Menarik mendengar cerita mas Yudi Sutarso, dosen STIE Perbanas Surabaya yang menggunakan blog sebagai sarana diskusi dan komunikasi khususnya untuk mata kuliah yang diajar. Kebetulan beliau ini mengajar mata kuliah tentang pemasaran (marketing). Banyak studi kasus yang beliau sajikan di blog untuk dibahas berhubungan dengan berbagai konsep dan teori marketing, diantaranya misalnya tentang majalah Playboy, tentang kekerasan di IPDN, dsb. Mas Sasongko Budi juga mulai aktif menulis blog untuk mendukung mata kuliah yang diajar, situsnya bahkan diberi nama unik yaitu theAkuntan.Com. Ini adalah sekelumit kisah perjalanan ketiga saya ke STIE Perbanas Surabaya. Kalau sebelumnya saya dua hari penuh memberikan materi tentang eLearning, research dan blogging, kali ini saya diminta menjadi reviewer untuk kompetisi antar dosen khususnya di program yang sama yaitu peningkatan IT Awareness. Geliat dosen untuk ngeblog saya pikir sesuatu yang positif dan harus didukung. Dan tentu lebih menarik lagi kalau dosennya bukan orang yang berlatar belakang computer science. Mas Rohmat Sarman sepertinya juga pernah bahas tentang tentang dosen ekonomi yang ngeblog. Tentu saya bukan seorang blog evangelist yang selalu punya misi khusus mengharuskan setiap dosen untuk ngeblog. Tapi saya pikir di era globalisasi kekinian yang sering disebut oleh Thomas Friedman sebagai globalisasi versi 3, karakter individu untuk sharing knowledge ataupun open mind kepada mahasiswa dan publik adalah suatu kebutuhan. Keuntungan untuk mahasiswa atau publik sudah jelas, bahwa mereka bisa mendapatkan warisan ilmu dari para dosennya. Untuk dosen keuntungan karena mereka akan mendapatkan feedback dari publik untuk semakin lebih mematangkan ilmu. Keuntungan lain adalah semakin terbentuknya image atau brand dosen berhubungan dengan kompetensi terhadap suatu bidang ilmu. Saya juga selalu beruntung mendapatkan cipratan ilmu-ilmu dari om Riri Satria, sahabat saya yang juga seorang dosen, yang di sela-sela kesibukannya masih mau bagi-bagi ilmu di situs blognya. BTW, kembali ke acara review untuk proposal usulan hibah pengajaran STIE Perbanas Surabaya yang diadakan...
Ngadu Trafik Mahasiswa Yang Kuliah ke Jepang
Yang pasti ini bukan tentang kasus kontes NgaduTrafik 2007 yang bikin heboh blogospher Indonesia akhir-akhir ini (lihat di sana, sini dan sono). Dan juga bukan artikel opini untuk membenarkan atau menyalahkan pihak-pihak yang berseteru. Berhubungan dengan kompetisi SEO NgaduTrafik 2007, saya ingin kita semua kembali ke hakekat mengapa kita harus ada dan berdjoeang di dunia Internet ini. Perbanyak dzikir, perbanyak memberi pencerahan dan share ilmu ke teman-teman yang lain, hindari perkelahian, jauhi permusuhan, bangun sinergi dan kerjasama untuk membuat movement yang memberi manfaat secara nyata ke masyarakat. Manusia kadang khilaf, kadang emosi, memaafkan dan tidak saling menghancurkan akan menguntungkan semua pihak. Nah kembali ke laptop, eh ke artikel ini, saya pingin mengajak adik-adik dan teman-teman semua untuk berkompetisi “ngadu trafik” berapa banyak orang yang bisa berangkat (atau kita berangkatkan) ke Jepang untuk kuliah (baik mengambil program D2, D3, S1, S2 atau S3) 😉 Hari ini (26 April 2007) saya diminta teman-teman di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, khususnya oleh sahabat saya semasa di Jepang yaitu mas Tirta untuk mengisi materi (tepatnya sebagai motivator) tentang pengalaman selama kuliah di Jepang, kepada bapak ibu guru SMA-SMA di Jakarta. Materi ini saya sampaikan dalam satu rangkaian acara sosialisasi program EJU (Examination for Japanese University Admission for International Students), yaitu ujian saringan untuk mahasiswa asing yang ingin kuliah di Jepang atas biaya sendiri. Kebetulan UI khususnya Pusat Studi Jepang telah resmi menjadi project officer untuk EJU bekerjasama dengan JASSO (Japan Student Services Organization). Dulu semasa saya berangkat ke Jepang, ujian yang harus diikuti mahasiswa untuk masuk ke Universitas di Jepang adalah Noryoku Shiken (1 Kyu) dan Toitsu Shiken. Untuk lulus hasil kedua test itu harus mencapai 80%. Sejak tahun 2002, pemerintah Jepang sepertinya mempermudah mekanisme itu (khususnya untuk mahasiswa SHIHI alias biaya sendiri) dengan membentuk EJU yang lebih terintegrasi beserta perangkat representative officernya...
Hermawan Kartajaya dan Marketing Open Source
Hermawan Kartajaya, guru marketing ngomongin tentang open source? Ya benar, itu terjadi di acara ulang tahun ke-2 majalah e-Indonesia yang diselenggarakan di Hotel Bina Karsa, Bidakara, Jakarta, 24 April 2007 kemarin. Saya kebetulan dapat undangan dari mas Suhono (Kepala Pusat Inkubator Bisnis ITB) dan mas Andi Zoeltoem (Pemred e-Indonesia) untuk ikutan di acara tersebut. Mas Suhono sendiri adalah teman, sahabat dan senior saya pada saat studi di Tokyo, dan pernah sama-sama aktif di PPI Jepang dan juga IECI Jepang. Acara ini selain ulang tahun e-Indonesia, juga disambungkan sekaligus dengan acara conference CIO Indonesia keesokan harinya (25 April 2007). Format acaranya sendiri adalah diskusi dan talkshow dengan tokoh yang ditampilkan adalah pak Kusmayanto Kadiman dan pak Hermawan Kartajaya, dengan dimoderatori pak Eko Indrajid. Pak Kusmayanto Kadiman memulai diskusi dengan informasi tentang perdjoeangan Kementrian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) dengan IGOSnya, diantaranya adalah pendirian 13 pusat open source di Indonesia, membantu solusi migrasi ke open source, dsb. Tugas KNRT adalah mendorong pergerakan, dan ketika sudah bergerak sendiri (energi inersia), maka tugasnya hanya memonitor. Pemilihan open source selain keseimbangan, antikapitalisme, dan juga melatih kreatifitas anak bangsa. tentang isu perpecahan Depkominfo dan KNRT, pak KK menyebut ini sebagai sebuah Co-existence, dan term ini adalah kunci untuk hidup lebih dinamis. Pak Hermawan memulai diskusi dengan 9 elemen marketing yang dimulai tiga segitiganya yaitu positioning, differentiation and branding. Yang utama dan harus dilakukan dalam teknik marketing open source adalah menemukan keunikan dari open source. Komunitas, pengembang dan peneliti di dunia open source harus memahami marketing, juga harus mulai menggabungkan science dan art. Harus dipahami juga bahwa business landscape is changing, perhatikan adanya proses digitalization, globalization, futurization dan jangan lupa bahwa kadang dunia ini penuh dengan paradoksial. Intinya pak Hermawan mengajak kita berdjoeang bersama supaya open source bisa meng-encourage jiwa entrepreneurship. Microsoft yang sekarang market leader di dunia...
Jakarta dan Bahasa Lalu-Lintasnya
Jakarta memang fenomenal! Agresifitas kompetisi kehidupan membuat manusia-manusia daerah yang dulu lembut menjadi keras baik fisik maupun mental. Jangankan masalah kantor, sebelum masuk kantorpun kita sudah harus mengarungi jalanan yang ganas, liar dan tak kenal ampun. Salip kanan, salip kiri, pindah jalur, senggolan spion pun menjadi kebiasaan sehari-hari motor atau mobil kita. Metromini dan bus umum kadang juga sangat tidak manusiawi ketika mengambil penumpang, bisa tiba-tiba berhenti di tengah jalan atau tiba-tiba ke kiri tanpa tanda terlebih dahulu. “Kota yang kutinggali kini tak ramah lagi. Orang-orang yang lewat beri senyumpun enggan” … kata mas Iwan Fals 😉 Pertumbuhan bahasa terutama kosa-katanya juga kadang tidak terkendali dan tidak terkenali 😉 Kalau di daerah lain cukup punya satu kata macet untuk lalu-lintas, Jakarta tidak puas karena menggunakan sekitar 8 9 10 kata untuk menggambarkan hierarki kemacetan lalu-lintas. Paling tidak yang sering keluar dari mulut petugas Tol, penyiar Radio maupun tulisan di media massa lokal ada beberapa di bawah. Macet Total Macet Padat Padat Merayap Tanpa Harapan (Pamer Paha) (tambahan dari Andri dan Aespe) Padat Merayap Susul Menyusul (Pamer Susu) (tambahan dari Sweedia dan Snydez) Padat Merayap Merayap Ramai Lancar Lancar Sangat Lancar Ada yang terlewat? BTW, meskipun mas Iwan selalu berteriak sewaktu menceritakan tentang Jakarta di konser-konsernya, “Sombongnya engkau berjanji, kau lambungkan anganku, mimpiku singgah di langit, kau bohong”. Tetap saja di akhir lagu dia mengatakan, “Namun aku tak kuasa lepas dari rayuanmu”. Seperti kita semua yang masih tetap tinggal di Jakarta dan tak kuasa lepas dari rayuannya...
Lokasi Rumah Ideal di Jabodetabek
Sudah tiga tahun saya menghuni Jakarta sejak saya pulang dari study di Jepang tahun 2004. Tiga tahun ini saya selalu berpikir sebenarnya dimana sebaiknya saya tinggal di Jakarta. Kantor saya di Jl. Gatot Subroto, rutinitas saya tidak terlalu jauh dari wilayah sekitar Thamrin, Sudirman dan Gatot Subroto sendiri. Kalau harus jalan untuk ngajar atau meeting ke arah Selatan (Pondok Indah, Ciputat atau Depok), saya biasa minta pagi sekali (langsung dari rumah), atau sore sekalian (pulang dari kantor). Supaya nggak perlu bolak balik yang menghabiskan waktu karena macet. Perjalanan ke utara (Ancol, Mangga dua, dsb) saya berusaha hindari kecuali kalau terpaksa memang urgent atau hari libur (sabtu dan minggu). Itupun saya tidak akan mampir atau kembali ke kantor, karena sekali lagi akan tua di jalan 😉 Nah dimana sebenarnya lokasi rumah ideal di Jakarta bagi orang-orang seperti saya? Saat ini saya tinggal di Perumahan Puri Gading, kalau yang belum tahu bisa lihat peta di bawah, dekat sekali dengan pintu Tol Jatiwarna yang termasuk dalam Tol Lingkar Luar Jakarta alias JORR (Jakarta Outer Ring Road) yang rencananya akan nyambung ke Tol Cikampek. Keluar Tol Jatiwarna kalau belok kiri ke arah Sumir dan pasar Pondok Gede, kalau belok kanan ke arah Kranggan, Ujung Aspal dan Cibubur. Nah kalau mau ke Perumahan Puri Gading itu lurus sampai ketemu pertigaan baru ke kanan. Lokasi rumah saya sebenarnya cukup enak untuk tinggal, ada sport center (kolam renang dan lapangan tenis) di dalam, dekat dengan sekolah yang berkualitas (Nur Hikmah, Yapidh, Al Marjan), dekat tol, pedagang makanan keliling juga lengkap (sate, mi dokdok, bakwan malang, siomay, dsb). Juga sesuai dengan iklannya dulu, dari Semanggi ke Puri Gading saya bisa tempuh dalam 15 menit, sayangnya ini baru bisa terjadi pada pukul 23:00 – 05:00. Selain di waktu itu, waktu tempuh bervariasi antara 40 menit sampai 2,5 jam 🙁 Sumber kemacetan kalau...
Kompetisi Software Bee-ICTA 2007
Bee-ICTA alias Binus Information and Communication Technology Application adalah ajang internal Universitas Bina Nusantara (Binus) untuk mencari bibit unggul pengembang aplikasi software dari mahasiswa-mahasiwanya. Namanya mirip dengan APICTA (Asia Pacific ICT Application)? Ya karena salah satu tujuannya juga untuk mempersiapkan diri mengikuti perlombaan APICTA baik tingkat nasional maupun internasional. Jujur saja, tidak banyak universitas di Indonesia (baik negeri atau swasta) yang menseriusi berbagai ajang kompetisi programming dan pengembangan aplikasi software seperti APICTA atau ACM Programming Contest. Padahal event-event semacam ini bisa dimanfaatkan untuk mengkader programmer-programmer muda kita dan sekaligus dapat menjadi image branding yang baik untuk Indonesia. Efek positif berikutnya adalah ke arah pengakuan komunitas internasional terhadap SDM-SDM IT Indonesia, otomatis ini merembet ke terbukanya dunia kerja internasional untuk SDM Indonesia. Lab saya dulu di Jepang (Saitama University) juga cukup serius mempersiapkan mahasiswa-mahasiswa terutama yang masih di program bachelor dalam ACM Programming Contest. Para senior punya kewajiban membantu adik-adik kelas baik dalam aspek teknis (application design, code writing, development method, dsb) maupun non-teknis (mental, presentation technique, time schedulling, dsb). Kebetulan hari ini, Sabtu 24 Maret 2007 saya diminta teman-teman di Binus untuk menjadi juri kompetisi software Bee-ICTA. Ada beberapa tahap penjurian sehingga akhirnya Sabtu ini terkumpul 12 produk untuk penjurian akhir (presentasi). 12 produk aplikasi software tersebut dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: Database and e-Application Multimedia, Intelligence System and Networking Application Secara umum saya pikir produk-produk yang masuk tahap penjurian akhir (presentasi) cukup baik. Dasar ide juga cukup menarik dan technical aspeknya banyak yang mencapai level yang cukup tinggi. Aspek yang masih perlu diasah adalah “sense” membaca kebutuhan (requirement) pasar yang riil dan mengembangkan produk berdasarkan kebutuhan itu. Well, saya pikir wajar mahasiswa punya sedikit kelemahan di aspek ini karena domain mahasiswa yang ada di lingkungan kampus. Kalau sudah mulai masuk wilayah industri, pasti...
Seminar Opensource di Telkom Bandung
Tanggal 21 Maret 2007 saya diundang teman-teman di Telkom Bandung untuk memberikan materi dalam Seminar dan Workshop Opensource. Semangat perusahaan sebesar Telkom untuk mulai memikirkan penggunaan opensource patut kita acungi jempol. Dalam beberapa sambutan, terungkap bahwa PT Telkom telah mulai memanfaatkan opensource software untuk beberapa solusi. Telkom sebagai salah satu perusahaan BUMN yang besar ingin menjadi role model bagi perusahaan lain di Indonesia, dan juga sebagai aktor pendorong terealisasinya program IGOS yang dicanangkan pemerintah di tahun 2004. Pada seminar dan workshop dua hari (21-22 Maret 2007) inilah Telkom mengundang semua board director Telkom dan komunitas IT di sekitar Bandung untuk berdiskusi tentang opensource, opencontent, open community dan implementasinya. Nara sumbernya saya lihat banyak sekali, untuk tanggal 21 Maretnya saja tercatat ada Indra Utoyo (CIO Telkom), Taufik Hasan (SGM Telkom), Harry Kaligis (Sun Microsystem), Budi Raharjo (ITB), Faisal Ba’abdullah (BPPT), Rusmanto (Infolinux), Frans Thamura (JUG) dan saya sendiri atas nama IlmuKomputer.Com. Sempat ketemu mas Budi yang selalu enerjik waktu beliau turun lewat lift untuk pulang 😉 Juga ketemu Frans yang seperti biasa jualan Java dan enterprisenya 🙂 Sesuai dengan tema dan TOR yang disediakan untuk saya, saya bercerita tentang bagaimana perkembangan teknologi di dunia ini yang diawali dan diakselerasi adanya openmind, openstandard, opencontent, opensource, opentechnology yang kesemuanya bisa kita sebut dengan pergerakan keterbukaan (open movement). Saya juga membahas bagaimana perkembangan IT beserta SDMnya ke depan. Apa yang harus dipersiapkan untuk membentuk SDM IT yang unggul, menyambut era globalisasi versi III yang menurut Thomas Friedman tokoh utamanya adalah individu. 10 pendatar dunia dalam buku The World is Flat juga boleh dikatakan diwarnai oleh open movement. Ada WWW, revolusi software ke arah kolaborasi, outsourcing, opensourcing, informing dan steroid. Saya bercerita latar belakang munculnya sosok-sosok Jerry Yang, Larry Page, Sergey Brin, Blake Ross, Linus Torvald, William Joy, dsb. Juga bagaimana saat ini perusahaan-perusahaan memanfaatkan open movement dalam hal...
Mengupas Cybercrime dan Cyberlaw di ITS
Pekan lalu, mahasiswa ITS khususnya Himpunan Mahasiswa Teknik Computer – Informatika (HMTC) bikin gawe menarik. Sabtu (17 Maret) dan minggu (18 Maret) ada acara yang mereka sebut dengan SCHEMATICS, singkatan dari National Seminar of TeCHnology, Art Exhibition, National Logic CoMpetition, National Programming Contest, and Alumni Rendezvous of InformaTICS. Saya bareng Dani Firmansyah (Marvel) dan Toto Atmojo (Jasakom) mengisi sesi Sabtunya dengan mengupas (belum tuntas) tentang hacking dan cracking. Om Toto dengan gaya khasnya yang lepas dan santai membahas tentang Hacking SSL pada Online Transaction. Demikian juga dengan om Dany lewat guyonan ala ngayogjokarto mbahas tema Hacking WEP dan Wi-Fi Protection. Keduanya membahas aspek teknis sampai menyajikan demo langsung dalam konteks transfer-mind bagaimana kira-kira para cracker menyerang dan bagaimana memproteksinya. Kali ini saya tidak banyak melakukan demo hacking on the fly seperti biasanya, meskipun sebenarnya sudah saya persiapkan demonya. Saya yakin pembahasan sejak pagi tentang technical hacking sudah cukup memuaskan, apalagi dibahas dua tokoh praktisi security yang cukup populer dan masih muda (Jadi merasa sangat tua, meskipun cuman beda 4-5 tahun ;)) Saya banyak membahas aspek dibalik semua yang sudah dipraktekkan, materinya saya beri judul “Rethink on Cybercrime and Cyberlaw”. Saya mulai membuka diskusi tentang konsep hacking yang berbeda secara nafas dengan cracking, apa itu cybercrime, kategori dan studi kasusnya, bagaimana mengatasi cybercrime dan mengapa rumit, apa itu cyberlaw dan mengapa diperlukan, sampai ke pembahasan tentang cyberlaw di Indonesia dan negara lain. Oh ya, untuk pertama kalinya saya nyoba “parkir menginap” di Bandara Soekarno-Hatta sebelum terbang ke Surabaya. Hmm ternyata cukup gede juga yah (Rp. 20.000/6 jam), meskipun tetap lebih murah daripada naik taxi (tarif lama) yang bisa sampai Rp. 130.000 ke rumah saya di Puri Gading, Pondok Melati. Mungkin ada teman-teman yang bisa memberi saya pencerahan, kalau tanpa parkir menginap, alias parkir biasa yang Rp. 2000/jam, kira-kira aman nggak kendaraan?...
Kualitas dan Peluang Industri Software Lokal
Akhir pekan kemarin benar-benar penuh. Setelah hari Sabtunya ngisi Seminar Mou Microsoft di Unpad, Minggunya rapat pembuatan Guideline untuk Quality Assurance di Open and Distance Learning Seamolec, hari Seninnya sudah ditunggu di Auditorium PLN Pusat untuk mengisi seminar bertajuk The Development of Software Project in Indonesia yang diselenggarakan oleh teman-teman HIMAKA (Himpunan Mahasiswa Informatika) STT PLN. Saya harus beri applaus ke teman-teman STT PLN karena cukup profesional dalam penyelenggaraan seminar. Dimulai dari pre-seminar, dimana jauh-jauh hari (bahkan 3 bulan sebelumnya) pembicara sudah dikontak kesediaanya untuk menjadi pembicara. Proposal lengkap beserta tema besar, targeting, audiense sudah diinformasikan ke pembicara sehingga kita bisa menyiapkan materi yang pas. Pemilihan tema yang menarik dan juga pembicara yang dipilih lengkap dari kalangan ABG (Academy, Business, Government), sehingga diskusi cukup variatif dan mengalir terarah. Diskusi semakin menarik karena dimoderatori oleh mas Sony AK, om kutu loncat yang sejak transmigrasi ke Jakarta 2 tahun lalu sudah berpindah ke berbagai perusahaaan IT 🙂 Diskusi terbagi menjadi tiga tema besar: Metodologi Pembuatan Software Project dan Marketing. Dibawakan oleh Denny (CTO PT. Saltanera Teknologi Klorofil.org) dan Ang Djok An (Strategic Program Manager, PT. Sun Microsystem Indonesia). Sekedar info, Denny ini adik kelas saya semasa di SMA Taruna Nusantara (saya angkatan pertama dan dia angkatan keenam). Solusi Membangun Software Lokal Indonesia dalam Kompetisi Global. Dibawakan oleh Yudho Giri Sucahyo ( Direktur Program Magister Pasca Sarjana UI) dan Risman Adnan Mattotorang (Seminar Developer Evangelist, PT. Microsoft Indonesia). BTW, kedua orang ini sohib baik saya, dimulai kenal lewat dunia maya sampai akhirnya ketemu di dunia nyata sejak 3 tahun lalu 🙂 Secara umur juga tidak jauh beda, mas Risman satu angkatan dengan saya, sedangkan mas Yudho sekitar dua tahun diatas saya. Standar Kualitas dan Peluang Software Lokal dalam Persaingan. Untuk tema terakhir ini saya ditandemkan dengan pak...
Diskusi Lagi MoU Microsoft-Indonesia di Unpad
Sewaktu menerima undangan dari BEM FMIPA Universitas Padjadjaran, sebenarnya saya sudah ingin mengungkapkan bahwa MoU Microsoft-Indonesia sudah terlalu banyak didiskusikan dan diseminarkan. Tapi ya sudahlah, mungkin teman-teman BEM FMIPA Unpad ingin lebih dekat kenal dengan saya 🙂 Setting kali ini adalah saya ditandemkan dengan pak Alexander Rusli (Staff Khusus Depkominfo). Pak Alex yang menjelaskan background dan motivation adanya MoU, sedangkan saya yang ketiban sampur untuk menyampaikan semua kritik dan analisa tentang MoU. Intinya oleh panitia saya diminta perang dengan pak Alex 🙂 Sebagai moderatornya ternyata pak Risdiana (dosen FMIPA Unpad), beliau lulusan PhD dari Jepang dan dulu pernah bertemu sewaktu beliau akan masuk program. Ini perjalanan saya pertama ke Jatinangor, ternyata benar-benar jauh dari Jakarta, 160 km! 😉 Untungnya ada Udin yang dengan ikhlash membiarkan saya istirahat tidur sewaktu mengarungi tol padalarang. Jatinangor secara wilayah benar-benar layak dan kondusif untuk kampus universitas. Luas, rimbun dan sepi dari hiruk pikuk manusia dan kendaraan. Acaranya sendiri berjalan lancar, pak Alex sesuai rencana menceritakan panjang lebar, sejarah, latar belakang dan motivasi bagaimana MoU terjadi. Termasuk rencana ke depan dan bagaimana strategi berhubungan dengan Microsoft dan Opensource sebagai pilihan teknologi. Saya setelah itu tampil dengan point diskusi adalah: Latar Belakang dan Perspektif MoU Rangkuman dan Hal Penting di MoU Analisis dan Konsekuensi MoU Teknik Mengurangi Software Piracyan Saya mulai dari penjelasan pak Sofyan Djalil sewaktu pertemuan dengan komunitas opensource di Depkominfo. Piracy rate Indonesia yang tinggi (87%) yang menjadi motivasi utama adanya MoU dengan Microsoft. Indonesia masuk International Priority Watchlist, dan target mengurangi piracy rate menjadi sekitar 77%. Setelah itu saya membuat rangkuman MoU, saya ambil dari dokumen MoUnya sendiri dan berbagai sumber yang saya tulis di referensi, termasuk didalamnya tulisan mas Priyadi, mas Donny Bu, mbak Widya Yurnalis, dsb. Setelah itu masuk ke pembahasan analisa dari rangkuman...
Hakekat Penelitian
Jujur saja saya agak gelisah dengan kondisi adik-adik mahasiswa di Indonesia yang sedang melakukan penelitian untuk tugas akhirnya. Konsep, teknik dan metode penelitian seharusnya sudah didapatkan di mata kuliah tingkat empat, hanya saya lihat banyak yang kebingungan sendiri ketika mulai bergerak untuk meneliti. Harus mulai dari mana, topiknya apa, masalahnya apa, bagaimana dengan data dan analisa, sampai akhirnya puyeng ketika harus menulisnya. Lho dari hulu ke hilir dong bermasalah 🙁 Hmm, saya sebenarnya sudah memulai seri tulisan penelitian dengan posting tentang hakekat kebenaran. Ya, sudah sifat manusia sebenarnya untuk selalu mencari kebenaran, dan itulah sebenarnya konsep dasar dari penelitian. Ayo kita diskusi tentang masalah penelitian ini. Penelitian atau riset merupakan terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”. Banyak sekali definisi tentang penelitian yang muncul, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”. T. Hillway dalam bukunya berjudul Introduction to Research menambahkan bahwa penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut”. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan gambaran bahwa penelitian adalah “metode menemukan kebenaran yang dilakukan dengan critical thinking (berpikir kritis)”. Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific method). Pencarian kebenaran secara ilmiah dan non-ilmiah sudah saya bahas di artikel berjudul hakekat kebenaran. Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam...
eLearning, Research dan Blogging di STIE Perbanas Surabaya...
Tanggal 1 dan 2 Maret 2007 saya diundang STIE Perbanas Surabaya untuk mengisi materi bertema eLearning, research dan blogging. Kegiatan ini masih kelanjutan dari Program Hibah Kompetisi (PHK) A3 Depdiknas, dimana STIE Perbanas Surabaya memenangkan PHK A3 tersebut atas nama Jurusan Akuntansi dengan judul Peningkatan IT Awareness. Ini adalah kali kedua saya ke STIE Perbanas Surabaya dalam rangka Technical Assistance. Dari Jakarta subuh, naik Garuda yang terbang pukul 07:00, sampai di Surabaya langsung kehadang banjir sehingga perjalanan dari Juanda ke lokasi perlu waktu lebih dari 1 jam. Peserta berjumlah sekitar 30 orang yang merupakan bapak ibu dosen di STIE Perbanas Surabaya. Tema yang saya angkat selama dua hari di STIE Perbanas Surabaya adalah: Pengantar dan Pemanfaatan Teknologi Informasi, Pengantar dan Penerapan eLearning, Community Building dan Image Branding di Internet, Penelitian-Penelusuran-Publikasi Berbasis Web, dan yang terakhir Teknik Menulis dan Blogging. Big picture dari apa yang saya sampaikan bahwa saya ingin mengenalkan sudah sejauh mana teknologi informasi dimanfaatkan, termasuk peluang pemanfaatannya untuk dunia pendidikan. Kemudian sesuai dengan keinginan teman-teman untuk menerapkan eLearning di STIE Perbanas Surabaya, saya juga menyampaikan apa itu eLearning, contoh penerapan, analisa kegagalan dan strategi apa yang sebaiknya digunakan untuk menerapkan di lingkungan pendidikan di Indonesia. Bagaimanapun juga dalam tahap implementasi segala sesuatu kadang tidak berjalan sesuai dengan keinginan. Menurut data penelitian yang dipublished di berbagai jurnal, banyak implementasi eLearning gagal karena masalah requirement (kebutuhan) yang tidak sesuai dan juga human factor (beratnya perubahan kultur kerja). Ini yang saya coba bidik dengan memberikan suatu motivasi bahwa elifestyle dan IT literate adalah suatu keniscayaan di era kekinian. Dengan semakin mendatarnya dunia (pinjam istilah Thomas Friedman;)), teknik pembinaan core competence, social networking, dan community building sedikit mengalami pergeseran dari dunia fisik ke maya. Shift-paradigm juga terjadi di circle penelitian karena untuk penemuan masalah, penelusuran, publikasi, dsb sudah mulai harus menggunakan sarana teknologi informasi termasuk Internet...
Hakekat Kebenaran
Mencari hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi susah dilaksanakan. Makhluk apa itu kebenaran juga kita kadang masih nggak ngerti. Yang pasti bahwa “benar” itu pasti “tidak salah” ;). Pertanyaan-pertanyaan kritis kita di masa kecil, misalnya mengapa gajah berkaki empat, mengapa burung bisa terbang, dsb kadang tidak terjawab secara baik oleh orang tua kita. Sehingga akhirnya sering sesuatu kita anggap sebagai yang memang sudah demikian wajarnya (taken for granted). Banyak para ahli yang memaparkan ide tentang sudut pandang kebenaran termasuk bagaimana membuktikannya. Saya mencoba ulas masalah hakekat kebenaran ini dari tiga sudut pandang yaitu: kebenaran ilmiah, kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat. Harus kita pahami lebih dahulu bahwa meskipun kebenaran ilmiah sifatnya lebih sahih, logis, terbukti, terukur dengan parameter yang jelas, bukan berarti bahwa kebenaran non-ilmiah atau filasat selalu salah. Malah bisa saja kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat terbukti lebih “benar” daripada kebenaran ilmiah yang disusun dengan logika, penelitian dan analisa ilmu yang matang. Contoh menarik adalah kasus patung Kouros yang telah diteliti dan dibuktikan keasliannya oleh puluhan pakar selama lebih dari 1,5 tahun di tahun 1983, bahkan juga dianalisa dengan berbagai alat canggih seperti mikroskop elektron, mass spectrometry, x-ray diffraction, dsb. Namun beberapa pakar lain (George Despinis, Angelos Delivorrias) menggunakan pendekatan intuitif sebagai ahli geologi dan mengatakan bahwa patung tersebut palsu (terlalu fresh, seolah tidak pernah terkubur, kelihatan janggal). Akhirnya patung itu dibeli dengan harga tinggi oleh museum J. Paul Getty di California dengan asumsi kebenaran ilmiah lebih bisa dipertanggungjawabkan. Kenyataan kemudian membuktikan bahwa semua dokumen tentang surat tersebut palsu, dan patung itu dipahat disebuah bengkel tempa di Roma tahun 1980. Cerita ini menjadi pengantar buku bestseller berjudul Blink karya Malcolm Gladwell. KEBENARAN ILMIAH Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, koheren. Kebenaran Pragmatis:...
Rethink: Pengembangan Konten IlmuKomputer.Com
Saat ini di IlmuKomputer.Com tersedia lebih dari 800 artikel, buku dan tutorial yang ditulis oleh ratusan penulis. Kebanyakan berbentuk text-based content (format pdf yang siap download dan cetak) dan ada beberapa berupa multimedia content. Sudah 4 tahun berlalu sejak saya release pertama kali di bulan April tahun 2003. Awal dulu saya cukup agresif mencari konten (strategi jemput bola), hanya sejak masuk tahun ke dua, karena artikel sudah mulai banyak saya agak stop hunting konten secara langsung. Saat ini server sudah mulai mapan di IIX atas bantuan om Akbar (Jakarta) dan mas Rizal (Bandung). Meskipun tentu saja server masih sering ngos-ngosan kalau traffic meninggi, sehingga perlu tunning dan optimisasi di sana sini supaya tidak banyak menghabiskan resource CPU dan memori server. Saya pikir sudah waktunya untuk mulai rethink alias memikirkan kembali bagaimana pengembangan konten di IlmuKomputer.Com. Konten boleh dikatakan nyawa dari IlmuKomputer.Com. Semakin banyak (kuantitas) dan meningkat kualitas konten akan berimplikasi ke semakin banyak pengunjung, dan ini berujung ke semakin banyak teman-teman di tanah air yang bisa memanfaatkannya. Saya bermimpi bahwa nantinya IlmuKomputer.Com akan bisa menjadi sebesar MIT OpenCourseWare, atau bahkan lebih besar daripada itu, dari segi kuantitas maupun kualitas. Nah untuk itu saya mulai menyusun strategi lagi untuk pengembangan konten di IlmuKomputer.Com. Pemikiran yang ada di kepala saya jlenterehkan seperti point-point di bawah. Saya menunggu sumbangan ide, saran, kritik, donasi 😉 dsb untuk mendukung terlaksananya kegiatan tersebut. Membentuk tim profesional untuk mengurusi pengembangan konten. Konsep saya, nantinya akan ada 1-2 orang fulltime or parttime yang diberi target setiap bulan menghasilkan 10-20 artikel berbobot, dan mereka mendapatkan gaji tetap bulanan. Tim ini juga nanti mulai merapikan konten yang ada, menyusun ulang dan merevisi topik, mengembangkan kurikulum ala IlmuKomputer.Com supaya gampang diikuti pembaca. Bekerjasama dengan majalah-majalah komputer Indonesia yang bersedia meng-opencontent-kan artikel-artikel yang sudah diterbitkan. Saya sudah...
The World Is Flat: 10 Kekuatan Yang Mendatarkan Dunia
Dalam buku The World Is Flat, Friedman mengatakan bahwa dunia ini didatarkan oleh konvergensi 10 peristiwa utama yang berhubungan dengan politik, inovasi dan perusahan. Perkembangan cepat yang membuat manusia menjadi semakin sibuk, semakin dapat melihat satu dengan yang lain meskipun dalam belahan bumi yang berbeda. Melanjutkan artikel saya sebelumnya berjudul The World Is Flat: Globalisasi Versi Baru, saya coba merangkum 10 kekuatan yang menurut Friedman mendukung proses pendataran dunia. 1. ABAD BARU KREATIFITAS: KETIKA DINDING RUNTUH DAN JENDELA DIBANGUN Runtuhnya tembok Berlin pada 9 Nopember 1989 adalah tonggak mulainya demokratisasi dan tumbuhnya kreatifitas. Tidak hanya menjadi titik tolak sejarah bersatunya jerman timur dan barat, pengaruhnya runtuhnya tembok Berlin bahkan sampai ke India. Menteri Keungan India pada saat itu yaitu Mannohan Singh mengambil inisiatif mulai membuka pintu ekonomi pada tahun 1991, melepaskan manajemen gaya sosialis yang hampir saja membangkrutkan India, meningkatkan cadangan devisa yang sebelumnya hanya $1 juta menjadi $118 miliar, dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dari hanya 3% menjadi lebih dari 7%. Di Eropa sendiri runtuhnya tembok berlin juga membuka jalan terbentuknya Uni Eropa, ekspansi 15 negara menjadi 25 negara, dan munculnya mata uang bersama bernama Euro. 6 bulan setelah runtuhnya tembok berlin, Microsoft Windows 3.0 muncul dengan fitur yang lebih mudah digunakan. Meskipun tentu saja Bill Gates harus mengucapkan terima kasih kepada para pesaingnya yaitu Steve Jobs yang lebih dulu mempelopori komputer rumah bernama Apple II tahun 1977, juga IBM yang membuka standar Personal Computer (PC) sehingga bisa dikembangkan oleh siapapun di dunia seperti sekarang ini. Beberapa kreatifitas lain yang luput dicatat oleh Friedman adalah di tahun yang sama Linus Torvald membangun kernel Linux generasi pertama, yang tidak diduga oleh pembuatnya sendiri Linux menjadi sistem operasi modern dan saingan terbesar Microsoft di era kini. 2. ZAMAN KONEKTIFITAS: KETIKA WWW MENDUNIA World Wide Web...
The World Is Flat: Globalisasi Versi Baru
Dari jalan-jalan ke toko buku akhir pekan lalu, saya membawa pulang buku karya Thomas L. Friedman yang berjudul The World is Flat. Buku best seller ini memberikan sebuah gambaran ringkas bagaimana berjalannya peradaban dunia saat ini. Saya mencoba merangkumkan pemikiran-pemikiran Friedman dalam beberapa artikel di blog ini. Dimulai dari kisah perjalanan Friedman ke India dan penemuan menarik bahwa ketika dia menjalani hidup di Bangalore, seolah serasa hidup di Kansas. Ketika bermain golf di India Selatan itu, lapangan golf dikelilingi oleh gedung-gedung perusahaan besar Amerika, ada IBM, Microsoft, Goldman Sachs, HP, dan Texas Instruments. Aksesoris lingkungan juga tidak jauh berbeda, karena penanda tee golf disponsori oleh Epson, sang Caddy mengenakan topi 3M, rambu lalu lintas tertempel Texas Instruments, papan billboard Pizza Hut dengan judul “Gigabites of Taste”. 500 tahun yang lalu Columbus berlayar bersama ratusan orang di tiga kapalnya untuk menemukan jalan lebih singkat ke India yang penuh dengan sumber kekayaan berupa emas, mutiara, batu permata dan sutra. Dia berlayar ke barat menyeberangi lautan atlantik serta menghindari selatan (mengitari Afrika) seperti yang ditempuh portugis. Columbus sedikit keliru memperhitungkan jarak, dan menemukan suatu daratan yang ternyata bukan India, meskipun orang di daratan tersebut dia beri nama “Orang India”. Columbus mempekerjakan “Orang India” itu sebagai budak dan sumber tenaga kasar yang gratis. Columbus juga berhasil membuktikan bahwa dunia ini bulat. Sebaliknya, Friedman menuju India dengan pesawat Lufthansa, tentu tidak perlu tersesat karena ada GPS dengan tingkat kekeliruan hanya 1-2 meter. Friedman-pun pergi mencari kekayaan India seperti Columbus, hanya berbeda dengan Columbus yang mencari perangkat keras, Friedman mencari perangkat lunak, kekuatan otak, algoritma kompleks, pekerja intelektual, pusat layanan informasi dan terobosan baru teknologi serat optik sebagai sumber kekayaan masa kini. Berbeda dengan Columbus, Friedman justru kaget karena “Orang India” yang dia temui ternyata malah mengambil alih pekerjaannya, pekerjaan orang-orang di negaranya dan...
Optimisasi WordPress di Server Traffic Tinggi
Ketika dulu IlmuKomputer.Com menggunakan html statis dan tanpa database, masalah traffic dan optimisasi server tidak terlalu terpikirkan. Masalah mulai muncul di awal Januari 2007, persisnya ketika saya putuskan IlmuKomputer.Com bermigrasi menggunakan CMS. CMS sudah saya pilih yang cukup ringan yaitu WordPress, disamping fiturnya pas terutama yang berhubungan dengan masalah sindikasi, tracking proses “creating new knowledge”, incoming/outcoming link, trackback dan pingback. Tapi ternyata ini tidak banyak menolong ketika seperti biasa 200.000 kunjungan harian (daily hits) membom server IlmuKomputer.Com. Server di datacenter Amrik ambrol dan ketika nekat nerusin hidup di suspended oleh serverhosternya 🙁 Kesempatan ini saya gunakan untuk sekalian pindah ke server di IIX, alhamdulillah beberapa rekan membantu nyumbang server dan bandwidth. Yang pertama mas Akbar Marwan (the phenomenon dari gundar) di datacenter Telkom-Jakarta, dan yang kedua mas Rizal di datacenter Bandung. Thanks untuk mas Akbar dan mas Rizal, Indonesia akan maju kalau banyak orang baik seperti anda berdua. Tapi ternyata kedua server ini ambrol juga. Server ngos-ngosan, hampir 2 hari sekali saya terpaksa bolak balik mindahin NS ke server yang hidup. Yang pasti bikin om Akbar dan om Anton sibuk berat, karena bantuin ngopeni IlmuKomputer.Com dan berkali kali mindahin backup tarbal ukuran besar 😉 Inilah mengapa IlmuKomputer.Com 2-3 minggu belakangan jarang bisa diakses dengan baik oleh rekan-rekan sekalian. Juga yang membuat ratusan email, SMS, dan message YM yang berupa komplen mampir ke laptop saya 🙁 Dari situ saya mulai mikir sepertinya sudah waktunya harus ngoprek dan mengoptimisasi server. Paling tidak ada 4 titik yang bisa dioptimisasi: Apache, MySQL, PHP dan WordPressnya sendiri. Saya pingin melakukan optimisasi di semua titik, hanya untuk ujicoba, saya coba dulu dari yang mudah. Dari yang saya lakukan di bawah, saya lihat sudah cukup signifikan membuat laju IlmuKomputer.Com menjadi cukup cepat. Ada beberapa hal lain yang sebenarnya masih pingin saya lakukan,...
Seminar eLearning dan Teleconference di UI
Rabu, 24 Januari 2007 saya diminta mengisi seminar tentang Prospek Telemedicine dan e-Learning di Indonesia, yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Acaranya sendiri bukan di Salemba yang selama ini menjadi markas FKUI, tetapi di Pusat Studi Jepang, Depok. Yang menarik, seminar ini dibarengkan dengan conference tentang Flu Burung, APAN Manila. Jadi di sesi siang ada teleconference dengan tema: Bird Influenza: Cooperation in Asia beyond Fields and Geography. Sesi teleconference ini diikuti oleh 8 negara dengan pembicaranya dari masing-masing negara tersebut. Manila Venue National Hospital of Pediatrics (Hanoi): Nguyen Thanh Liem Chulalongkorn University (Bangkok): Pornarong Chotiwan Nagasaki Universitu (Nagasaki): Tetsu Yamashiro Universitas Indonesia (Jakarta): Ali Sungkar dan Hadiarto Mangunnegoro Peking University (Beijing): Jiang Gu Australia National University (Canberra): Andrew Howard Stanford University (USA): Young-Sung Lee Kembali ke acara paginya, sesi pertama diisi dengan sambutan dari Dekan FKUI Dr Menaldi Rasmin, Rektor UI Prof Dr Usman Chatib Warsa, dan Heri Abdul Aziz (Depkominfo). Sesi kedua diisi 4 pembicara yang dimoderatori dr Aria Kekalih. Pembicara selain saya, ada pak Eric Tappan yang memperkenalkan tentang Teleconference dan Telemedicine, pak Elisa Lumbantoruan (Presdir HP Indonesia) berbicara tentang eLearning Framework, dan pak Irfan Setiaputra (Managing Director Cisco Indonesia) yang memberi pencerahan tentang Connected Classroom. Materi saya sendiri, pertama berisi diskusi tentang terminologi dan definisi, karena ternyata banyak sekali confusing terms berhubungan dengan tema (elearning, online learning, distance learning, multimedia learning, dsb). Berikutnya tentang komponen dari eLearning termasuk delivery methodnya (Synchrounous dan Asynchrounous). Kemudian saya mencoba bahas tentang masalah yang ada di eLearning, dimana saya coba rangkumkan 4 hal: infrastruktur, konten, quality assurance, dan human factor. Implementasi eLearning berimplikasi ke transformasi dan adanya shift-paradigm dari eLearning konvensional. Paling tidak saya cermati perlu ada content shift-paradigm serta perubahan behavior belajar manusia. Dan yang pasti keduanya perlu didukung adanya infrastruktur dan quality assurance yang...
Masih Tentang MoU Microsoft (versi KNRT)
Melanjutkan kisah sebelumnya, pertemuan hari ini, Jumat, 19 Januari 2007 di Kementrian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) lebih rame daripada pertemuan sebelumnya di Depkominfo. Teman-teman dari komunitas opensource yang datang juga relatif lebih banyak dari sebelumnya. Yang pasti ada nama-nama: Ahmad Suwandi, I Made Wiryana, Rahmat M. Samik Ibrahim (2 hari turun gunung terus), Rusmanto, Harry Sufehmi, Ahmad Sofyan, Heru Nugroho (moderator acara), Adang Suhendra, Prihantoosa, Irwin Day, Anjar Ari Nugoho, Dheche, Aulia Adnan, Bona Simanjuntak (telat loe Bon, dasar!) dan saya sendiri Romi Satria Wahono (bukan Wirawan ya om DonnyBU, tolong ganti yg di detikinet! grrhhh) ;). Dari KNRT, pak Kusmayanto Kadiman (KK) full team, ada pak Richard Mengko, pak Engkos Koswara, pak Kemal, pak Idwan, dsb. Tolong tambahi lagi ya kalau ada yang kelewat, pasti banyak 🙂 Model acaranya sedikit berbeda dengan sewaktu ketemu pak Sofyan Djalil. Pak KK minta kita mengenalkan diri dan apa yang sedang diperjuangkan (mewakili komunitas apa). Saya pikir format ini lebih menarik, karena kita semua diberi kesempatan bicara. Setelah itu baru pak KK memberikan beberapa patah kata berhubungan dengan tema pembahasan. Karena saya telat, maaf mampir dulu ngambil dokumen di LIPI, sambil nunggu 3in1, beberapa hal yang sempat tercatat adalah: Made Wiryana cerita tentang aktifitas opensource dan Linux di Indonesia dan kerjasama dengan 3 generasi pemerintah, Bona cerita tentang Asia Source di Sukabumi, saya cerita tentang opencontent dan IlmuKomputer.Com (termasuk sedikit tentang mimpi ke depan seperti MIT opencourseware), Ahmad Sofyan cerita tentang RimbaLinux, Harry Sufehmi cerita tentang pengalaman migrasi sewaktu di UK (birmingham), pak Rusmanto cerita tentang Yayasan Penggiat Linux Indonesia dan juga masalah tentang infolinux dan masalah pemasang iklan yang menurun karena satu dan lain hal (maaf boleh ditulis disini pak Rus?). Pak Adang cerita ke-Gunadarma-an dan Wandi cerita tentang ke-airputih-annya. Irwin Day juga muncul hari ini dengan gaya ceplas ceplos ala milis 🙂...
Masih Tentang MoU Microsoft (versi Depkominfo)
Hari ini, kamis 18 Januari 2007, saya ikut datang ke pertemuan antara komunitas opensource Indonesia dengan pak Sofyan Djalil (Menkominfo). Nggak ngerti kenapa pakai nama komunitas opensource Indonesia ;), harus minta pertanggungjawaban Wandi (Air Putih) karena dia yang mengkoordinir kumpul-kumpul di Depkominfo. Yang ikutan kumpul adalah I Made Wiryana, Rahmat M. Samik Ibrahim, Rusmanto, Harry Sufehmi, Ahmad Sofyan, Heru Nugroho, Bona Simanjuntak, Adang Suhendra, Frans Thamura, Teddy Sukardi, hmm siapa lagi ya, maaf nggak ingat lagi yang lain. Tambahan dari Wandi: Anjar Ari Nugoho, Dheche, Aulia Adnan, Hidajat, Alexander Rusli, Cahyana, dan Kemal Stamboel. Beberapa hal yang bisa disarikan dari pertemuan tersebut adalah: Pak Sofyan Djalil secara komprehensif bercerita tentang latar belakang adanya MoU antara pemerintah Indonesia dan Microsoft. Pemicu utamanya adalah karena tingkat pembajakan yang tinggi (mencapai 87%), sehingga Indonesia masuk watchlist Internasional, ini dari beberapa aspek cukup merugikan, misalnya dalam sektor perdagangan Internasional. Target Indonesia menurunkan piracy rate sampai 10 point, jadi sekitar 77%. [Catatan: Perlu dilakukan research lagi bahwa apakah ada jaminan bahwa dengan MoU tersebut, bisa menurunkan point piracy rate kita. Apakah migrasi ke opensource tidak bisa dipandang sebagai upaya penurunan piracy rate? ] Vietnam sudah mulai serius menangani pembajakan. Dalam pertemuan APEC juga dibahas kesepakatan bersama untuk tidak menggunakan APBN untuk pembelian software ilegal. Pemerintah ingin gampang dan cepat untuk mengatasi masalah serta membangun image positif kepada dunia mengenai masalah perang terhadap pembajakan. Dengan sekali sign MoU dengan Microsoft, paling tidak masalah piracy di sistem operasi dan beberapa aplikasi dibawahnya langsung terpecahkan.[Catatan: Business Software Alliance (BSA) tidak hanya beranggotakan Microsoft, tapi juga Adobe, Cisco System, Borland, dsb. Bagaimana dengan perusahaan-perusahaan lain tersebut, apakah akan ada MoU-nya? Banyak juga software dari perusahaan-perusahaan tersebut yang cukup dominan dan relatif lebih tidak tergantikan oleh opensource, misalnya Adobe dengan aplikasi animasi dan grafisnya.] MoU antara pemerintah dengan Microsoft adalah keputusan bersama...