Bidang penelitian software engineering adalah bidang yang saya geluti sejak memulai kehidupan menjadi akademisi di Saitama University, Jepang di tahun 1994-2004. Di Jepang saya banyak bergerak di fase software engineering di bagian depan, yaitu topik penelitian tentang requirement engineering. Ini terlihat dari publikasi saya selama di Jepang kebanyakan ada di topik requirement engineering. Tidak hanya murni pendekatan software engineering, tapi saya juga menggunakan banyak metode machine learning untuk menghasilkan pola dan model, baik untuk requirement elicitation, requirement pattern, object-oriented analysis, automated software design, dsb. Ini memungkinkan saya lakukan karena lab penelitian saya dulu memang mengangkat topik penelitian lebih ke arah knowledge-based software engineering. Mulai tahun 2012, saya mencoba peruntungan baru, berpindah ke bagian belakang dari fase software engineering, yaitu topik penelitian tentang software defect prediction (prediksi cacat software) dan software testing. Pada topik ini metode machine learning dan soft computing lebih kental saya gunakan. Contribution to knowledge yang saya kejar tidak hanya mengarah ke model dan pola yang terbentuk dari proses pemodelan (software engineering), tapi juga ke arah perbaikan algoritma untuk machine learningnya sendiri. Tidak terasa sudah 4 tahun saya menggeluti topik software defect prediction ini, dan sudah waktunya saya memberikan laporan research in progress untuk topik software defect prediction yang selama ini saya lakukan. Tidak hanya saya lakukan sendiri, sebagian mahasiswa bimbingan juga saya minta meneruskan perdjoeangan saya di topik ini. Metode saya untuk pembimbingan penelitian mahasiswa tidak hanya melalui pertemuan darat (offline), tapi juga diskusi online yang kita lakukan rutin hampir setiap hari menggunakan Trello dan group Telegram Intelligent Systems. Pencapaian yang sudah saya hasilkan tidak hanya di publikasi paper di journal, tapi juga pembimbingan tesis mahasiswa, dan berkesempatan menjadi reviewer di berbagai journal Q1/Q2 di bidang software engineering dan puluhan journal lokal, baik yang terakreditasi dikti maupun tidak. JOURNAL REVIEWER Information & Software Technology,...
Systematic Literature Review: Pengantar, Tahapan dan Studi Kasus...
Systematic literature review atau sering disingkat SLR atau dalam bahasa indonesia disebut tinjauan pustaka sistematis adalah metode literature review yang mengidentifikasi, menilai, dan menginterpretasi seluruh temuan-temuan pada suatu topik penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian (research question) yang telah ditetapkan sebelumnya (Kitchenham & Charters, 2007). Metode SLR dilakukan secara sistematis dengan mengikuti tahapan dan protokol yang memungkinkan proses literature review terhindar dari bias dan pemahaman yang bersifat subyektif dari penelitinya. SLR adalah metode literature review yang biasa dilakukan peneliti di bidang farmasi dan kedokteran, meskipun boleh dikatakan baru mulai dibawa ke dunia computing wa bil khusus software engineering pada tahun 2007 oleh Barbara Kitchenham lewat papernya berjudul Guidelines in performing Systematic Literature Reviews in Software Engineering. Pengantar dan metode-metode yang ada untuk melakukan literature review sudah dibahas pada artikel sebelumnya tentang Literature Review: Pengantar dan Metode. Pada artikel ini, akan dibahas secara khusus dan mendetail tentang systematic literature review (SLR), beserta tahapan dan studi kasusnya. Untuk bisa memahami artikel ini dengan baik, direkomendasikan untuk mendownload dua dokumen di bawah: Slide: Systematic Literature Review (SLR). Penjelasan komprehensif tentang metodologi penelitian dan systematic literature review. Contoh kasus utama mengikuti artikel ini, tapi ada contoh-contoh kasus bidang non computing. Systematic Literature Review: Pengantar, Tahapan dan Studi Kasus. Penjelasan komprehensif dari artikel ini, termasuk studi kasus tentang SLR mengikuti paper di bawah Paper: Romi Satria Wahono, A Systematic Literature Review of Software Defect Prediction: Research Trends, Datasets, Methods and Frameworks, Journal of Software Engineering, Vol. 1, No. 1, April 2015 Youtube: Secara umum tahapan melakukan SLR terdiri dari 3 bagian besar: Planning, Conducting dan Reporting. Detail tiap tahapan seperti pada gambar di bawah. 1. PLANNING Research Question (RQ) adalah bagian awal dan dasar berjalannya SLR. RQ digunakan untuk menuntun proses pencarian dan ekstraksi literatur. Analisis dan sintesis data, sebagai hasil dari SLR,...
Literature Review: Pengantar dan Metode
Literature review atau tinjauan pustaka adalah istilah yang sering dikerjakan oleh mahasiswa ketika sedang mengerjakan skripsi, tesis atau disertasi. Dosen dan peneliti juga fasih menggunakan istilah ini karena kehidupan akademisi sangat dekat dengan perilaku literature review. Literature review atau tinjauan pustaka pasti akan kita lakukan misalnya ketika kita memulai memahami suatu topik penelitian baru, mengikuti trend penelitian baru dan memahami state-of-the-art dari suatu topik penelitian. Sayangnya literature review sering dimaknai sederhana yaitu hanya membaca literatur ilmiah, padahal sebenarnya prosesnya tidak sesederhana itu. Literature review tidak hanya bermakna membaca literatur, tapi lebih ke arah evaluasi yang mendalam dan kritis tentang penelitian sebelumnya pada suatu topik. Literature Review is a critical and in depth evaluation of previous research (Shuttleworth, 2009). Literature review yang baik adalah yang melakukan evaluasi terhadap kualitas dan temuan baru dari suatu paper ilmiah. Perlu dipahami bahwa yang disebut dengan literatur ilmiah dapat berupa: Paper dari Journal Ilmiah Paper dari Conference (Proceedings) Thesis dan Disertasi Report (Laporan) dari Organisasi yang Terpercaya Buku Textbook Sebaiknya dipahami bahwa untuk menghindari tsunami literatur ketika kita memulai suatu topik penelitian, usahakan mengutamakan journal ilmiah yang terindeks oleh Web of Science (ISI) dan SCOPUS. Keduanya saat ini terpercaya sebagai organisasi pengindeks dan perangking journal dan proceedings di dunia penelitian. Web of Science atau dulu bernama ISI sebelum akhirnya diakuisisi oleh Thomson Reuters, mengindeks sekitar 12 ribu journal ilmiah di dunia ini, dan termasuk pengindeks journal yang paling terpercaya. Sedangkan SCOPUS mengindeks kurang lebih 20 ribu journal ilmiah, dan biasanya menjadi standard publikasi ilmiah dan syarat kelulusan bagi mahasiswa di luar negeri yang mengambil program S2 dan S3. Untuk mengecek apakah suatu journal dan proceedings terindeks SCOPUS, bisa menggunakan situs ScimagoJR.Com. Manfaat dari literature review yang kita lakukan diantaranya adalah sebagai berikut. Tanda dalam kurung saya berikan untuk memberi clue tentang jenis literatur jenis...
6 Mitos Kesalahan Pengembangan Software
Menurut data statistik, tingkat kegagalan project software di dunia ini mencapai lebih dari 40%. Di Amerika, Standish Group mencatat kegagalan mencapai 42%, sedangkan General Accounting Office menemukan fakta bahwa kegagalan pengembangan software mencapai 53% (Dennis, 2012). Semakin besar ukuran dari software, semakin besar kemungkinan kegagalan dalam pengembangan dan penerapan. Ketika kita mencoba mengkritisi lingkungan di sekitar kita, kita akan menemukan fakta yang unik bahwa banyak penerapan software yang seperti dipaksakan ada. Software tersebut tidak membawa manfaat dan keuntungan apapun untuk kita, bahkan menyebabkan peningkatan biaya dan waktu. Ketika KTP masih dibuat oleh kelurahan secara manual dengan mesin ketik, hanya perlu waktu 1 minggu untuk mengurusnya. Ketika komputerisasi KTP datang, bukannya tambah cepat, tapi ternyata perlu waktu 1 bulan untuk mengurusnya. Dan ketika datang sistem yang lebih canggih, alangkah terkejut ketika kita sadari bahwa e-KTP butuh waktu 1 tahun dari perekaman hingga sampai di tangan kita. Contoh lain bisa kita lihat bagaimana software yang kita terapkan di organisasi kita, bukannya tambah mempercepat pekerjaan kita, tapi justru membuat lambat pekerjaan kita. Padahal software tersebut dikembangkan dengan biaya yang sangat besar. Secara teori komputasi, ini menyalahi apa yang digariskan para founding fathers di dunia komputer bahwa komputer dan software datang untuk mempercepat dan membuat efisien pekerjaan manusia. Ratusan ribu mahasiswa lulus sarjana komputer setiap tahun, dengan skripsi yang mirip-mirip. Di latar belakang masalah, selalu diuraikan bahwa cara yang ada sekarang masih “manual”, sehingga perlu dibuatkan softwarenya. Software kemudian dikembangkan, tanpa melakukan analisis kelayakan, tanpa menghitung keuntungan secara tangible atau intangible, dan tanpa menghitung berapa Return on Investment (ROI) dan Break Event Point (BEP) yang dihasilkan dengan pengembangan software itu. Kemudian kita juga makin tersadar bahwa ratusan ribu software yang dihasilkan sarjana komputer kita berakhir di tumpukan buku perpustakaan, sangat sedikit sekali yang akhirnya bisa masuk ke dunia...
10 Mitos Penyebab Kegagalan Publikasi di Jurnal Terindeks...
Publikasi ilmiah adalah salah satu rangkaian research life cycle yang wajib dilakukan oleh peneliti. Sudah menjadi rahasia umum bahwa apabila hasil penelitian tidak kita publikasikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa memang tidak pernah dilakukan. Seperti dikatakan oleh (Miller, 1993), “If it wasnt published, it wasnt done“. Makna sama dengan redaksi berbeda juga diungkapkan oleh Whitesides (2004), “If your research does not generate papers, it might just as well not have been done”. Indonesia menurut data dari ScimagoJR.com tercatat di tahun 2016 menduduki rangking 57 untuk jumlah publikasi penelitian. Indonesia kalah jauh dibandingkan dengan Malaysia (36) dan Singapore (32). Padahal, seperti ditunjukkan di gambar di bawah, 20 tahun yang lalu posisi Indonesia, Malaysia dan Singapore tidak terlalu jauh berbeda. Kegagalan publikasi Indonesia ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Awalnya saya berprasangka baik bahwa penyebab kegagalan publikasi dari peneliti Indonesia adalah sebagai berikut: Budaya Indonesia adalah lisan dan bukan tulisan Budaya akademik di Indonesia baru mulai untuk mengajar, dan bukan untuk meneliti Rendahnya minat penelitian dan mempublikasikan hasil penelitian Kurangnya penghargaan dan insentif dari universitas Akan tetapi setelah 12 tahun berdjoeang mengajar research methodology dan scientific writing di berbagai kampus di Indonesia. Termasuk juga mengisi workshop Doctoral Bootcamp di berbagai tempat. Saya lebih cenderung menyimpulkan bahwa penyebab kegagalan publikasi kita adalah karena dua hal di bawah: Kurang mengerti bagaimana cara menulis paper untuk jurnal dan prosedur pengirimannya Tidak memahami metodologi penelitian dengan baik Artikel ini membahas tentang 10 mitos yang menjadi penyebab utama kegagalan publikasi ilmiah di jurnal terindeks. Beberapa mitos memang hanya khusus ada di bidang informatika dan ilmu komputer, tapi secara umum mitos-mitos yang dibahas di artikel ini juga ada di bidang-bidang lainnya. MITOS 1: Penelitian Bidang Komputer Harus Ada Pengembangan Software MITOS 2: Tujuan Utama Penelitian adalah Adanya Kontribusi ke Masyarakat MITOS 3: Waterfall...