Hermawan Kartajaya dan Marketing Open Source

hermawankertajaya.jpgHermawan Kartajaya, guru marketing ngomongin tentang open source? Ya benar, itu terjadi di acara ulang tahun ke-2 majalah e-Indonesia yang diselenggarakan di Hotel Bina Karsa, Bidakara, Jakarta, 24 April 2007 kemarin. Saya kebetulan dapat undangan dari mas Suhono (Kepala Pusat Inkubator Bisnis ITB) dan mas Andi Zoeltoem (Pemred e-Indonesia) untuk ikutan di acara tersebut. Mas Suhono sendiri adalah teman, sahabat dan senior saya pada saat studi di Tokyo, dan pernah sama-sama aktif di PPI Jepang dan juga IECI Jepang. Acara ini selain ulang tahun e-Indonesia, juga disambungkan sekaligus dengan acara conference CIO Indonesia keesokan harinya (25 April 2007). Format acaranya sendiri adalah diskusi dan talkshow dengan tokoh yang ditampilkan adalah pak Kusmayanto Kadiman dan pak Hermawan Kartajaya, dengan dimoderatori pak Eko Indrajid.

Pak Kusmayanto Kadiman memulai diskusi dengan informasi tentang perdjoeangan Kementrian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) dengan IGOSnya, diantaranya adalah pendirian 13 pusat open source di Indonesia, membantu solusi migrasi ke open source, dsb. Tugas KNRT adalah mendorong pergerakan, dan ketika sudah bergerak sendiri (energi inersia), maka  tugasnya hanya memonitor. Pemilihan open source selain keseimbangan, antikapitalisme, dan juga melatih kreatifitas anak bangsa. tentang isu perpecahan Depkominfo dan KNRT, pak KK menyebut ini sebagai sebuah Co-existence, dan term ini adalah kunci untuk hidup lebih dinamis.

hkphoto.jpgPak Hermawan memulai diskusi dengan 9 elemen marketing yang dimulai tiga segitiganya yaitu positioning, differentiation and branding. Yang utama dan harus dilakukan dalam teknik marketing open source adalah menemukan keunikan dari open source. Komunitas, pengembang dan peneliti di dunia open source harus memahami marketing, juga harus mulai menggabungkan science dan art. Harus dipahami juga bahwa business landscape is changing, perhatikan adanya proses digitalization, globalization, futurization dan jangan lupa bahwa kadang dunia ini penuh dengan paradoksial.

Intinya pak Hermawan mengajak kita berdjoeang bersama supaya open source bisa meng-encourage jiwa entrepreneurship. Microsoft yang sekarang market leader di dunia software, dulu juga adalah perusahaan kecil, merangkak dari kecil, tapi karena ada proses change, inovasi, akhirnya memimpin dalam industri software di dunia. Juga salah satu yang penting adalah marketing dengan participation, Indonesian Idol, AFI adalah contoh marketing by participation ini. KNRT bisa mencoba teknik marketing ini dengan membuat kontes atau kompetisi pengembangan open source Indonesia. Perlu diperhatikan juga bahwa jangan terlalu banyak berharap atau mengemis dari pemerintah, UKM yang mengembangkan solusi open source jangan sering mengeluh, tapi harus berdjoeang, kerja keras, karena pemerintah juga bingung (kapan mau diganti dan harus ngerjain apa) di era sistem pemerintahan yang not-strong dewasa ini.

Kemudian diskusi dilanjutkan dengan suara dari floor, dimana tampil pak Setianto (mantan dirut telkom) yang menyampaikan bahwa sebaiknya dimulai dari pengembangan SDM, karena menurut data 63% orang Indonesia lulusan SD. Ketika membuat kebijakan juga harus down-to-the-earth, nggak di awang-awang. Pak Cahyana (Dirjen Aptel Depkominfo) menyampaikan bahwa di beberapa tempat di Indonesia sudah mulai ada deklarasi bebas pembajakan. Open source dipayungi oleh workflow revolution dimana prosesnya adalah seperti orkestra yang akan menyanyikan creative industry. Creative industry adalah kunci pergerakan open source.

Ini adalah pertama saya melihat pak Hermawan Kartajaya bicara, saya pikir sangat bersemangat, cerdas, jelas, mengalir disertai dengan berbagai contoh riil yang memahamkan. Saya sudah membaca banyak bukunya, tapi memang mendengar langsung tidak ada tandingannya, sangat meng-inspirasi. Saya juga sempatkan pulang membawa 4 DVD berisi rekaman beliau di berbagai seminar dan workshop. Mudah-mudahan bisa menjadi pembelajaran yang baik untuk meningkatkan skill presentasi.

ttd-small.jpg