinggal di Negara maju dengan bejibun fasilitas yang jauh lebih enak dari fasilitas yang di dapatkan oleh sahabat-sahabat saya yang PNS desa di lereng gunung merapi yang dingin dan setiap saat diancam bencana meletusnya merapi)
Mr Romi wrote :
“1. Orang yang ingin melakukan perubahan, perbaikan, membuat inovasi baru dan berharap itu akan terimplementasikan dalam waktu cepat. Perubahan, perbaikan berjalan lambat karena sistem (baik dalam konotasi baik maupun buruk ) sudah berjalan sangat lama dan turun temurun. Anda mau nekat? anak kemarin sore dan pahlawan kesiangan adalah gelar abadi anda â€
Seperti penjelasan saya di atas cukuplah saya bertanya tidak cukupkah perubahan yang dilakukan para guru¶ PNS pemerintah pada diri anda sehingga anda bisa belajar ke Jepang sehingga diharapkan akan timbul perubahan, perbaikan, membuat inovasi baru dari pengalaman yang anda timba di Jepang dan apakah kurang harapan mereka bahwa hal itu akan terimplementasikan dalam waktu cepat dengan kepulangan anda dan teman-teman anda dari menimba ilmu di mancanegara??? Siapa yang pahlawan kesiangan Mr Romi, orang yang nekat ingin tetap merubah atau orang yang meninggalkan gelanggang untuk ke luar dari PNS???
“2. Orang yang tidak suka melihat uang dan anggaran dipermainkan, diputar-putar dan dipatgulipat. Orang yang memandang bahwa permainan anggaran, permainan perencanaan kegiatan adalah kegiatan yang salah, penuh dosa dan akan mendapatkan balasan setimpal di akherat kelak. Perlu dicatat juga bahwa banyak juga â€PNS lurus†yang tidak menyadari bahwa beberapa fasilitas dan honor yang diterima adalah hasil subsidi silang dari kesemrawutan anggaran dan realisasinya.â€
â€3. Orang yang tidak suka sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana atau anggaran yang jauh-jauh hari telah ditetapkan. Dalam rencana anggaran tertulis beli komputer Rp. 20 juta, ternyata harga sebenarnya hanya Rp. 5 juta, dan akhirnya sisanya dipakai untuk keperluan lain yang di luar rencana (honor, tunjangan, beras atau minyak goreng untuk karyawan). “
“4. Orang yang tidak tega memalak teman-temannya yang menjadi rekanan bisnis institusinya, dengan meminta kuitansi seharga Rp. 50 juta, padahal nilai pengadaan barang/jasa sebenarnya hanya seharga Rp. 25 juta. Si rekanan bisnis ini karena marginnya kecil, jadi ngemplang pajak, karena memang dia tidak menerima duwit sebesar itu. Perusahaannya bangkrut karena nggak kuat bayar pajak, akhirnya dia buat perusahaan lagi dan ngurus jadi rekanan lagi. Muter-muter terus coi … â€
Oke saya akui hal itu terjadi di instansi pemerintah, tapi apa lari dari permasalahan itu dengan ke luar dari PNS adalah solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan itu? Apakah dengan larinya anda dari profesi PNS maka masalah akan selesai? That’s wrong Mr Romi, tetap ada yang harus mengubahnya dari dalam.
“5. Anak muda yang cerdas, berwawasan dan bisa mengeluarkan dan merangkumkan ide (pendapat) yang lebih brilian dan strategis daripada eselon diatasnya (eselon 4, 3, 2, 1) atau bahkan seorang menteri. Si anak muda ini ketika bertemu dengan bos yang tidak tepat akan disebut bahwa idenya terlalu strategis dan kurang tepat dengan golongannya yang rendah dan cocok untuk permasalahan teknis â€
Apa anda sedang bergurau Mr Romi, ide (pendapat) sebrilian dan sestrategis apapun klo belum menjadi karya nyata tetaplah menjadi konsep semata coba anda mulai dari hal yang kecil dahulu, misal anda punya kemampuan MS Access kemudian anda membuat aplikasi surat masuk-keluar diinstansi anda tentu hal ini akan sangat membantu kantor anda bukan? Memang tataran PNS yang belum masuk eselon adalah pelaksana teknis dan tentunya belum mempunyai pengalaman yang memadai untuk menjadi pembuat keputusan ditingkat eselon. Coba lihat bagaimana para pemuda masih terlalu meledak-ledak jika menghadapi suatu masalah. Semua ada waktunya-semua ada saatnya Mr Romi. Saya tuliskan sebuah puisi lagi untuk anda Mr Romi : adalah menjadi pohon kelapa yang aku impikan/semakin tua semakin banyak manfaatnya/buah yang santannya semakin kental/daun yang bisa disulap menjadi lidi/dan juga batang yang semakin kokoh karena terpaan angin kehidupan/aku hanya ingin jadi pohon kelapa/pohon yang tidak sia-sia
“6. Orang yang tidak suka dirinya dan hasil kerjanya dinilai hanya dari absensi. Atau lebih lagi bagi orang yang tidak bisa kerja kalau sebelum kerja harus njeglok mesin absensi Apa yang anda perbuat, membuat proposal setebal kamus oxford, kerja lembur sampai subuh, membuat kerjasama dengan institusi atau organisasi di luar negeri, atau mengharumkan nama institusi karena anda berprestasi di luar, semua tidak akan dipandang kalau absensi anda jeblog. Kalau anda protes, maka anda akan diminta membaca UU No 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan PP No 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Kalau perlu bacanya sambil nyungsep di laut saja mas … â€
Mengenai hal ini coba anda tanyakan pada guru-guru yang telah bisa memaknai arti pengabdian bukan hitung-hitungan dagang semata.
“7. Orang yang merasa kurang apabila bekerja sehari hanya 4 jam. Karena kemungkinan anda akan datang jam 8 pagi, njeglok absen, sarapan pagi sambil ngobrol sampai jam 10. Istirahat siang jam 12, kembali ke kantor jam 13:15, dan adzan sholat ashar jam 15:15 merupakan bel pulang kantor.â€
Saya kira sudah mendahului tanggapan saya di atas tetang “role model†itu…
â€8. Orang yang memiliki jiwa enterpreneur dan selalu melihat segala peluang sebagai peluang yang kemungkinan bisa menjadi bisnis. Ketika jiwa enterpreneur ini diimplementasikan di tempat yang tepat hasilnya akan positif, tetapi apabila diimplementasikan di institusi pemerintah tempat bekerja, bisa jadi sumber korupsi yang maha dahsyat dan mengerikan. Orang ini diharapkan ketika melihat berjubelnya pendaftaran PNS dan mendengar keluhan 4 juta PNS di Indonesia tentang gaji mereka yang rendah selalu berpikir untuk mempunyai perusahaan dan bisa membuka lapangan kerja baru bagi 4 juta orang di Indonesia. Mungkin posisi itu lebih tepat.
Mr Romi saya rangkaikan lagi sebuah bait puisi untuk anda : Jikalau hidup engkau hitung dengan hitungan dagang/apa engkau tidak malu pada Ibumu?/beliau memberi dan mengabdi padamu/tanpa pernah kenal apa itu arti meminta
Saya yakin bahwa sebagai anak bangsa, baik posisi kita ada di dalam maupun di luar institusi pemerintah, kita ingin dan sama-sama berdjoeang membuat republik kita ini lebih baik, lebih maju, lebih sejahtera dan disegani bangsa-bangsa lain. Seperti yang sudah saya sitir diatas, kadang PNS bukanlah pelaku, tetapi sebenarnya juga menjadi korban. Masih banyak “PNS-PNS lurus†yang siap melakukan perbaikan di negeri ini. Mari kita melakukan perbaikan semampu kita, baik dengan lisan, hati maupun dengan tangan. Dan jangan lupa untuk mensyukuri segala nikmat dan keadaan yang sudah Allah berikan kepada kita.â€
Nah Mr Romi saya kira paragraph terakhir dari artikel anda adalag untaian kalimat-kalimat perdamaian yang menyejukkan hati. Jadi mari sama-sama kita melakukan perubahan dengan terus berkarya. Ada pun keputusan anda untuk keluar atau tidak tolong jangan dihitung dengan hitungan dagang semata. Sejenak saya tutup surat ini dengan bait puisi saya ; ketika kapal yang engkau tumpangi/sedang goyah diterpa gelombang/tanggal layar dan hampir tenggelam/ apa engkau begitu tega meninggalkannya/padahal engkaulah yang kelak diimpikan menjadi nahkodanya
Untuk mas Acwin, great job, thanks komentar anda yang cukup terstruktur. Saya senang mendapatkan sahabat baru PNS seperti anda yang masih mau berbicara dan berdiskusi dengan baik 😉
Beberapa komentar saya:
1. Tidak semua pendanaan untuk scholarship ke luar negeri adalah dari APBN. Ada yang murni dari organisasi atau pemerintah asing (bukan pinjaman) seperti beasiswa saya ke Jepang yaitu Mombusho.
2. Saya tidak pernah meragukan perdjoeangan dan pengabdian para PNS lurus, seperti sudah saya sampaikan bahwa banyak PNS adalah korban dan bukan pelaku. Yang saya kritik adalah sistem dan birokrasi yang ada, dan bukan rekan-rekan saya para PNS-PNS lurus. Saya juga masih menjaga kontak dengan guru-guru SD, SMP dan SMA saya. Saya selalu berterima kasih kepada mereka karena sudah membesarkan dan mendidik saya dari tidak tahu menjadi tahu. Saya juga menginisiasi program Smart Teacher (cek di artikel lain di blog saya) untuk memberi kesempatan guru-guru SD-SMA berkembang dan memberi mereka kompensasi yang layak atas semnagat dan jerih payah mereka.
3. Role model dan agent of change adalah perdjoeangan yang harus terus kita lakukan, dan ini yang saya sebut dengan melakukan perbaikan dari dalam. Meskipun suatu saat kita harus mengambil keputusan kalau secara cost-benefit analysis institusi kita terlalu lembam dan sudah sangat sulit diperbaiki. Saya mencintai institusi saya, tapi saya lebih cinta surga yang dijanjikan Allah. Saya tidak ingin argo dosa saya terus jalan karena perbuatan “dosa berjamaah” di insitutusi saya berada.
4. Saya tidak pernah berburu atau meminta posisi di institusi pemerintah, dan saya tidak pernah komplen ditempatkan dimanapun, asal saya dibutuhkan. Bahkan ketika saya hanya jadi CD burner di kantor saya 😉
5. Perdjoeangan untuk perbaikan tidak hanya dilakukan oleh PNS tapi juga rekan-rekan dan sahabat kita di luar PNS. Guru yang miskin juga bukan hanya yang ada di sekolah negeri, tapi juga guru-guru sekolah swasta. Komponen-komponen bangsa harus dikumpulkan, tidak ada strata, tidak ada dikotomi, perdjoeangan untuk memperbaiki bangsa ini harus terus dilakukan.
6. Tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah. Lebih baik orang memiliki kekuatan ekonomi untuk bisa membantu rekan-rekan yang lain, membuka lapangan kerja, memberi kesejahteraan kepada rekan-rekan yang lain. Jangan pernah berprasangka negatif terhadap kegiatan bisnis dan dagang, karena Rasulullahpun juga seorang pedagang 🙂
7. Ketika saya mengembangkan IlmuKomputer.Com, saya tidak pernah berorientasi bisnis, saya relakan artikel-artikel kita didownload siapapun untuk bahan belajar. Ketika suatu saat ada tawaran kerjasama dari perusahaan atau vendor untuk pengembangan sistem, itu kita terima dan itu memang jadi peluang bisnis, dimana dengan itu kita bisa buka lapangan kerja baru bahkan untuk lulusan-lulusan SMA atau SMK yang punya skill baik tapi tidak punya ijazah. Aktifis IlmuKomputer.Com banyak yang seperti itu mas Acwin, saya sengaja mengajak mereka supaya bersama dalam perdjoeangan. Saya tidak pernah mengdikotomikan lulusan SMA, Universitas baik di dalam maupun luar negeri. Siapapun yang punya kemampuan dan semangat, maka dia berhak atas rezeki dari Allah, dan itu sudah janji Allah.
Begitu mas Acwin, sahabat saya yang baik. Meskipun banyak rekan-rekan saya yang tidak pulang lagi di Indonesia, saya memutuskan pulang untuk bisa berdjoeang di institusi saya, berdjoeang bersama rekan-rekan saya aktifis IlmuKomputer.Com yang selama ini dengan semngat tinggi sudah berdjoeang dan berkorban untuk rekan-rekan lain. Dan tentu ini saja nggak cukup, masih banyak yang harus dilakukan. Saya ingin sebanyak mungkin bisa buka lapangan kerja baru, saya pingin semua teman-teman saya bisa sekolah dengan memberi beasiswa, saya ingin PNS dan guru-guru bisa lebih sejahtera, saya pingin orang Indonesia lebih berkualitas dan berkarya lebih baik lagi, dan masih banyak lagi yang saya inginkan mas … Dan saya tidak diam mas, saya terus bergerak supaya satu persatu keinginan saya bisa terwujud, meskipun mungkin pelan-pelan.
Sekali lagi, terima kasih atas komentar anda. Saya bangga dengan PNS-PNS lurus yang wawasannya sangat luas seperti anda.
Oke Mas Romi, saya menaruh penghargaan yang sangat tinggi terhadap anda yang telah mengembangkan ilmukomputer.com (yang track recordnya sbg e-learning sudah mendunia). Karena saya yakin bahwa ilmu pengetahuan selama selaras dan memberi kontribusi positif kepada kehidupan manusia adalah tidak bisa dikesampingkan dan harus dikembangkan. Saya juga sangat menghargai bahwa anda masih mau pulang keNKRI membangun bangsa ini lebih baik. Klo pun tidak bisa terwujud sekarang, percayalah Mr Romi, pondasi yang anda bangun akan dapat dinikmati oleh anak-anak kita. Salam hormat, “Sesungguhnya janji Alloh itu nyata, dan Aku lebih tertarik dengan janji Alloh daripada janji-janji manusia”
Ada puisi indah untuk anda Mr Romi :
Kalaupun smua pintu tertutup/maka carilah pintu yang terbuka/kalau tidak ada pintu yang terbuka/maka carilah jendela yang terbuka/kalau tidak ada jendela yang terbuka/maka jangan takut/masih ada pintu doa…
Mas Acwin,
Terima kasih, mudah-mudahan Allah mengabulkan doa kita bersama. Dan mudah-mudahan diskusi kita bisa dilanjutkan ke bentuk bentuk lain, mungkin kerjasama atau gimana 🙂 Paling tidak, yang pertama bisa kita lakukan adalah, mari bertukar link site blog (blogroll). Dimana saya bisa mengakses blog anda mas Acwin.
Surprise dan senang dengan message anda. Sejak keluar kampus 2004, nggak pernah lagi saya dimanusiakan dengan diskusi-diskusi menarik oleh teman-teman di institusi saya. Thanks diskusinya.
Thanks juga untuk dede dan nofie yang sudah ngasih komentar. Jalani perdjoeangan hidup lah 🙂
alm. bapakku pernah wanti-wanti…
jangan pernah aku jadi PNS, POLISI, TENTARA, DAN APARAT HUKUM di ENDOSAH!
😀
hehehe… tau kan alasannya kenapa 😉
Saya seorang siswa yang baru memasuki Bidang Komputer Jaringan
Menurut saya memang benar!!!!!!!!
PNS sangat terikat dengan aturan yang telah ditentukan!
Bagi para Bussinesman Kebebasan Financial sangat dibutuhkan!!!!!
Bukan berarti kita tidak boleh menjadi PNS!!!!
Karena untuk mendukung Pemerintah yang maju!!!!
Kita sangat dibutuhkan!!!!!
Yaitu!!!!! Kita yang memiliki Keahlian yang KOMPETEN di bidangnya!!!!
Misal saja!!!!! Seorang Programmer, Networker DSB……….
Maka sebaiknya kita yang ahli atau Kompeten di bidangnya.
Sedikitnya menyumbangkan Ilmunya kepada Rakyat Indonesia.
Selain dari Internet!!!!! Kita sebaiknya terjun langsung ke Lapangan.
Dengan mengadakan Kursus Gratis bagi Pelajar atau Umum!!!!
OKAY itu aja dari saya!!!!!
Palembang JAYA!!!!!!!!!!
Maslow pernah mengemukakan teorinya bahwa kebutuhan manusia pertama adalah kebutuhan akan makanan, poin ini dikritisi oleh beberapa orang dan akhirnya dianulir kesalahannya oleh Maslow sendiri pada akhir hayatnya bahwa kebutuhan pertama manusia adalah nilai-nilai hidup yang ingin dicapai atau diaktualisasikan oleh masing-masing individu dalam hidupnya (cmiiw, kurang lebih demikian). Etos ini termasuk pencapaian nilai-nilai altruistik saya lihat banyak dilakukan oleh orang-orang India yang notebene juga belum menjadi negara makmur (sampai saat ini), sementara di Indonesia lebih banyak bertipe safe player dan moderate daripada seorang struggle.
A rethinking, may be useful, may be not,
Do not become a secularism principles, basic of development is values arrangement, not food fullfilment at first level or something like that…
Not OOT, isn’t?
Halo Romi !
Saya senang sekali membaca blognya Romi ini. Saya tahu karena ada kawan yang posting di Intra LIPI. Kita buka-bukaan saja ya, toh memang tidak perlu ada yang disembunyikan. Saya sangat memahami isi hati Romi, karena kita seinstitusi meski lain lembaga, dan kebetulan juga saya seniornya dengan jalur yang sama. Bahkan dengan background yang jauh lebih ada alasan untuk berhenti jadi PNS daripada Romi…;-). Juga waktu awal Romi pulang kita sering bertukar pikiran.
1) Meski artikel Romi ada nuansa men-discourage generasi muda mendaftar jadi PNS, saya yakinkan bahwa kami, minimal di LIPI, masih memerlukan kalian yang pintar, bersemangat dan siap berjoeang. Untuk itu, seperti penerimaan CPNS tahun lalu, sistem Penerimaan CPNS LIPI saya jamin bersih dan untuk pertama kalinya di Indonesia semua full online. Jadi boro-boro bayar segala, antrian yang bisa bikin pingsanpun tak ada. Ini sebagai langkah awal untuk mendapatkan kandidat terbaik. Sebab permasalahan laten di PNS adalah SDM yang memble akibat proses rekrutmen selama ini yang tidak transparan. Sialnya ini sudah berlangsung sepanjang era Orba sehingga beberapa generasi sudah terlanjur terisi oleh orang-2 yang bermasalah dengan kompetensi payah. Meski tidak semua, tetapi benar bahwa yang bagus itu hanya minoritas.
2) Bagaimananpun perubahan tidak bisa dilakukan hanya dari luar oleh sistem. Karena sistem yang ada turun temurun tsb memang banyak sekali buruknya sebagai warisan Orba. Perubahan terbesar harus dari dalam dan dilakukan oleh sivitas internal. Untuk itulah diperlukan superman-2 di dalam. Hal ini saya rasakan benar sejak berada di LIPI sejak 2002. Untuk itu memang harus ada ambang batas jumlah kawan yang pintar dan punya dedikasi untuk break event point melakukan perubahan. Saat ini saya merasa, minimal di tempat saya bekerja, sudah mendekati ambang batas itu sehingga perubahan bisa semakin dipercepat. Orang-2nya sebenarnya juga kawan-2 sendiri yang dari jalur yang sama dengan saya dan Romi. Asal ada 10% saja yang bagus itu sudah cukup, sebab yang 90% itu hanya follower, sedangkan yang 10% itu yang menjadi kunci perubahan sistem. Dalam konteks ini, saya mohon anak-2 muda yang masih smangat dan pinter daftar jadi PNS LIPI yah, please….! Karena Anda calon penambah ambang batas sivitas pelaku perubahan ! Saat ini seluruh tim saya, baik di lembaga saya maupun di Tim Gabungan Jaringan (TGJ) LIPI diisi anak-2 muda yang masuk tahun 2005 dan 2006.
3) Sayangnya, seperti kasus Romi, calon superman-2 tidak selalu masuk di tempat yang tepat. Sehingga kemampuan supernya tidak sempat tereksplorasi dan mendapat timing menjadi ikon perubahan. Apalagi untuk perubahan yang membutuhkan “sedikit revolusi”. Meski ada juga perubahan yang harus dilakukan agak lambat dan berhati-hati, sebagian besar harus ekstrim dan dilakukan dengan cepat dan drastis. Sebab kalau tidak akan kehilangan momentumnya. Karena setiap perubahan, apalagi terhadap sistem yang sudah laten, pasti menimbulkan resistensi.
4) Sejauh yang saya jalani, khususnya di lembaga akademis seperti lembaga saya, saya merasa masih bisa melakukan perubahan. Itu mungkin karena sivitasnya yang relatif lebih akademis. Perubahan memang lebih sulit untuk lembaga yang sifatnya lebih administratif, seperti lembaga tempat Romi. Apalagi departemen-departemen, nggak kebayang deh…
5) Sebagai person untuk mendorong perubahan, memang harus berlaku bak superman. Apalagi untuk “superman pionir”, harus jadi super-superman ! Beruntunglh kalau Anda bisa langsung masuk di tempat yang sudah ada supermannya. Anda tinggal ikut gerbong. Khusus untuk superman pionir, harus keep yourself perfect minimal di mata sivitas dan “berani mati”. Karena Anda harus menjadi contoh. Karena perubahan ekstrim, atau bahasa bisnisnya turn-around, harus dilakukan secara ekstrim dan “sedikit” otoriter supaya tidak kehilangan momentum. Persis seperti Lee Kuan Yew atau Mahathir waktu pertama kali memimpin negaranya yang saat itu sebenarnya tidak lebih baik dari Indonesia. Setelah stabil dan oke baru otoriternya dilepas (asal jangan kelupaan). Agar kebijakan yang otoriter tsb bisa diterima itulah perlu keteladanan dan menjadi panutan sehingga sivitas trust pada Anda. Apalagi untuk PNS yang umumnya memang krisis teladan….;-(. Dalam konteks ini Romi dkk (Hendro dll) punya kelemahan waktu itu yah karena S3-nya tidak terselesaikan, padahal itu mutlak untuk lembaga akademis seperti LIPI….;-(.
Kalau saya sejak awal prinsipnya maju terus, nggak perduli tabrak sana tabrak sini. Karena prinsip saya nothing to loose. Pilihan saya hanya dua, hancurkan sekarang dapat hasil atau kalau gagal keluar dari LIPI. Toh, kalau tidak begitu, kemudian saya frustasi akhirnya keluar juga. Jadi daripada keluar tanpa ngapa-ngapain, mending keluar setelah “berlumuran darah” tabrak sana tabrak sini…. Untuk itu kita harus konsekuen, saya dulu tidak pernah ikut proyek apapun, sehingga kita lebih netral dan bebas. Sebagai gantinya ya cari grant-2 dari kolehga di luar negeri. Sampai sekarangpun saya tidak peduli punya proyek penelitian dengan dana LIPI atau tidak. Pokoknya harus semandiri mungkin sehingga kita tidak mudah ditekan. Masalah ikut proyek atau tidak ini sebenarnya kunci. Untuk calon superman saya sarankan tidak ikut (jadi Penannggung-jawab). Kalau tidak, posisi Anda akan terkunci dan sudah skak-mat tuh…
Lebih dari itu, saya nggak ambil pusing dengan honor tambahan dll. Mau dikasih honor ok, nggak juga nggak apa-apa. Justru karena tidak ada proyeknya, apa yang sudah dikerjakan dan tidak mendapat imbalan tidak menjadikan sakit hati, lha wong sejak awal memang niat ingsun volunteer kok…
Kesimpulannya : untuk mampu melakukan perubahan ada beberapa faktor.
1) Tempat dan timing yang pas, lebih enak kalau sudah ada superman pionir disitu. Kalau tidak Anda harus menjadi pionirnya.
2) Untuk jadi superman pionir : punya modal “kekuatan moril” berupa pendidikan dan track-record (bersih, di bidangnya, dll). Ini sebabnya perusahaan yang kolaps akan mencari eksekutif hebat dan terkenal untuk melakukan turn-around, supaya seluruh sivitas bisa dimobilisasi iku gerbong perubahan.
Kalau sudah ada superman pionir, Anda cukup menambah “bekal dan track-record” untuk menjadi superman baru.
3) Berani bersikap nothing to loose dan harus mandiri. Itu sebabnya sebelum balik ke Indonesia, selama di LN harus mempersiapkan diri (ekonomi, kepakaran, koneksi sumber dana, dll). Ini supaya kita bisa kerja volunteer di dalam lembaga dan tidak mengharapkan apapun.
Nah, kalau Anda tidak memiliki 3 poin diatas. Cobalah dulu melakukan perubahan, paling lama selama 2 tahun. Kalau tidak bisa, segera tentukan pilihan hidup ! Pokoknya jangan setengah-2 ! Kalau keluar ya keluar aja…. Sebab masa puncak seseorang ada batasnya, setelah usia tertentu hukum alam mengajarkan kurva selalu berbentuk parabola terbalik dan tidak linear ke atas terus…. Sehingga dalam usia puncak ini segera manfaatkan potensi Anda, apakah sebagai PNS atau sebagai entitas non-PNS. Yang penting berprestasi, karena itulah yang diharapkan dan diperlukan negeri ini !
Heheh thanks komentarnya mas Handoko. Saya nggak ngerti malah kalau ada yang forward ke intra lipi. Intinya saya setuju dengan pendapat mas Handoko.
Hanya saya tidak setuju bahwa degree harus dikedepankan (dimanapun kita berada), omong kosong lah dengan ini. Banyak Doktor lulusan LN yang kerjanya di Indonesia cuman jadi penerjemah kok. Dan banyak juga yang saking pintarnya sampai kegiatan penelitian sama dipropose berkali kali sampai bertahun tahun (berkacalah wahai para orang pintar). Kasihan rakyat yang membiayai penelitian tipuan semacam ini 😉 Prof. Dr di LIPI juga bejibun, tapi juga nggak banyak kerja kerja riil yang dilakukan, nggak ada sesuatu yang “menggelegar” keluar dari lembaga ini.
Lupakan degree, kita beri applaus kepada siapapun yang berkontribusi riil untuk republik ini.
Tetap dalam perdjoeangan ….
Mas Romi
Sebetulnya di pemerintahan (jadi PNS) atau di non pemerintahan punya masalah masing-masing. Kalo masalah “pat gulipat” di non pemerintahan juga ada ah…
Semua kembali ke diri kita. Bukan gitu Mas
Widiantoko
struggle -> struggler
a secularism principles -> a collection of secularism principles
fullfilment -> fulfilment
Not OOT, is it?
Memanglah fakta di Indonesia pegawai swastapun sangat banyak yang bergaji UMR bahkan dibawah
UMR dan juga terlalu banyak syarat tetek bengek bagi pegawai swasta, sehingga banyak orang memilih jalur PNS sebagai salah satu alternatif. Namun kan tidak selalu demikian?
Mohon maaf sepertinya sebagian komentar post ini tertangkap spam filter 🙁 Mohon mengisi kembali bagi rekan-rekan yang komentarnya belum termuat. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.
Untuk mas Widiantoko, benar di non-pemerintah juga kadang melakukan hal yang sama 😉
duh neeh posting umur nya hampir sebulan, tapi masih belum selesai juga dibahas.
hehehe iya nih mas aribowo, saya juga heran, kok masih rame. Dan jumlah komennya rekor terbanyak di blog saya 😀 Kebetulan 3-4 minggu kemarin saya harus “bertapa” di depok karena ada diklat di LIPI, jadi belum sempat post message baru. Mungkin setelah message baru muncul, agak reda 🙂
Dear All,
Dalam salah satu pertemuan yg resmi, seorang Prof.Dr dari KPK menyatakan dalam forum “kalau mau jadi kaya jangan jadi pegawai negeri” mungkin kita juga sering mendengar pernyataan ini dari orang yang berbeda.
Benarakan pernyataan tersebut? Jika itu dianggap informasi yang hanya mengandung nilai benar atau salah maka pernyataan itu masuk ke nilai benar, paling tidak menurut saya.
Dalam acara apel pagi seorang Bupati baru yg baru dilantik menyatakan jumlah pegawai di kantornya seharusnya dikurangi 60% karena terlalu banyak sehingga tidak efisien yang membuat muka sebagian besar pegai sedikit tegang 🙂
Seorang Ketua Bapeda Provinsi berkomentar tetang penerimaan PNS “Nantinya PNS akan banyak menjadi sampah karena semua pegawai honor akan diangkat jadi PNS” sorry agak kasar karena kami waktu itu bicara berdua.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa penerimaan pegawai negeri sebelum penerimaan tahun yang lalu sarat dengan KKN dan tahun inipun masih banyak yang diduga melakukan hal yg tidak “fair” seperti yang diungkapkan Prof.Dr.Ryass Rasyid dalam salah satu acara di TV.
Perlu di garisbawahi bahwa Guru TK sampai dengan Guru SMU yg notabone juga PNS berbeda dengan PSN yang bekerja di istitusi lain seperti LIPI,BATAN,BPPT dan Departemen.Jadi jangan disamakan atau dijadikan alasan untuk menyamakan semua PNS.
Ayah saya seorang PNS (sekitar 30 Tahun menjadi Kepala SD Negeri) dan saya bersyukur bisa bersekolah sampai kuliah tetapi sampai saat ini saya belum berkeinginan untuk menjadi PNS.
Menurut saya, jika mau merubah birokrsi tidak cukup kita menjadi seorang superman atau superman return 🙂 tetapi banyak faktor yg mempengaruhi termasuk yg utama adalah Presiden, Menteri, Dirjend, dst sampai dengan dengan PNS golongan terendah melaksankan apa selalu mereka kemukakan dengan good governance.
Ternyata susah juga membahas PNS apalagi teman-teman yg terlanjur masuk PNS 🙂
Wassalam,
Parlin Pasaribu
Terima kasih mas Parlin. Saya pikir post dari mas Parlin menambah kaya diskusi kita.
Betul memang degree tidak penting. Saya juga tidak mementingkn itu. Tetapi itu perlu sebagai “modal awal”, khususnya kalau mau menjadi superman melakukan perubahan internal di lembaga akademis. Kalau kontribusi non-akademis saya pikir oke tanpa itu. Tapi kalau di lembaga macam LIPI atau univ itu mutlak. Bagaimana mau buat perubahan membuat kurikulum kuliah yang baik kalau kita tidak pernah bisa menjadi dosen tetap karena hanya S1 misalnya…
Poin saya diatas adalah : untuk kasus Romi itu merupakan salah satu “cacat” yang mengurangi keteladanan dan trust. Memang tidak ada manusia sempurna, tetapi untuk mengajak orang berubah kita harus “bersih” dan menjadi contoh. Dalam konteks Romi di LIPI : ya harus menyelesaikan studi, punya track record akademis, track record pekerjaan bagus (ini sudah ada khan), dsb…. Kalau bukan di LIPI ya mungkin lain lagi lah….
Untuk Bang Parlin Pasaribu, saya setuju sekali kalau perubahan harus dilakukan oleh Presiden dsb. Tapi kalau menunggu itu ya seperti menunggu godot. Yang saya ungkapkan adalah bahwa masih banyak celah yang bisa dan harus dilakukan dalam level kita dan grup kita. Pengalaman saya justru menunjukkan perubahan terbesar itu ada di tangan kita sendiri. Ini jauh lebih cepat dan yang atas akan terdesak mengikutinya setelah itu.
Justru pandangan top-down itu merupakan mental tinggalan Orba… Itu juga yang menjawab mengapa meski ada kebijakan ini itu, tetap saja birokrasi tidak berubah. Karena memang yang lebih banyak diperlukan, dan ini lebih sulit, adalah ikon perubahan di level grass-root dalam internal birokrasi. Itulah sebabnya di jaman ini gerakan akar rumput macam LSM itu makin penting. Ini sebenarnya salah satu ciri demokrasi yang mulai berjalan, termasuk dalam birokrasi. Kalau negara otoriter macam Cina memang semuanya harus top-down. Khususnya di lembaga akademis macam Puslit-puslit di LIPI ini lebih subur karena secara birokrasi ketergantungan pada atasan rendah, berbeda dengan di departemen atau lembaganya Romi yang lebih bersifat administratif dan struturalnya kental.
Sebenarnya secara umum PNS yang jadi guru, dosen dsb juga sama saja. Hanya Bang Parlin nggak tahu aja…;-). Tetapi persentase yang bermasalah memang lebih rendah karena ada tuntutan profesionalisme sesuai karakteristik pekerjaan. Di LIPI, BPPT dsb kalau untuk kalangan peneliti juga demikian. Yang masalahnya banyak memang di bagian yang sifat pekerjaannya umum dan administratif. Itulah mengapa yang bermasalah di Departemen jauh lebih banyak karena kelompok profesional disitu hanya minoritas.
Kayaknya setelah masuk Intra LIPI, blog kamu bakalan makin rame lho Rom, he… he… 😉
hehe saya juga nyasar dari intra lipi 😉
sebenarnya gak pingin jadi PNS tapi keterimanya di LIPI yah… (sempet apply jadi peneliti di NGO tapi gak keterima)
tapi dari dulu udah tau dikit2 si jadi PNS itu seperti apa, jadi ga terlalu shock. bertahan aja. “don’t fight the battle you can’t win”
ups saya korupsi waktu nih (dan korupsi bandwidth, hehe. maaf pak handoko ;P)
Yth Mas Handoko,
Saya sangat tidak setuju dengan apa yang disebut bahwa pandangan “top down” merupakan peninggalan orba, Apa buktinya,apa alasananyan, contohnay seperti apa, etc.
Mas Handoko menyebut-nyebut China, China bisa berhasil menyelesaikan masalah korupsi karena mereka memiliki Presiden , ketua “MPR” dan menteri yang sungguh – sungguh memberantas korupsi.
Masalah LSM, sudah menjadi rahasi umum bahwa LSM banyak yg hanya memetingkan kepentingan proibadi dan kelpompoknya dan sedikit yg benar-benar berjuang untuk tujuan yg benar.
Maksud saya bedanya PNS Guru SD dengan PNS Depatemnt atau institusi pemerintah adalah dari segi pendapatan (gaji), dan fasilitas yg didapatkan.
Demikian sanggahan saya. dan saya tidak terlalu tertarik dengan politik.
Parlin Pasaribu
Khususnya untuk mas Handoko, saya sih nggak merasa bahwa PhD saya yang belum selesai adalah sebuah cacat 🙂 Alasannya mungkin saya berikan beberapa di bawah:
1. Karena secara administratif saya sudah menyelesaikannya (persyaratan publikasi journal, confeference, kredit, dsb). Masalah muncul karena ada pergantian profesor baru yang kebetulan pernah perang dengan profesor saya yang lama, dan berakibat ke semua mahasiswanya dibuat masalah (tidak ada satupun yang dilulusin). Dan ini sesuatu takdir yang mungkin sudah ditentukan oleh yang diatas 😉 Insya Allah saya berusaha untuk menyelesaikannya dalam waktu dekat. Meskipun kalaupun saya dapat, saya tidak akan memakainya di kartu nama, sim, ktp, dsb. Saya terbiasa hidup tanpa gelar, dan itu lebih enak 🙂
2. Saya tidak dibiayai oleh pemerintah Indonesia untuk program M.Eng dan Dr.Eng saya, tapi dibiayai pemerintah Jepang dan saya dapatkan langsung dari Saitama Univ (kompetisi langsung di fakultas, dan bukan program G2G atau U2U).
3. Saya bukan superman, batman atau manusia super lain. RSW hanya manusia Indonesia yang lemah dan banyak kesalahan. Perubahan yang ingin saya lakukan juga adalah tawaran, bukan paksaan. Saya sejak datang ke Indonesia 2 tahun lalu nothing to loose dalam berdjoeang. Mau tetap dipakai silakan, mau nggak dipakai atau bahkan dipecat dari PNSpun saya tetap bersyukur.
Saya jadi agak aneh melihat orang sekaliber mas Handoko masih memandang bahwa PhD berhubungan dengan TRUST dan KETELEDANAN 😉 Di LIPI dan juga institusi lainpun masih banyak orang-orang yang berkontribusi riil untuk republik meskipun tidak menyandang degree Dr.Eng, PhD atau Prof 🙂
Saya tidak suka membuat strata sosial manusia dari degree. Di Jepang koki, pengusaha, atlet, pegawai negeri, dsb bisa punya strata sosial sama dengan profesor di univ. Hitotsubashi daigaku yang terkenal dengan fakultas ekonominya, banyak dosennya yang tidak PhD 😉
Mari kita kejar bagaimana kita bisa “bermanfaat dan berkontribusi riil ke masyarakat”, jangan kejar hanya degree, karena itu membuat orang gelap mata dan pinginnya dapat gelar tanpa kuliah seperti di Indonesia saat ini.
Itu dulu. Biar makin rame …hehehe
Saya dapat mengambil contoh dari rekan-rekan saya yang telah bekerja. Ada seseorang, namanya N, setahu saya dia orang yang oportunis.Dia sempat menjadi PNS dosen di USU Medan dan dengan alasan yang kurang lebih sama dengan Pak Romi dia akhirnya memilih keluar dan bekerja di Unilever. Menurut dia, dia merasakan kepuasan lebih di tempat kerjanya yang sekarang. (Dengan argumen yang mirip dengan Pak Romi). Menurut saya dia bahagia.
Ada lagi F, dulunya pintar,agamis dan idealis. Sekarang bekerja di Departemen (PNS juga). Awal dia masuk dia sangat berkobar-kobar ingin menegakkan idealisme. Sekarang setiap ngobrol yang diomongin Proyek, ceperan dan SPPD dan bangga betul dia. Meskipun berubah, menurut saya di juga bahagia.
Si T. Dia orang yang sangat solider namun sedikit malas. Dia bekerja di perush swasta, dan mengeluh akan egoisnya dan individualisnya masing-masing karyawan. Hidupnya jadi hampa tanpa sahabat sejati. Dia menyesalkan Si N yang keluar dari PNS dan sangat menginginkan menjadi seperti si F. Menurut saya dia gelisah dan gamang.
Si A. Dari awal dia sangat berambisi menjadi PNS dan memang akhirnya dia diterima. Berbeda dengan F, dari awal dia memang oportunis dan kurang idealis-meskipun agamis- sehingga apa yang dicita-citakannya dulu bahwa PNS adalah Proyek, ceperan dan SPPD dapat dia raih dengan sempurna. Menurut saya dia bahagia.
Si I, orangnya revolusioner dan “gak PNS banget deh” meskipun tidak terlalu pintar. Sinis dengan PNS (gak pernah ngarep), dan memilih hidup berwiraswasta meski sudah S2. Dia bahagia banget.
Si LTH, PNS, dari yang saya baca, dulu dan sekarang masih idealis dan berusaha menularkan sikapnya di lingkungan kecil di sekelilingnya. Dia berharap ada perubahan dari apa yang dilakukannya. Sepertinya dia bahagia.
Dan masih banyak rekan-rekan saya yang lain, yang kalo saya tulis disini semua bisa-bisa cursor page-nya setipis silet.
Apa yang saya sampaikan ini cuma memberi gambaran betapa beragamnya karakter manusia dan pilihan hidup yang dijalaninnya. Yang saya tahu orang-orang itu mengikuti kata hatinya, karena itu yang membuat mereka bahagia. Karena bagi orang-orang yang kata hati dan keadaan berbeda, membuatnya jadi gelisah dan gamang seperti Mr.T.
Terima kasih mas Gentho. Sepertinya diskusi kita semakin tambah semarak dengan message mas Gentho ini 🙂
Ikut nimbrung nih…
Sulit memang melakukan perubahan.Tapi kapan tanah air kita ini akan berubah ? Bagaimana nasib masa depan anak-cucu kita? Banyak Professor dan Doktor yang sudah mumpuni sering frustasi dan pesimis dengan nasib Bangsa. Tapi please … orang-orang muda harus tetap optimis!! mau PNS or non PNS lakukan sesuai idealisme sebisa mungkin. Prinsip : do the best (as we can) and work done! Ikuti juga Aa Gym : mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang. Niat bekerja : ibadah.
Gimana PNS bisa berubah secara sistem setelah rekruitmen transparan? Naikkan Gaji PNS secara layak! Teladan dari pimpinan di setiap lini……Hukum ditegakkan ! wis. …
Akur mas Noor, mudah-mudahan tetap dalam perdjoeangan 🙂
Ingin cepat kaya atau ingin bebas ? Dagang jawabannya. 9 dari 10 Rezeki yang ada datangnya dari dagang sedangkan yang 1 bekerja dengan instansi Pemerintah maupun swasta. Itu juga sikut kanan sikut kiri.
selaku fresh grad yang baru keterima jadi PNS taun ini.. jadi agak2 nyadar, gini toh dunia yang harus dihadepin.. jadi pesimis juga, apalagi setelah masuk ternyata emang.. bener juga kata bang Romi. Tapi, setelah dijalanin sedikit-sedikit, ternyata ada kondisi-kondisi yang kita bisa rubah, contohnya kerja yang cuma 4 jam sehari itu, kalo secara personal emang niat kerja.. ada kok kerjaan yang bisa dikerjain,, tapi kalo emang cuman niat dateng ke kantor buat makan siang doang.. ya susah.. 😀
Soal idealisme buat perubahan, perbaikan, bla.. bla.. bla.. emang bukan sulap.. butuh waktu lama.. tapi gimana kalo kita optimis aja bang? minimal, sekarang penerimaan PNS lebih transparan.. gak pake titip-titipan.. banyak “angin segar” yang 10 atau 20 tahun lagi bakal jadi ujung tombak negara kita.. mau semakin ke laut atau bagaimana?? Kalau orang-orang yang pengen bikin “perubahan” mau masuk PNS dari sekarang kan lumayan… setidaknya bakal ada perubahan kecil di indonesia tercinta ini 10 atau 20 taun kedepan.. tapi kalau hanya “kata-kata” aja, tanpa berbuat sesuatu apapun.. 10 atau 20 taun lagi juga sepertinya masih akan melemparkan kritik-kritik pedas, tanpa ada perubahan yang cukup berarti..
hehehhe.. sorry ya…
maklum, anak kemaren sore :p
& seperti mbak rani, saya jg korupsi bandwith ni…
untung nulis2nya waktu makan siang 😀 jadi korupsi waktunya bisa diminimalkan =D
Ikutan ngobrol yaa..
Perubahan…. sangat sulit tampaknya… kecuali dalam PNS itu diisi dengan orang2 baru semua.. generasi baru yang bebas dari pikiran terima suap.. mroyek…dan bisa bekerja maksimal… tapi kapan itu terwujud?nunggu REVOLUSI??:( klo bung RSW jadi mentri bisa wujudin itu gak??rubah image PNS yang pemalas.. Gaji naik? apakah solusi? apakah ada jaminan gak akan mroyek luar lagi?wallahualam…
Saya pikir yang disampaikan rekan Lindu, Iffa dan Big HQ adalah doa untuk kita semua khususnya yang berdjoeang sebagai PNS 😉 Amiin ya rabbal alamin …
Permisi Pak sebagai anak ingusan yang masih CPNS boleh ya dikit aja kasih sedikit bla…bla…bla…. !!!!
Pertama kali ketrima PNS sueneng ga karuan,dengan melihat kebawah “meski gaji seadanya,masih banyak orang yang kurang beruntung dari saya, allhamdulillah”,Pertama kali masuk kerja sehari,dua hari,tiga hari,dst…..hampir 8 Point Pak Romi dapat saya temukan,kayaknya bukan opini ya pak,fakto Lho pak !!! kadang di suatu ruangan ada tempat tersembunyi “buat sekedar melepas lelah”,katanya gitu. Kadang kita diskusi sama senior2 dalam acara agak formal, ketika kami angkatan baru mengkritisi,yg keluar dari mereka bukan tanggapan gimana caranya agar ide tersebut bisa diakomodir,tapi selalu sebuah sanggahan yg membuat kita jadi berpikir dua kali untuk mengkritisi kinerja mereka !!! sedikit curhat kekecewaan saya atas kinerja PNS yg katanya ABDI NEGARA di bayar pakai uang Rakyat !!!
Mari pak terus pacu semangat orang2 yg masih semangat untuk menuju kebaikan,pasti bisa tapi harus dengan kesabaran yang luar biasa!!! PNS Bangkit Menuju Indonesia Baru !!! 😀
Menjadi pns bisa jadi mungkin menjadi pekerjaan mulia, akan tetapi sebelum memutuskan untuk menjadi pns terlebih dahulu kita harus benar-benar memikirkan apakah kita sudah siap bergabung dengan orang – oarang yang cuek dan pemalas. karena setelah satu setengah tahun menjadi pns yang saya temukan hanyalah gerombolan orang-orang malas yang kreatifitanya rendah. Dan sialnya biarpun tempat saya bekerja dilingkungan kampus yang notabene katanya kampungnya ilmu pengetahuan ternyata tidak memberikan dampak apa-apa.
Alhamdulillah, sudah hampir 5 tahun saya jadi PNS. Terus terang saya bersyukur dengan posisi ini, setidaknya pas mau nikah dulu ditanya sama camer tentang pekerjaan, saya gak kelimpungan jawab. 8 point yang Pa Romi sampaikan menjadi bahan renungan buat saya, apakah saya masih masuk kategori ke 8- golongan diatas atau malah masuk ke kriteria PNS pada umumnya (sudah pada tau kan ?). Yang dirasa memang feeling guilty, setiap bulan dapat gaji, tapi perasaan kerja tiap hari browsing melulu (ilmukomputer termasuk pavorit saya). Sisi lain dengan salary PNS yang..sudah pada tau lah, cita-cita pengen punya rumah sendiri kayaknya masih jauh dari angan-angan. Akhirnya pulang kerja (yang pasti bukan jam kantor), saya lembur di tempat laen, ngajar, proyekan dan obyekan lainnya. Walaupun sangat sulit menyeimbangkan poisisi antara kerja PNS saya dan kerja profesi ditempat lain, dimata pimpinan saya masih belum dianggap bermasalah. Cuman, sewaktu-waktu suka merenung…full kreatifitas, usaha dan kerja saya lebih dominan di luar (memang penghasilannyapun lebih besar )dibanding di kerja PNS saya…yang..kerjanya browsing melulu. Dalam hati saya suka bertanya, gaji PNS saya halal gak yah ? bukankah gaji tsb kompensasi dari kerja saya, padahal …. kerjanya tidak optimal.
Mudah-mudahan rekan-rekan sekalian, juga mas Ahmad, mas Iskandar dan mas mbalelo tetap dalam perdjoengan. Amiin.
Menanggapi posting dari angela tjandrajadi, hati2 kepada seluruh rekan2 dimanapun berada. karena kami kenal betul siapa angela tjandrajadi itu. dia adalah seorang pengikut ajaran / kepercayaan baha’i. yang meYakini bahwa ada Nabi bahau’llah setelah Nabi Muhammad SAW. dia selalu memaksakan bahwa di Al-Quran itu tidak pernah disebutkan bahwa Muhammad SAW adalah Nabi Terakhir. karena pada kenyataannya telah disebutkan bahwasannya Nabi Muhammad SAW adalah PENUTUP para NABI. secara Literatur definisi PENUTUP, adalah yang membawa ajaran Penyempurna dari Ajaran2 terdahulu. dan ajaran ‘sesat’ baha’i ini mencoba mencuci otak kita untuk meyakini adanya Nabi dan ajaran lain sesudah Muhammad SAW. Waspadalah terhadap sepak terjang orang2 semacam ini. Mereka berada disekeliling kita. Selama kita meyakini dan mempelajari betul isi dan kandungan Al-Quran, Insya Allah kita tidak akan tersesat.
sekedar menambahkan, angela tjandrajadi ini masih terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas Bina Nusantara. ajaran ini berkembang dilingkungan nya tsb. angela tjandrajadi dkk nya juga selalu beranggapan agama baha’i adalah yang ter-Benar. karena baha’i juga diakui di dunia internasional (PBB). padalah sesungguhnya, kita semua tahu bagaimana Zionis dengan segala cara dan kepintaran membuat perpecahan umat Muslim di Dunia. untuk cross chek silahkan periksa http://www.bahai.com
Maaf bila rekan2 yg lain terganggu dan terutama dengan RSW, kami ingin menjaga ketauhidan ummat Muslim kepada Allah SWT tidak terganggu dengan pengaruh2 lain. Wallahualam Bhishawab. Wassalam.
NB : perhatikan kutipan posting dari angela berikut ini. Dia meyakini bahwa Allah SWT mengutus orang2 tersebut ke Bumi ini.
“Sekarang (di bumi ini) kita justru mendapatkan kebutuhan rohani (selain jasmaniah) melalui Utusan Allah SWT (Adam,Nuh,Musa,Krishna,Siddharta Gautama,Isa,Zoroaster,Muhammad,Bab,Baha’u’llah),yang telah diutus oleh Allah ke bumi untuk memberi pendidikan rohani kepada umat manusia,”
Terima kasih atas infonya mas Po Ang. Saya malah baru tahu ada agama bernama bahai ini. Silakan rekan Angel untuk memberi hak jawabnya, cuman sebaiknya jangan di post yang ini, karena ini temanya PNS 🙂
Betul, jadi kesimpulannya orang yg mau jadi PNS adalah orang bego.
tapi kenapa….?
PNS jadi kebanggaan….?
ada suatu clan yang ada di indonesia ini yang menyatakan bahwa..
PNS merupakan pekerjaan yang tebaik, mulia dan pekerjaan yang banyak menghasilkan duit.
saya sampai bingung memikirkan, apakah pekerjaan swasta lain bukan suatu pekerjaan yang mulia…, bukan suatu pekrjaan yang mebanggakan…? apakah orang-orang yang bekerja di sektor suasta ini orang-orangnya goblok….?
justru banyak orang yang di sektor swasta yang bisa memikirkan bagaimana hidup ini bisa berjalan lebih berarti.
saya setuju pendapat OmRom.
saya dukung perdjoeangan OmRom
Hapuskan Korupsi
Hapuskan Kolusi
Hapuskan Nepotisme
Banggakan Indonesia
Majukan Indonesia
Indonesiaku Maju tanpak KKN