Menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), bagi sebagian orang Indonesia adalah sebuah dambaan, meskipun bagi sebagian lagi yang lain mungkin keengganan. Menjadi dambaan banyak orang sehingga antrean pengambil formulir pendaftaran CPNS selalu membludak setiap tahun. Orang merelakan apapun yang dia miliki untuk menjadi seorang PNS, baik uang puluhan juta rupiah, harga diri, dsb. Meskipun sudah ada upaya dari pemerintah untuk memperbaiki masalah rekrutmen PNS, baik melalui hukuman dan perbaikan sistem, tapi tetap saja masalah sogok, suap, atau apalah namanya adalah fakta yang terjadi di masyarakat. Alhamdulillah saya tidak perlu melewati itu semua, karena kebetulan saya menjadi PNS bukan lewat jalur penerimaan biasa, tapi lewat beasiswa sekolah luar negeri dalam program STAID (sebelumnya bernama OFP dan STMDP) yang diinisiasi pak Habibie. Well, meskipun saya tidak pernah bercita-cita menjadi PNS, saya harus ikhlas melaksanakan perjanjian yang dulu saya buat sebelum berangkat ke Jepang. Dan secara dewasa saya harus mengakui bahwa ini adalah jalur jalan kehidupan saya, paling tidak sampai ikatan dinas 2n+1 saya berakhir 😉 Jujur, saat ini saya merasa fatique, penat dan bosan dengan kehidupan saya sebagai PNS. Mohon maaf bagi rekan-rekan saya sesama PNS, sekali lagi saya tidak bermasalah dengan anda semua, saya cinta anda semua dan sedang berdjoeang seperti anda-anda semua 😉 Yang saya penatkan adalah behavior, sistem dan birokrasi yang ada di dalam institusi pemerintah. Biasanya yang menentramkan saya adalah sahabat saya yang lagi nongkrong di jerman, yaitu Made Wiryana yang sering mengatakan bahwa, yang paling gampang itu memang kalau kita memilih berdjoeang di luar, bebas dan tidak terikat. Penghargaan yang besar kepada rekan-rekan yang memilih berdjoeang di dalam institusi pemerintah, membuat inovasi serta perbaikan dari dalam. Nah saya ingin menshare suatu ide, pandangan dan referensi sebelum saudara-saudara saya tercinta di seluruh Indonesia memilih untuk menjadi PNS. Tentu yang saya sampaikan ini masih bersifat subjektif, masih hanya analisa di satu atau dua institusi pemerintah, dan perlu satu...
Aspek Rekayasa Perangkat Lunak dalam Media Pembelajaran
“Waduh kok softwarenya nggak mau jalan …” “Lho kok proses instalasinya sulit sekali …” Itu mungkin keluhan yang sering kita dengar ketika kita menggunakan sebuah software atau perangkat lunak di komputer kita. Dan bukan sesuatu yang mustahil, kemungkinan besar terjadi juga di perangkat lunak media pembelajaran yang kita kembangkan. Jangan dilupakan bahwa media pembelajaran yang terdiri dari media presentasi pembelajaran (alat batu guru untuk mengajar) dan software pembelajaran mandiri (alat bantu siswa belajar mandiri) adalah juga suatu perangkat lunak. Baik tidaknya sebuah perangkat lunak, biasanya menunjukkan bagaimana kualitas perangkat lunak tersebut, hal ini sudah kita kupas tuntas di artikel tentang pengukuran perangkat lunak. Nah, media pembelajaran yang baik adalah yang memenuhi parameter-parameter berdasarkan disiplin ilmu rekayasa perangkat lunak, seperti pada contoh diatas (efisiensi, reliabilitas, usabilitas, dsb). Setelah aspek dan penilaian media pembelajaran kita bahas, artikel ini akan fokus di satu sisi penilaian yaitu aspek rekayasa perangkat lunak. Bagaimanapun juga saya tetap bersandar ke standard pengukuran perangkat lunak (baik ISO standard maupun best practice) pada saat menyusun kriteria-kriteria penilaian. Saya modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan supaya lebih mudah dipahami oleh peserta lomba. Kriteria penilaian dalam aspek rekayasa perangkat lunak yang akhirnya disetujui dalam diskusi di tim penyusun (LIPI, Pustekkom, IlmuKomputer.Com) adalah seperti di bawah: 1. Efektif dan Efisien dalam Pengembangan Maupun Penggunaan Media Pembelajaran “Kok lambat yach?” “Petunjuk Pemakaian: matikan seluruh program lain, karena program ini perlu memory 1GB untuk dapat dijalankan” “Program besar sekali, menghabiskan space di komputer!” Seringkali sebuah program yang sepertinya berukuran kecil dan memiliki fitur yang tidak terlalu rumit, tetapi berjalan sangat lamban. Kalau seandainya saja setiap komputer memiliki kecepatan yang tidak terbatas dan memory (RAM) yang bebas tidak terbatas, maka tentu tidak akan menjadi masalah. Tetapi setiap komputer memiliki kecepatan terbatas, memory (RAM) terbatas dan kapasitas penyimpanan tetap (hardisk) terbatas. Oleh karena...
Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran
Diskusi menarik terjadi di acara penyusunan kriteria penilaian lomba pembuatan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk SMA dan sederajat yang diselenggarakan Dikmenum. Tujuan diskusi sebenarnya adalah menentukan aspek dan kriteria apa yang akan digunakan untuk menilai sebuah media pembelajaran. Dalam bidang rekayasa perangkat lunak sebenarnya sudah ada teknik pengukuran perangkat lunak yang telah saya bahas di artikel sebelumnya. Tapi karena media pembelajaran termasuk jenis perangkat lunak yang melingkupi berbagai disiplin ilmu (pembelajaran, desain, komunikasi, dsb), maka pendapat dari berbagai domain expert menjadi wacana yang menyegarkan. Saya mengusulkan modifikasi aspek penilaian dari tahun sebelumnya yang terdiri dari 4-5 aspek menjadi hanya 3 aspek, yaitu aspek rekayasa perangkat lunak, aspek instructional design (desain pembelajaran) dan aspek komunikasi visual. Kriteria penilaian termasuk mekanisme penjurian tidak digabungkan menjadi satu, tetapi dipisah dan tiap aspek dinilai oleh orang yang kompeten di aspek tersebut. Saya beserta beberapa rekan dari LIPI, IlmuKomputer.Com, dan Pustekkom kemudian menyusun kriteria penilaian dalam aspek rekayasa perangkat lunak. Untuk aspek instructional design (desain pembelajaran), rekan-rekan dari bidang pembelajaran dan pendidikan yang berperan, diantaranya ada mas Ridwan dan mas Uwes dari UNJ, dsb. Sedangkan aspek komunikasi visual dimanage oleh beberapa rekan dari ITB fakultas seni rupa, khususnya program studi desain dan komunikasi visual, diantaranya mas Indarsjah dan mas Agung. Hasil dari penyusunan dan diskusi tentang aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran saya share di bawah. Penjelasan lengkap tentang aspek yang susun akan saya tulis di artikel terpisah. Mudah-mudahan bisa menjadi acuan dan persiapan bagi rekan-rekan guru SMA di seluruh Indonesia yang ingin mengikuti lomba pembuatan media pembelajaran yang diselenggarakan Dikmenum tahun 2006 ini. Kriteria ini rencananya akan kita gunakan juga untuk menilai karya yang masuk pada program Smart Teacher yang baru saja kita launching. Aspek Rekayasa Perangkat Lunak Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran Reliable (handal)...
Smart Teacher: Kompetisi untuk Para Guru
Tiga tahun terakhir (2004, 2005, 2006) kebetulan saya terlibat aktif menjadi perumus dan juri untuk lomba pembuatan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi yang diselenggarakan oleh Depdiknas, tepatnya di Dikmenum. Peserta lomba adalah guru-guru SMA dan sederajad di seluruh Indonesia. Dari pengalaman itu saya melihat bahwa guru-guru di Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam bidang Teknologi Informasi dan pemanfaatannya untuk dunia pendidikan. Ini yang menginspirasi saya untuk membuat lomba serupa yang sifatnya lebih kontinyu dan mudah diikuti oleh para guru dari berbagai tingkat pendidikan (TK, SD, SMP, SMA dan sederajad). Kebetulan ide ini diamini dan didukung oleh sahabat saya Donny B Utoyo (Koordinator ICT Watch dan DetikINET). Sehinga berlanjutlah menjadi satu event untuk para guru berupa Kompetisi Menulis Artikel dan Membuat Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi. Kegiatan ini kita beri nama “Smart Teacher”, dengan official sitenya adalah http://ilmukomputer.com/smartteacher.php. Kegiatan diselenggarakan oleh IlmuKomputer.Com dengan didukung secara penuh oleh DetikINET, Partner in Learning, MediaPembelajaran.Com, ICTWatch, Brainmatics, dan beberapa institusi pendidikan. Yang kita lakukan tidak muluk-muluk, intinya kita ingin meng-encourage guru-guru untuk mengenal Teknologi Informasi dan lebih jauh lagi bagaimana memanfaatkan Teknologi Informasi dalam membantu kegiatan belajar mengajar. Jadi yang kita kompetisikan adalah: 2 kategori karya yang akan dikompetisikan yaitu: Artikel Media Pembelajaran Setiap minggunya kita akan memilih artikel dan media pembelajaran terbaik, dan menampilkannya di DetikINET pada kolom khusus bernama Smart Teacher. Yang berhasil tampil akan mendapatkan kompensasi berupa uang tunai dan kesempatan mengikuti event di luar negeri yang akan kita tentukan kemudian. Untuk menyemarakkan kegiatan ini, kita juga membuat komunitas milis bernama smartteacher@yahoogroups.com. Milis ini bersifat terbuka, bisa diikuti peserta kompetisi maupun yang hanya ingin berdiskusi tentang teknologi informasi dan pemanfaatannya di dunia pendidikan. Persyaratan lomba, hasil karya dan mekanisme lengkap program dapat diketahui dengan mengklik http://ilmukomputer.com/smartteacher.php Untuk para guru dimanapun berada, selamat berdjoeang, kami tunggu karya anda !...
Teknik Pengukuran Kualitas Perangkat Lunak
Deras masuknya produk perangkat lunak dari luar negeri di satu sisi menguntungkan pengguna karena banyaknya pilihan produk dan harga. Namun di sisi lain cukup mengkhawatirkan karena di Indonesia tidak ada institusi yang secara aktif bertugas membuat standard dalam pengukuran kualitas perangkat lunak yang masuk ke Indonesia. Demikian juga dengan produk-produk perangkat lunak lokal, tentu akan semakin meningkat daya saing internasionalnya apabila pengembang dan software house di Indonesia mulai memperhatikan masalah kualitas perangkat lunak ini. Kualitas perangkat lunak (software quality) adalah tema kajian dan penelitian turun temurun dalam sejarah ilmu rekayasa perangkat lunak (software engineering). Kajian dimulai dari apa yang akan diukur (apakah proses atau produk), apakah memang perangkat lunak bisa diukur, sudut pandang pengukur dan bagaimana menentukan parameter pengukuran kualitas perangkat lunak. Bagaimanapun juga mengukur kualitas perangkat lunak memang bukan pekerjaan mudah. Ketika seseorang memberi nilai sangat baik terhadap sebuah perangkat lunak, orang lain belum tentu mengatakan hal yang sama. Sudut pandang seseorang tersebut mungkin berorientasi ke satu sisi masalah (misalnya tentang reliabilitas dan efisiensi perangkat lunak), sedangkan orang lain yang menyatakan bahwa perangkat lunak itu buruk menggunakan sudut pandang yang lain lagi (usabilitas dan aspek desain). APA YANG DIUKUR? Pertanyaan pertama yang muncul ketika membahas pengukuran kualitas perangkat lunak, adalah apa yang sebenarnya mau kita ukur. Kualitas perangkat lunak dapat dilihat dari sudut pandang proses pengembangan perangkat lunak (process) dan hasil produk yang dihasilkan (product). Dan penilaian ini tentu berorientasi akhir ke bagaimana suatu perangkat lunak dapat dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Hal ini berangkat dari pengertian kualitas (quality) menurut IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology [3] yang dikatakan sebagai: The degree to which a system, component, or process meets customer or user needs or expectation Dari sudut pandang produk, pengukuran kualitas perangkat lunak dapat menggunakan standard dari ISO 9126...